Jumlah Mualaf Meningkat Pesat Pasca Peristiwa 9/11

Jumlah Mualaf Meningkat Pesat Pasca Peristiwa 9/11
Sumber gambar: ihram.co.id

MONITORDAY.COM - Seorang novelis Indonesia Sutan Sati menulis novel berjudul Sengsara Membawa Nikmat. Ungkapan sengsara membawa nikmat tersebut cukup menggambarkan umat Islam di Amerika Serikat pasca tragedi 9/11. 

Dalam satu sisi umat Islam mengalami kesengsaraan dengan meningkatnya islamophobia dan diskriminasi pasca tragedi 9/11. Namun di sisi lain, ada berkah di balik musibah. Stigma negatif terhadap Islam membuat warga Amerika Serikat penasaran dengan Islam. Setelah mempelajari Islam, banyak yang memutuskan masuk Islam menjadi mualaf. 

Menurut Sensus Agama non-pemerintah AS, antara 2000-2010, Muslim di AS tumbuh dari sekitar 1 juta menjadi 2,6 juta, meningkat 67 persen. Angka itu menjadikan Islam sebagai agama dengan pertumbuhan tercepat di AS.

Menurut Pew Research Center, pada 2017 jumlah Muslim di AS diperkirakan mencapai 3,45 juta. Terlepas dari pertumbuhan ini, temuan Lembaga Penelitian Agama Publik menyebutkan bahwa Muslim di Amerika Serikat hanya mewakili sekitar 1 persen dari populasi AS pada 2020.

Sebagai perbandingan, orang Kristen membentuk sekitar 70 persen dari populasi, sementara 23 persen orang Amerika mengatakan mereka tidak berafiliasi dengan agama atau diidentifikasi sebagai ateis atau agnostik.

Fenomena tersebut menguatkan fakta bahwa seorang non muslim yang belajar Islam langsung kepada sumbernya, maka akan tertarik dan menerima Islam. Sebaliknya non muslim yang melihat perilaku umat Islam yang tidak ideal, boleh jadi akan memandang Islam secara negatif.