Nestapa Muslim Krimea Di Tengah Konflik Rusia-Ukraina

Nestapa Muslim Krimea Di Tengah Konflik Rusia-Ukraina
Para muslimah Ukraina yang berhijab

MONITORDAY.COM - Siapa sangka, konflik Rusia dan Ukraina yang sedang memanas membuat nasib bangsa Tatar Krimea yang beragama Islam menjadi semakin nestapa. Namun kesedihan yang dialami oleh Tatar Krimea tidak berlangsung hari-hari ini saja, melainkan sudah berlangsung sejak lama. 

Bangsa Tatar Krimea merupakan kelompok muslim dari keturunan berbagai suku yang mendiami wilayah Krimea Ukraina. Pada tahun 2014, Rusia berhasil mencaplok daerah ini. Oleh karena itu Krimea lepas dari negara Ukraina dan menjadi bagian dari Rusia. 

Kelompok Tatar Krimea tidak mendukung pengambilalihan Krimea oleh Rusia. Hal ini membuat Rusia menangkap ratusan warga Tatar Krimea yang dianggap terlibat dalam gerakan pembangkangan. 

Sejak masa Stalin, warga Tatar Krimea pun terkena stigma dan intimidasi. Sebabnya mereka dituduh berkolaborasi dengan gerakan NAZI Hitler. Pemerintah Uni Soviet mengeluarkan kebijakan pengusiran kepada warga Tatar Krimea. Akibanya sebagian Warga Tatar Krimea mengungsi ke negara-negara sekitar. 

Dilansir dari situs hidayatullah.com, antara tahun 1784 hingga 1790, dari jumlah penduduk sekitar satu juta, sekitar 300.000 orang Tatar Krimea pindah ke Kesultanan Utsmaniyah. Perang Krimea yang dimulai pada tahun 1853 kembali mengakibatkan keluaran massal orang Tatar.

Antara tahun 1855 hingga 1866, sekitar 500.000 Muslim (atau mungkin bisa mencapai 900.000) meninggalkan Kekaisaran Rusia dan pindah ke Kesultanan Utsmaniyah. Dari angka tersebut, sekitar sepertiganya berasal dari Krimea, sementara sisanya berasal dari Kaukasus.

Para emigran tersebut mencakup 15–23% jumlah penduduk Krimea. Maka dari itu, orang Tatar Krimea menjadi kelompok minoritas di Krimea; pada tahun 1783, jumlah mereka mencakup 98% populasi, namun pada tahun 1897, persentasenya turun menjadi 34,1%.

Kekaisaran Rusia sendiri memanfaatkan perpindahan ini untuk menggalakkan proses Rusifikasi di Semenanjung Krimea dan mengisinya dengan orang Rusia, Ukraina, dan kelompok etnis Slavia lainnya; proses Rusifikasi juga terus berlanjut pada masa Soviet. 

Seusai Revolusi Oktober 1917, Krimea diberi status otonomi di Uni Soviet pada tanggal 18 Oktober 1921, tetapi program kolektivisasi pada era 1920-an berujung pada bencana kelaparan yang merenggut lebih dari 100.000 nyawa orang Krimea karena hasil panen mereka dibawa ke kawasan-kawasan yang “lebih penting” di Uni Soviet.