Isra Mi'raj, Mungkinkah Dijelaskan Secara Sains?

Isra Mi'raj, Mungkinkah Dijelaskan Secara Sains?
Ilustrasi gurun pasir pada malam hari

MONITORDAY.COM - Peristiwa Isra Mi'raj sudah tidak asing bagi umat Islam. Sebagian besar umat Islam sudah mengetahui kisahnya. Hal ini disebabkan Isra Mi'raj diperingati setiap tahun oleh umat Islam khususnya di Indonesia. 

Dalam peringatan Isra Mi'raj, masyarakat muslim mengadakan tabligh akbar. Sudah bisa ditebak, isi dari tabligh akbar tersebut adalah kisah Isra dan Mi'raj Rasulullah SAW. Sebagaimana tercantum dalam QS. Al Isra: 1, Rasulullah SAW mengadakan perjalanan dari Masjidil Haram, ke Masjidil Aqsha lalu ke Sidratul Muntaha pulang pergi hanya dalam waktu semalam. 

Saat Rasulullah SAW menceritakan hal itu kepada para sahabat dan masyarakat Quraisy, mereka nyaris tak pecaya. Banyak yang menganggap Rasulullah SAW gila. Namun sahabat Rasulullah SAW yakni Abu Bakar Ash Shiddiq membenarkan beliau. Hal ini membuat Abu Bakar dijuluki Ash Shiddiq. 

Sepulang dari Isra dan Mi'raj, Rasulullah SAW membawa pulang syariat shalat lima waktu. Shalat lima waktu diperintahkan setelah Rasulullah SAW bernegosiasi dengan Allah SWT. Sampai hari ini umat Islam di seluruh dunia masih melaksanakan shalat lima waktu. 

Selama ini umat Islam di seluruh dunia mengimani peristiwa Isra Mi'raj sebagai suatu hal gaib yang hanya perlu diimani. Namun timbul pertanyaan, apakah Isra dan Mi'raj bisa dijelaskan secara sains? 

Prof. Agus Purwanto fisikawan teoritik dari Institut Teknologi Sepuluh November Surabaya mencoba menjelaskan Isra Mi'raj dalam perspektif sains. Agus juga mendalami ilmu agama dan mendirikan Pesantren Sains di Jombang dan Sragen. Beliau menulis buku berjudul Ayat-ayat Semesta. 

Dalam kajian mengenai Isra Mikraj yang diselenggarakan oleh Masjid Manarul Ilmi ITS, Agus mencoba memaparkan teori sains yang bisa menjelaskan Isra Mi'raj. Dia tetap mendasarkan teorinya pada ayat Al Qur'an yakni QS. Al Isra: 1 dan juga tarikh Islam. 

Agus lalu membuat asumsi bahwa Nabi Muhammad SAW berangkat pada pukul 20.00 dan kembali pada pukul 4.00 esok harinya. Artinya Rasulullah SAW Isra dan Mi'raj selama 8 jam. Berdasarkan riwayat, bahwa Nabi Muhammad Isra dan Mi'raj bersama Jibril yang bergerak disebut dengan kecepatan cahaya. Yang juga disebut dengan buraq. 

Kecepatan cahaya adalah 300,000 km per detik. Jika waktu yang ditempuh untuk Isra Mi'raj 4 jam, maka 4 x 60 x 60 x 300,000 = 4.320.000.000 km jarak yang ditempuh Nabi Muhammad SAW. Jarak ini kurang lebih sama dengan jarak planet Bumi ke planet Neptunus. 

Jika Mi'raj dipahami dengan perhitungan di atas, maka dalam 4 jam Rasulullah SAW masih berada dalam sistem tata surya. Jangankan keluar galaksi Bimasakti, ke luar tata surya saja belum. 

Selama ini ada yang mencoba menjelaskan bahwa kecepatan cahaya bisa lebih dari 300.000 km per detik. Hal ini menurut Agus Purwanto tidak mungkin. Jika menggunakan penjelasan seperti itu, maka tidak bisa lagi disebut penjelasan sains. 

Kemudian menurut Einstein, jika ada manusia yang bergerak dalam kecepatan cahaya, maka tubuh Rasulullah SAW akan meledak. Lantas bagaimanakah penjelasan yang benar mengenai Isra Mi'raj? 

Agus Purwanto mengajak kita terlebih dulu melihat ke ayat lain. Yakni QS. 21:16 dan QS. 46:3. 

Dan Kami tidak menciptakan langit dan bumi dan segala apa yang ada di antara keduanya dengan main-main. 

Kami tidak menciptakan langit dan bumi dan apa yang ada di antara keduanya melainkan dengan (tujuan) yang benar dan dalam waktu yang ditentukan. 

Ayat tersebut menjelaskan bahwa ada tiga hal yang mesti kita amati, langit, bumi dan diantara keduanya. Artinya ada sesuatu yang bukan langit dan bumi, yakni yang ada diantara keduanya. 

Ayat lain menunjukan bahwa langit pun berlapis-lapis sampai langit ketujuh. Antar satu lapisan dengan lapisan di atasnya tidak berjarak, tapi menempel. Karena tidak ada hal yang berada diantara dua langit. 

Langit pertama adalah tempat turunnya air hujan berdasarkan Surat Hud: 44. Langit kedua adalah tempat ketinggian pesawat. Manusia akan merasa sesak di sana. Berdasarkan QS. 6: 125. Langit ketiga adalah antara langit kedua sampai dengan bulan berdasarkan QS. 25:61. Jaraknya sekitar 385.000 km. 

Langit keempat adalah tata surya. Dimana langit dihiasi oleh planet-planet. Langit kelima adalah langit yang dihiasi oleh bintang-bintang. Berdasarkan QS. 41: 12. Bintang paling dekat adalah Alfa Centauri yang berjarak 4,2 tahun cahaya. Langit keenam adalah tempat terjadinya supernova, atau tempat meledaknya bintang yang mati. Jaraknya bisa ratusan ribu tahun cahaya. Langit ketujuh berdasarkan QS. 39: 46 adalah langit yang gaib atau immaterial. 

Menurut teori Einstein, alam semesta ini melengkung. Ibaratkan wajan, lintasannya tidak lurus, namun melengkung. Buktinya adalah cahaya berbelok. Dalam perspektif jagat raya melengkung, jagat raya bisa diilustrasikan permukaan balon. Langit 1  sampai 6 ada di dalam balon. Langit ke 7 berada di dalam dan di luar balon. 

Mi'raj artinya Rasulullah SAW keluar dari dunia 3 dimensi ke dimensi yang lebih tunggu setelah melewati jarak tertentu dari bumi. Kemudian Agus Purwanto menjawab kenapa Isra dan Mi'raj tidak dilakukan siang hari? Malah malam hari? Alasannya jika siang hari maka Mi'raj Rasulullah SAW akan menuju matahari. Hal ini akan membuat Rasulullah SAW lenyap. 

Bagi yang ingin menonton kajian lengkapnya, bisa disaksikan di link berikut:

https://www.youtube.com/watch?v=b8cwsRN0wiw