Rubah Gaya Hidup Konsumtif dengan Mindset Hidup Minimalis

Rubah Gaya Hidup Konsumtif dengan Mindset Hidup Minimalis
Ilustrasi Foto/Net

MONITORDAY.COM - Beberapa tahun terakhir, semakin banyak orang yang tertarik untuk hidup minimalis. Hidup sederhana dengan mengurangi hal-hal konsumtif yang bisa memberikan banyak manfaat untuk kita. dari hidup lebih hemat, lebih mulai bersyukur pada yang kita miliki, lebih fokus pada hal-hal yang kita perintahkan, sehingga hidup menjadi lebih tenang dan tertata.

Penulis buku Goodbye Things (hidup minimalis ala orang Jepang), Fumio Sasaki mengatakan hidup minimalis adalah hidup di mana kita benar-benar mengetahui apa yang penting dalam hidup kita dan mempertahankannya.

Sesuai namanya, Fumio Sasaki ataupun Kaum minimalis lainnya menginginkan sebuah hidup yang lebih sedikit (minimalis). Terutama dengan sedikit barang-barang. Banyak dari kita memiliki berbagai macam barang yang sebenarnya tidak benar-benar sesuai dengan pesanan kita. Padahal kita tetap bisa hidup tanpa berbagai macam barang tersebut, yakni dengan mengutamakan barang-barang yang penting saja dan lebih berguna untuk kehidupan. 

Minimalis bukan berarti hidup pas-pasan atau kekurangan. justru gaya hidup minimalis berkorelasi kuat dengan kondisi keuangan yang tergolong baik, karena kita bisa bijak untuk mengontrol dan mengendalikan membeli barang-barang yang mungkin tidak berguna.

Konsumerisme telah memakan banyak tempat di kehidupan kita, Perilaku konsumtif dengan mengutamakan keinginan daripada yang kita inginkan membuat hidup tidak seimbang. gaya hidup minimalis dapat dimaknai sebagai lawan kata dari konsumerisme.

Praktiknya adalah kebutuhan hidup dengan mengurangi jumlah barang atau harta kepemilikan secukupnya saja sesuai dengan kebutuhan kita, sehingga tidak menimbun banyak barang yang tidak. 

Konsumer menjadi hal-hal konsumtif dengan membeli dan memakai barang secara berlebihan karena ingin menunjukannya pada orang atau sekedar ingin yang pertama memilikinya. Membeli baju, sepatu, atau jam baru yang sebenarnya tidak kita pesan, kita yang mungkin ada di konsep hidup seperti ini tidak akan merasa benar-benar bahagia, karena ketika bahagia kita sematkan pada sebuah barang maka barang tersebut cepat atau lambat akan mengalami mengalami, dan ketika ini diikuti, siklusnya akan berulang-ulang terus menerus sehingga kebahagiaan yang kita dapatkan malah akan semakin meningkat. 

Berbagai cara dapat kita lakukan untuk menerapkan pola pikir hidup minimalis, tetapi ada tiga  tagline  dari buku Francine Jay berjudul “seni hidup minimalis” yang bisa kita coba dalam kehidupan sehari-hari.

  1. Buang

Jika kita memiliki barang-barang yang dalam waktu 90 hari tidak terpakai dan nilai manfaatnya mulai habis maka coba mulai untuk segera disingkirkan.

  1. simpan

Jika barang dalam jangka waktu 90 hari kita tidak akan menggunakannya tetapi akan berguna nantinya, seperti peralatan palu, obeng, atau peralatan yang umumnya tidak terlalu sering digunakan maka simpan barang tersebut.

  1. berikan

Terakhir diberikan, dimana jika memang kita memiliki barang-barang yang menumpuk di ruangan, dan itu masih layak digunakan daripada dibuang lebih baik diberikan kepada orang-orang yang mungkin lebih membutuhkan. Memberikan kepada yang lebih membutuhkan akan membuat jauh lebih bahagia. 

Menerapkan pola pikir hidup minimalis memang tidak mudah manfaat dari menerapkan konsep minimalis tetapi sangat berdampak pada kesehatan dan kebahagiaan diri, seperti pikiran akan menjadi tenang, hidup lebih efisien, lebih bahagia dan juga lebih tertata karena kita tidak perlu merapikan banyak barang, membeli barang yang tidak perlu perlu dan lebih memaksimalkan kegunaan barang yang kita punya.

Pola pikir hidup minimalis yang sebenarnya adalah hidup yang penuh dengan kesadaran. Kesadaran akan kebutuhan yang benar-benar kita pesan, semisal kebutuhan pokok seperti sandang, pangan, dan papan. Ketika kesadaran itu kita miliki, maka kesederhanaan dan aspek lainnya juga pasti akan tertanam dengan sendirinya. 

Di sisi lain ketika pola pikir itu tidak tertanam kuat, maka kita akan mudah goyah dan tergoda kembali dengan gaya hidup konsumtif. Jadi, agar bisa konsisten dengan gaya hidup ini, kita harus memulainya dengan pengendalian diri dan pola pikir yang benar.