Islamic Self Healing

MONITORDAY.COM - Tidak punya media sosial, tidak akan hidup. Tuntutan tersebut seolah-olah bersifat wajib. Padahal nyatanya tidak. Justru, banyak masalah yang timbul akibat penggunaan media sosial yang berlebihan.
Media sosial kerap kali menyerang mental seseorang. Medsos adalah panggung semua orang, muda, tua, kaya, miskin, semua kalangan bebas berekspresi disini. Begitu banyak hal yang tersaji di medsos menyebabkan orang menjadi senang membandingkan hidupnya dengan orang lain.
Medsos akhirnya menjadi salah satu pengganggu kesehatan mental seseorang. Kesehatan mental atau mental health belakangan menjadi isu yang hangat diperbincangkan.
Rasanya wajar saja jika kita punya keresahan mental sendiri. Toh Allah memang menciptakan emosi senang, sedih, suka dan duka di dalam diri manusia. Tapi yang jadi masalah, keresahan mental itu dipertontonkan ke publik lewat panggung medsos. Dan ini bukan jalan terbaik membereskan gangguan kesehatan mental.
Rasulullah Saw juga pernah merasakan gangguan mental health ini. Ia pernah sangat gelisah dengan keadaan umat dakwahnya alias masyarakat Mekah saat itu. Masyarakat mekah sudah tenggelam dalam kemaksiatan dan kedurhakaan kepada Allah, sehingga membuat Rasul bersedih.
Mental Rasulullah saat itu sedang Allah uji. Tapi, apa yang dilakukan Rasulullah? Tentunya bukan memamerkan keresahannya pada publik. Ia berjalan menuju gua hira, bertahannuts sebagai bentuk self healing.
Self healing atau pemulihan diri dalam Islam tidak terbatas pada aktifitas fisik, seperti liburan atau jalan-jalan. Tapi juga pemulihan secara ruhiyah atau secara jiwa dan hati. Seperti yang Rasulullah contohkan, aktifitas self healing beliau di gua hira adalah dzikir.
Dalam Al-Quran Surah Ar-Rad ayat 28, Allah Swt berfirman: “Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah-lah hati menjadi tenteram.”
Saat diri terserang gangguan kesehatan mental, hal pertama yang harus dilakukan adalah mengendalikan hati. Hadis menyebutkan bahwa hati itu pengendali diri. Jika hati baik, maka akan baik dirinya, begitu sebaliknya. Jika hati buruk, seluruh dirinya akan buruk.
Shalat, berdoa dan dzikir menjadi solusi utama sebagai pengendali hati. Keduanya mampu meredam gejolak hati dan membuat hati menjadi tenang.
Shalat, berdoa dan dzikir adalah aktifitas paling ringan untuk self healing. Berdiam, lalu kontemplasi sedikitnya bisa menjadi sarana untuk berkomunikasi lebih dalam dengan diri sendiri dan tentunya dengan Allah.
Rasulullah bersabda, “Sesungguhnya shalat dijadikan untukku sebagai penenang hati.” (H.R An-Nasai)
Hal selanjutnya yang bisa dilakukan untuk self healing dan menenangkan hati adalah menuntut ilmu. Layaknya tubuh yang membutuhkan makan, hati juga membutuhkan makanan.
Seorang ulama bernama Fath al-Mushili rahimahullah berkata kepada para muridnya, "Bukankah akan mati jika ada orang sakit yang tidak mendapatkan makan, minum, dan obat?"
Mereka pun menjawab, “Iya benar, akan mati." "Begitu juga hati, ketika tidak mendapatkan hikmah dan ilmu selama tiga hari, maka hati akan mati", lanjut beliau.
Islamic Self Healing bukan hanya pada pemenuhan diri pada aktifitas liburan. Aktifitas hati menjadi perhatian utama. Sebab, hati lah pengendali diri. Diri yang terserang gangguan kesehatan mental bisa disembuhkan dengan ibadah dan menuntut ilmu.