Lima Tanda Keimanan Menurut Hadits Rasulullah SAW

MONITORDAY.COM - Para ulama berpendapat bahwa iman tidak cukup hanya keyakinan dalam hati, namun juga ikrar dengan lisan dan mengamalkan dengan anggota badan. Iman juga bisa bertambah dengan ketaatan dan berkurang karena kemaksiatan.
Iman berhubungan dengan amal perbuatan. Ada amal-amal perbuatan yang bisa memperkuat keimanan. Sebaliknya ada pula amalan-amalan yang mengurangi iman. Hal ini bisa dengan mudah kita temui dalam hadits-hadits Nabi Muhammad SAW.
Berikut kami sampaikan 6 amalan yang menjadi tanda keimanan seseorang berdasarkan hadits Nabi Muhammad SAW:
Pertama, seorang Muslim adalah orang yang Kaum Muslimin selamat dari lisan dan tangannya.
Abdullah bin 'Amru dari Nabi SAW, bersabda, "Seorang Muslim adalah orang yang Kaum Muslimin selamat dari lisan dan tangannya, dan seorang muhajir adalah orang yang meninggalkan apa yang dilarang Allah."
Jika ada seorang muslim yang mengaku beriman, namun lisan dan tangannya senang menyakiti orang lain, maka tidak ditemukan tanda keimanan dalam diri mereka. Karena salah satu tanda iman adalah tidak menyakiti orang lain.
Kedua, memberi makan dan mengucapkan salam.
Dari Abdullah bin 'Amru, bahwa ada seseorang yang bertanya kepada Nabi SAW, "Islam manakah yang paling baik?" Nabi SAW menjawab, "Kamu memberi makan, mengucapkan salam kepada orang yang kamu kenal dan yang tidak kamu kenal."
Bersedekah dan mengucapkan salam termasuk ciri pengamalan ajaran Islam. Memberi salam tak hanya bisa dipahami sebagai mengucapkan salam, namun juga menyebarkan perdamaian, keamanan dan kenyamanan bagi orang lain.
Ketiga, bagian dari iman hendaknya mencintai untuk saudaranya sebagaimana dia mencintai untuk dirinya sendiri.
Dari Anas dari Nabi SAW dan dari Husain Al Mu'alim berkata, telah menceritakan kepada kami Qotadah dari Anas dari Nabi SAW, beliau bersabda: "Tidaklah beriman seseorang dari kalian sehingga dia mencintai untuk saudaranya sebagaimana dia mencintai untuk dirinya sendiri".
Mencintai orang lain adalah ciri keimanan. Kecintaan kepada orang lain harus seperti mencintai diri sendiri. Hal ini sejalan dengan aturan emas bahwa jangan perlakukan orang lain dengan hal yang engkau benci jika engkau mengalaminya.
Keempat, mencintai Rasulullah merupakan bagian dari iman.
Dari Nabi SAW, “Dan telah menceritakan pula kepada kami Adam berkata, telah menceritakan kepada kami Syu'bah dari Qotadah dari Anas berkata, Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Tidaklah beriman seorang dari kalian hingga aku lebih dicintainya daripada orang tuanya, anaknya dan dari manusia seluruhnya".
Rasulullah SAW merupakan semulia-mulianya manusia, karena telah menjadi penyampai wahyu Allah SWT kepada seluruh manusia. Oleh karena itu mencintai Rasulullah SAW sama dengan mencintai Allah SWT. Mencintai Sang Pencipta merupakan tanda keimanan.
Kelima, malu bagian dari iman.
Dari Salim bin Abdullah dari bapaknya, bahwa Rasulullah SAW berjalan melewati seorang sahabat Anshar yang saat itu sedang memberi pengarahan saudaranya tentang malu. Maka Rasulullah SAW bersabda, "Tinggalkanlah dia, karena sesungguhnya malu adalah bagian dari iman."
Rasa malu merupakan sikap yang penting dimiliki oleh seorang yang beriman. Tanpa rasa malu, seorang beriman akan merasa bebas melakukan apapun, termasuk yang melanggar syariat. Sebaliknya dengan rasa malu,seorang yang beriman tak akan berani melanggar koridor syariat yang telah ditetapkan oleh Allah SWT dan RasulNya.