Kudengar Suara Sandalmu di Surga

Kudengar Suara Sandalmu di Surga
Foto: perkarahati.com

MONITORDAY.COM - Setiap manusia, terutama umat Islam, sangat merindukan surga Allah Swt. Bagaimana tidak, sebab surga adalah puncak kenikmatan dan kebahagiaan yang tiada tara. Lebih dari itu, bagi setiap muslim, surga adalah puncak keridhaan dan kasih sayang Allah yang hanya dibeirkan-Nya kepada orang yang terpilih.

Selain itu, jika hanya mengandalkan usaha murni kita, kita tidak akan pernah meraih surga-Nya. Sebab, seluruh amalan saleh yang kita lakukan sepanjang usia kita di dunia, tidak akan pernah cukup untuk meraih surga. Apalagi terkadang amalan kita di dunia ini, terhapus oleh sikap riya, sum’ah serta penyakit -penyakit hati lainnya yang dapat menghapus amal ibadah kita.

Rasulullah Saw. menegaskan bahwa meraih surga adalah rahmat Allah Swt:

“Tujulah (kebenaran), mendekatlah dan bergembiralah, karena sesungguhnya tidak seorang yang masuk surga karena amalnya.” Para sahabat bertanya, “Tidak juga engkau wahai Rasulullah?” Nabi saw. menjawab, tidak juga aku, kecuali bila Allah Swt melimpahkan rahmat dan karunia padaku. Dan ketahuilah bahwa amal yang paling disukai Allah adalah amalan paling rutin meski kecil.” (HR. Bukhari dan Muslim).

Ini adalah peringatan dari Rasulullah Saw untuk menunjukkan bahwa meraih surga adalah sebuah konsekuensi bagi mereka yang mendapatkan rahmat Allah Swt dan jangan sekali-kali manusia congkak bahwa ia akan masuk surga dengan amalannya murni.

Lalu apa fungsi amal saleh yang dilaksanakan oleh manusia seumur hidupnya?

Pertama, kita harus memahami bahwa seseorang tidak akan mampu melakukan amal saleh tanpa pertolongan Allah Swt. Sebagai contoh,  kita tidak akan dapat mendirikan shalat dengan baik, jika Allah Swt tidak memberikan kesehatan pada kita.

Kita juga tidak dapat menunaikan ibadah haji, jika Allah Swt tidak memberikan kesehatan jasmani dan rohani pada kita, serta tidak memberikan rezeki untuk membayar ONH serta persiapan haji lainnya.

Bahkan, kita tidak akan dapat bersedekah dan menolong orang yang membutuhkan, jika Allah tidak memberikan kelebihan rezeki pada kita. Dengan demikian, manusia tidak akan mampu melakukan amal saleh apapun, tanpa rahmat dan pertolongan Allah Swt, sehingga tidak ada amalan saleh yang dapat dilakukan manusia secara mandiri tanpa pertolongan Allah Swt.

Kedua, karena seseorang hanya dapat masuk surga atas rahmat Allah, maka kita harus berusaha keras meraih rahmat Allah tersebut. Di antara cara meraih rahmat Allah Swt adalah dengan memperbanyak amalan saleh semaksimal yang dapat kita lakukan sepanjang hidup kita.

Untuk itu Allah Swt berfirman:

 “Dan taatlah kepada Allah dan Rasul (Muhammad), agar kalian mendapatkan rahmat (Allah).” (QS. Ali Imran: 132).

Pada ayat tersebut, sangat gamblang bahwa ketaatan dan kesalehan yang kita lakukan pada Allah dan rasul-Nya adalah merupakan jalan untuk mengetuk dan mendapatkan rahmat Allah, dimana rahmat Allah ini merupakan kunci pintu surga bagi kita.

Dengan demikian, maka jelaslah korelasi antara amal saleh, rahmat Allah dan surga-Nya, dimana amal saleh dapat menghantarkan seseorang meraih rahmat-Allah. Dengan rahmat yang ia dapatkan dari Allah, makai ia dapat masuk ke surga-Nya.

Kenikmatan surga adalah sesuatu yang tidak akan kita temukan di dunia. Bahkan, penjelasan tentang kenikmatan surga yang kita bayangkan, tidak akan menggambarkan kenikmatan surga yang sesungguhnya.

Untuk itu Rasulullah Saw menyebutkan bahwa kenikmatan surga adalah sesuatu yang tidak dapat dilihat mata dan berita keindahannya tidak dapat didengar oleh telinga serta tak terbetik dalam hati. Dalam hadits Qudsi, Allah Swt berfirman:

"Aku telah menyiapkan bagi hamba-hambaku yang shalih, sesuatu yang tak dapat dilihat dilihat mata (di dunia), tak dapat didengar telinga (di dunia) dan tidak pernah terlintas di benak manusia." Semuanya disediakan sebagai tabungan (mereka)….” Lalu Rasulullah Saw membaca ayat: "Tak seorangpun mengetahui berbagai nikmat yang menanti, yang indah dipandang sebagai balasan bagi mereka, atas apa yang mereka kerjakan.” (QS. As-Sajdah: 17). 

Demikianlah, begitu besar nikmat surga tersebut. Bahkan, ada yang menafsirkan bahwa yang dimaksud kenikmatan pada hadits tersebut adalah melihat Dzat Allah bagi ahli surga.

Lalu, mari kita bayangkan, bagaimana jika ayat Al-Quran atau Rasulullah Saw memberitakan bahwa nama kita sudah tercatat masuk surga? Bagaimana jika kita mendapat kabar bahwa Allah sudah menyediakan sesuatu yang akan kita pakai di surga? Tentu, kita akan berlomba-lomba agar dapat segera menghadap Sang kekasih.

Dalam beberapa ayat Al-Quran, Allah Swt memberi kabar bahwa terdapat beberapa orang yang sejak hidupnya di dunia telah mendapatkan ridha Allah Swt. Di antaranya adalah para sahabat yang berbaiat dan menyatakan iman kepada Rasulullah Saw, pada saat umat Islam mengalami kesulitan dan tekanan luar biasa dari kaum kafir Quraisy:

“Sesungguhnya Allah telah ridha terhadap orang-orang mukmin, ketika mereka berjanji setia kepadamu (Muhammad) di bawah pohon. Maka Allah mengetahui apa yang ada dalam hati mereka lalu menurunkan ketenangan atas mereka dan memberi balasan kepada mereka dengan kemenangan yang sangat dekat.” (QS. Al-Fath: 18).


Para sahabat yang mendapat keridhaan Allah tersebut adalah mereka yang berbaiat kepada Rasulullah Saw dalam Baiat Ridwan, tepatnya di Hudaibiyah. Allah mengetahui apa yang ada di dalam hati orang-orang beriman tersebut, yaitu iman, kejujuran, dan kesetiaan. Maka Allah menurunkan ketenangan kepada hati mereka, meneguhkan hati mereka dan menjanjikan memberikan kemenangan yang dekat, yaitu kemenangan pada Perang Khaibar.

Bilal bin Rabah ra adalah salah seorang sahabat yang mendapat kabar gembira bahwa Rasulullah Saw mendengar suara sandal yang akan dikenakan Bilal di Surga. Hingga Rasulullah Saw heran dan ingin mengetahui jenis amalan yang dilakukan Bilal hingga ia mendapat derajat dan kabar gembira tersebut.

“Wahai Bilal, ceritakanlah kepadaku perihal amalan terbaik yang paling sering engkau lakukan dalam Islam, karena aku sungguh telah mendengar gemerincing sandalmu di hadapanku di surga!”

Bilal berkata, “Aku tidaklah mengamalkan amalan yang (pahalanya) paling aku harapkan bagiku. (Aku hanya melakukan amalan), bahwa aku tidak pernah bersuci—baik di waktu malam ataupun siang--kecuali aku mendirikan shalat bersama wudhu itu, (seperti shalat) yang telah diwajibkan padaku.” (HR. Bukhari-Muslim).

Sungguh bahagia sahabat Rasulullah seperti Bilal bin Rabah, sebab ia mendapatkan kabar gembira itu dari Rasulullah Saw. Tentu saja sahabat Bilal tidak mendapatkan kabar gembira itu secara instan. Ia adalah orang yang terbukti kokoh dalam mempertahankan keimanannya, meski harus mendapatkan siksaan tak berperikemanusiaan dari kaum kafir Quraisy.

Atas keteguhan dan kesetiaannya pada Rasulullah Saw ini, Bilal bin Rabah telah berhasil meraih rahmat Allah yang dapat mengantarkannya pada surga Allah, sehingga sejak di dunia, suara sandalnya telah terdengar oleh Rasulullah Saw. Atas kabar gembira ini, sahabat Bilal tidak menjadi orang yang lalai, bahkan ia semakin giat melakukan amal saleh untuk lebih memantaskan diri sebagai calon penghuni surga.

Di masa pemerintahan Khalifah Abu Bakar, ia berkali-kali meminta izin kepada Abu Bakar untuk ikut berjihad untuk berperang bersama para sahabat lain. Ia sangat ingin mendapatkan pahala syahid, meski ia sudah tahu bahwa sandalnya sudah menunggunya di surga.

Wallahu Alam