IPI: Jokowi Unggul Secara Keseluruhan di Debat Capres Kedua

Direktur Ekskutif Imdonesian Public Institute (IPI), Karyono Wibowo menilai Joko Widodo lebih menguasai data ketimbang Prabowo dalam debat Capres kedua yang berlangsung Minggu (17/2) malam tadi.

IPI: Jokowi Unggul Secara Keseluruhan di Debat Capres Kedua
Foto: Istimewa

MONITORDAY.COM - Direktur Ekskutif Indonesian Public Institute (IPI), Karyono Wibowo menilai Joko Widodo lebih menguasai data ketimbang Prabowo dalam debat Capres kedua yang berlangsung Minggu (17/2) malam tadi. 

"Jokowi terlihat lebih menguasai data, sebaliknya Prabowo kering data dan masih belum bisa keluar dari kebiasaannya yang sering menyampaikan hal hal yang bersifat makro, bombastis dan hiperbola," ujar Karyono, dalam keterangan tertulis, Senin (18/2). 

Selain itu, menurut dia, Jokowi dalam debat kedua ini lebih tenang dan lugas dalam menjawab pertanyaan yang dilontarkan oleh moderator. Sementara Prabowo kurang artikulatif dan minim eksplorasi. 

Karyono menyebut bahwa secara keseluruhan di debat kedua ini Jokowi lebih unggul dari Prabowo. "Jokowi pun sebenarnya datar-datar saja tetapi dalam debat kedua ini dia lebih unggul dari rivalnya. Dia unggul dari keseluruhan sesi debat," ungkapnya. 

Selain itu, Dia mengatakan bahwa secara kualitatif debat kedua ini sedikit lebih baik dari debat pertama. Poin plus dari debat kedua ini adalah suasana debat yang lebih cair. Ekspresi kedua capres tidak setegang pada saat debat pertama. Susananaya tidak hanya cair tapi justru lebih jenaka. Bahkan nyaris mirip dagelan. 

"Hal itu disebabkan sikap capres 02 Prabowo Subianto yang kerap mengundang tawa misalnya, dia justru sering bersepakat dengan Jokowi yang menjadi rivalnya. Selain itu, Prabowo benerapa kali tidak mau melanjutkan sisa waktu debat karena merasa sudah cukup. Dia mengaku sama pendapatnya dengan Jokowi," terangnya. 

Meski lebih baik, kata Karyono, debat kedua ini belum memuaskan publik, terutama publik yang mendambakan debat sebagai ajang eksplorasi pemikiran dan gagasan yang terukur serta memberi solusi.

"Tetapi, dengan waktu yang hanya 1 sampai 2 menit tidak mungkin dapat mengeksplorasi dan menyampaikan proyeksi yang lebih komprehensif. Apalagi dari segi teknik debat yang dibuat KPU masih terasa kaku," pungkasnya.