Infrastruktur Digital vs Kultur Digital dalam Pendidikan. Begini Penjelasannya!
Masalah infrastruktur digital dan kemampuan ekonomi masyarakat untuk membeli gawai berikut koneksi internet masih menghantui ekosistem digital terkait dengan penyelenggaraan pendidikan di Indonesia. Ditambah lagi dengan lemahnya literasi dan kultur digital dalam masyarakat.

MONDAYREVIEW.COM – Masalah infrastruktur digital dan kemampuan ekonomi masyarakat untuk membeli gawai berikut koneksi internet masih menghantui ekosistem digital terkait dengan penyelenggaraan pendidikan di Indonesia. Ditambah lagi dengan lemahnya literasi dan kultur digital dalam masyarakat.
Rektor Universitas Terbuka Odjat Darodjat menegaskan hal tersebut dalam Diskusi Daring Terbatas Kopi Pahit dengan Tim Litbang Monday Media Group. Pembelajaran Jarak jauh lebih luas maknanya daripada sekedar belajar daring. Sehingga memerlukan keterlibatan dan dukungan dari seluruh elemen masyarakat.
Terkait aplikasi zoom dan google meet mungkin memang sangat mendominasi namun sesungguhnya ada sekian banyak aplikasi terkait pembelajaran jarak jauh atau daring. Secara umum kita harus memahami dan berupaya untuk memanfaatkan aplikasi Learning Management System (LMS) sebagai perangkat lunak untuk kegiatan dalam jaringan, program pembelajaran elektronik (e-learning program), dan isi pelatihan.
Perlukah asistensi dari seorang praktisi IT dalam menjalankannya? Sebuah LMS yang kuat harus bisa menggunakan layanan self-service dan self-guided, mengumpulkan dan menyampaikan konten pembelajaran dengan cepat, mengkonsolidasikan inisiatif pelatihan pada platform berbasis ‘’web scalable’’, mendukung portabilitas dan standar, personalisasi isi dan memungkinkan penggunaan kembali pengetahuan.
Dikutip dari laman Wikipedia LMS merupakan sistem untuk mengelola catatan pelatihan dan pendidikan, perangkat lunaknya untuk mendistribusikan program melalui internet dengan fitur untuk kolaborasi secara ‘’online’’. Dalam pelatihan korporasi, LMS biasanya digunakan untuk mengotomatisasi pencatatan dan pendaftaran karyawan.
LMS memerlukan pendekatan multidimensi. Dimensi untuk belajar sistem manajemen meliputi students self-service misalnya, registrasi mandiri yang dipimpin instruktur pelatihan. Juga pelatihan alur kerja termasuk di dalamnya pemberitahuan pengguna, persetujuan manajer, daftar tunggu manajemen.
Juga terkait penyediaan pembelajaran daring mencakup pelatihan berbasis komputer, membaca & memahami), penilaian daring, manajemen pendidikan profesional berkelanjutan (CPE).
Dimensi lainnya adalah pembelajaran kolaboratif misalnya, berbagi aplikasi, diskusi. Juga pelatihan manajemen sumber daya misalnya, instruktur, fasilitas, peralatan.
LMS juga digunakan oleh regulasi industri (misalnya jasa keuangan dan biopharma) untuk pelatihan kepatuhan. Mereka juga digunakan oleh institusi pendidikan untuk meningkatkan dan mendukung program pengajaran di kelas dan menawarkan kursus untuk populasi yang lebih besar yaitu seluruh dunia.
Beberapa penyedia LMS termasuk "sistem manajemen kinerja" meliputi penilaian karyawan, manajemen kompetensi, analisis keterampilan, perencanaan suksesi, dan penilaian ‘’multi-rater’’ (misalnya, review 360 derajat). Teknik modern sekarang menggunakan pembelajaran berbasis kompetensi untuk menemukan kesenjangan belajar dan panduan materi seleksi pelatihan.
Karakteristik LMS memenuhi persyaratan pendidikan, administrasi, dan penyebaran. Untuk pembelajaran perusahaan (corporate learning), misalnya dapat berbagi banyak karakteristik dengan VLE ‘’(Virtual Learning Environment)’’, atau lingkungan belajar virtual, yang digunakan oleh institusi pendidikan, masing-masing LMS memenuhi kebutuhan yang unik.
Lingkungan belajar virtual (VLE) yang digunakan oleh universitas dan perguruan tinggi memungkinkan instruktur untuk mengelola program mereka dan bertukar informasi dengan siswa untuk kursus yang dalam kebanyakan kasus akan berlangsung beberapa minggu dan akan bertemu beberapa kali selama berminggu-minggu.
Karakteristik fitur yang tersedia untuk LMS institusi pendidikan tersebut adalah ketersediaan fitur yang mampu mengelola user, role, courses, instructor, dan facility. Juga fitur pengatur jadwal atau course calendar, tahapan atau jalur pembelajaran atau learning path, pengelola pesan dan pemberitahuan.
Tentu juga fitur assesment dan testing yang dilakukan sebelum atau sesudah pembelajaran (pre-test dan post-test). Ada juga fitur yang menampilkan nilai (score), serta course yang disusun sesuai grade. Termasuk memiliki fitur penyajian yang berbasis web, sehingga bisa diakses dengan web browser.
Beberapa LMS yang berlisensi open source antara lain . Moodle, Claroline, Dokeos, Docebo, Atutor, Chamilo, OLAT.
Learning Content Management Systems (LCMS)
Sistem pembelajaran konten manajemen (LCMS) adalah teknologi yang berkaitan dengan sistem manajemen pembelajaran yang difokuskan pada manajemen, pengembangan dan penerbitan konten yang biasanya akan dikirimkan melalui.
Sebuah LCMS merupakan lingkungan ‘’multi-user’’ dimana pengembang dapat membuat, menyimpan, menggunakan kembali, mengelola, dan mengirimkan konten pembelajaran digital dari sebuah objek pusat repositori. LMS tidak dapat membuat dan memanipulasi kursus; itu tidak bisa menggunakan lagi konten dari satu program untuk membangun yang lain.
LCMS, bagaimanapun juga, dapat membuat, mengelola dan tidak memberikan modul-modul pelatihan saja, tetapi juga mengelola dan mengedit semua bagian individu yang membentuk sebuah katalog pelatihan.
Aplikasi LCMS memungkinkan pengguna untuk membuat, mengimpor, mengelola, mencari dan menggunakan kembali unit kecil atau "potongan" dari konten pembelajaran digital dan aset, sering disebut sebagai objek pembelajaran.