Hakikat Ittiba Kepada Rasulullah
SEBAGIAN Muslim dalam menjalankan agamanya hanya mengikuti apa-apa yang di ajarkan oleh Ustadznya tanpa memahami dalil dengan jelas.

SEBAGIAN Muslim dalam menjalankan agamanya hanya mengikuti apa-apa yang di ajarkan oleh Ustadznya tanpa memahami dalil dengan jelas. Mengikuti di sini yang dimaksudkan ialah mengikuti tanpa dasar ilmu, seolah apa yang mereka katakan pasti benar. Di sini kita melihat kebenaran hanya diukur oleh ucapan ustadz tersebut, tanpa melakukan pengecekan terhadap dasar ucapan mereka. Mereka tidak mengecek apakah sumbernya dari Rasulullah Saw, atau hanya bersumber dari hadits-hadits yang lemah, atau lebih fatal lagi bila bersumber dari hadits yang palsu. Inilah sesungguhnya hakekat dari Taklid.
Kebenaran atau al haq itu sejatinya bukan berdasarkan banyaknya pengikut atau status sosial orang yang mengucapkan, karena kebenaran akan tetap merupakan kebenaran meskipun hanya sedikit yang mengikutinya. Dan yang namanya kebatilan merupakan kebatilan sekalipun seluruh manusia mengikutinya. Dan kebiasaan mengekor tanpa ilmu ini jelas-jelas merupakan suatu hal yang sangat tercela. Bahkan Alloh mengharamkan untuk mengikuti sesuatu yang kita tidak mempunyai ilmu tentangnya. Sebagaimana disebutkan dalam Al-Quran " Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya ." (QS. Al-Israa : 36). Dan juga perkataan Imam Bukhori " Bahwa ilmu itu sebelum ucapan dan perbuatan ."
Dampak yang nyata terhadap hal ini ialah semakin jauhnya para muqolid (orang-orang yang taklid) ini dari ajaran Islam yang murni, dimana amalan-amalan mereka banyak yang bersumber dari hadits yang dhoif (lemah) atau bahkan hadits palsu dan bahkan mungkin mereka beramal tanpa ada dalil, hanya mengikuti ucapan Kyai atau Ustadznya. Jika dikatakan kepada mereka bahwa amalan mereka itu menyelisihi dalil yang shohih dari Rosulullah, mereka mengatakan “kami hanyalah mengikuti apa-apa yang ada pada bapak-bapak kami atau kyai / ustadz kami.”
Agama ialah nasehat, sebagai sesama kaum muslimin harus saling menasehati. Agama Islam dibawa oleh Rasulullah Saw, kemudian para sahabatnya dan para tabiin seterusnya. Dalam beragama itu harus mengikuti Al-Quran dan As-Sunnah yang shohih sesuai dengan pemahaman para sahabat, karena merekalah orang-orang yang paling tahu tentang sunnah Rasulullah Saw. Meeka merupakan orang-orang pilihan yang dibina langsung oleh Rasulullah Saw. Kalau ada yang keliru diantara mereka langsung ditegur atau dibetulkan atau diluruskan oleh Beliau . Jadi pada jaman sahabatlah agama ini sangat terjaga kemurniannya. Untuk itu kita wajib menjalankan agama ini sesuai petunjuk Rasulullah dan sesuai dengan apa yang dipahami oleh para sahabat, inilah sesungguhnya hakekat dari Ittiba (mengikuti).