Geliat Ekonomi di Balik Hamper Lebaran

Geliat Ekonomi di Balik Hamper Lebaran
Pedagang hamper Jalan Cikini/Net

MONITORDAY.COM - Bagi warga Jakarta, Cikini seolah identik dengan parcel murah meriah. Sebuah bingkisan yang disusun dalam rak rotan dan dihias untuk diberikan kepada seseorang sebagai hadiah.

Uniknya, di tempat ini, tak hanya menyediakan yang sudah dikemas rapi, tapi juga segala pernak-pernik pembungkusnya. Tak heran, jika jelang lebaran lokasi sepanjang trotoar di seberang Stasiun Cikini dan Jalan Pegangsaan Timur ini riuh ramai oleh ratusan pedagang parsel, keranjang dan segala macam aksesorisnya.

Selintas pintas, jika kita melihat ramainya lokasi ini, ada geliat ekonomi dan peluang bisnis yang bisa dikembangkan. Sayangnya, bisnis ini lebih sering timbul tenggelam. Gegara kekeliruan kita tentang arti harfiah parcel dan kebijakan pelarangan yang membayanginya.

Padahal, makna harfiah parcel jauh berbeda dengan pemahaman orang Indonesia selama ini. Dalam bahasa Inggris, ‘parcel’ punya arti a thing wrapped in paper in order to be carried or sent by mail.’ Atau sesuatu yang dibungkus kertas dan dikirim menggunakan pos. Parcel merujuk pada paket yang biasanya dikemas dengan kertas.

Sementara apa yang kini kita kenal dengan sebuah bingkisan yang disusun dalam rak rotan dan dihias untuk diberikan kepada seseorang sebagai hadiah sebetulnya lebih tepat disebut hamper.

Presiden keenam RI Pak SBY pernah menyambangi pusat bingkisan di Kawasan Cikini ini di tahun 2004 silam. Kabarnya ia sampai harus memborong belasan paket bingkisan untuk meredam efek buruk larangan memberikan parcel ke sejumlah pihak. Lewat aksinya itu, SBY ingin menunjukkan jika membeli hamper untuk diberikan pada yang berhak itu tak mengapa.

Sayangnya, Presiden SBY ketika itu tidak sekalian meluruskan kekeliruan kita selama ini soal istilah parcel dan hamper. Padahal jika pelarangan dijelaskan hanya untuk parcel, lantaran tak jelas apa isi di dalamnya dan seringkali diberikan untuk maksud tertentu  kepada seorang pejabat (gratifikasi). Sementara hamper adalah jenis bingkisan yang sudah jelas isi dan harganya.

Jika itu dilakukan, maka para pengrajin bingkisan baik di Cikini maupun lokasi lainnya di Tanah Air tentu akan lebih tenang menjalankan usaha. Peluang meraih cuan dan dan masa depan usaha pun menjadi lebih jelas.

Apalagi pada lebaran kali ini kita masih diselimuti kasus covid-19, yang membuat kita harus membatasi interaksi. Memberikan paket hamper kepada keluarga atau kolega jadi pilihan bagus dan menguntungkan bagi para pengusaha kecil dan menengah.

Akan ada banyak orang—yang tahun ini kecewa lantaran kebijakan larangan mudik lebaran—yang terobati dengan mendapat bingkisan hamper. Hari Raya pun tetap menjadi momen spesial yang pas untuk saling memberi.

Tradisi berbagi masyarakat Indonesia memang patut diacungi jempol, karena berbagi tidak hanya dimaknai sebagai kebaikan secara spiritual, tetapi juga menjadi simbol kehangatan sosial antar masyarakat.

Melalui bingkisan berupa hamper, semua ekspresi dan kehangatan bisa kita perwajahkan dalam bentuk yang lebih unik dan bermacam-macam. Mulai dari isinya seperti kue kering khas lebaran, minuman, perlengkapan sehari-hari, hingga peralatan ibadah. Kemudian dari sisi pengemasannya memiliki berbagai jenis bentuk yang unik dengan sentuhan sisi kreatif. Misalnya anyaman dari bambu, rotan dengan berbagai bentuk, serta bentuk-bentuk kreatif lainnya.

Disinilah sisi peluang yang dapat diambil para pelaku Usaha Kecil Menengah (UMKM) memperoleh cuan di tengah pandemi. Mereka saat ini kebanjiran orderan untuk memenuhi kebutuhan tersebut. UMKM akhirnya menggeliat mulai dari kebutuhan bahan-bahan hingga jasa pembuatan produk-produk kreatif dalam pengemasannya.

Hal ini berarti sejalan dengan fokus pemerintah di masa pandemi ini bahwa UMKM menjadi prioritas dalam rangka pemulihan ekonomi nasional. Pemerintah dalam hal ini memberikan beberapa jenis bantuan seperti Banpres Produktif Usaha Mikro (BPUM), serta relakksasi kredit bagi UMKM.

Dengan banyaknya orderan hampers di hari raya dan hari-hari lain di luar lebaran juga menjadi harapan bagi masyarakat yang mungkin di masa pandemi ini kesusahan mendapat penghasilan yang disebabkan pengurangan karyawan di perusahaannya, atau usaha yang tidak berjalan akibat pandemi.

Selain itu, juga menjadi momen mempromosikan produk lokal karena sebagian besar bahan membuat hampers adalah dari dalam negeri. Bahkan juga membangkitkan penjualan makanan khas daerah serta barang-barang kerajinan lain yang merupakan kekayaan produk kreatif asli Indonesia.

Hal tersebut pun sejalan dengan salah satu konsern yang tengah dilakukan oleh Pemerintah dalam meningkatkan penjualan produk lokal melalui Gerakan Nasional Bangga Buatan Indonesia (Gernas BBI). Bahkan pemerintah telah meluncurkan Hari Bangga Buatan Indonesia yang diperingati setiap tanggal 5 Mei.

Dengan begitu, Hari Raya pun jadi momentum amat spesial karena ada banyak orang yang digembirakan lewat bingkisan hamper. Ekonomi masyarakat pun jadi lebih bergeliat. Banyak orang terbantu untuk mendapatkan penghasilan tambahan. Begitu juga bagi para pengrajin makanan dan produk kreatif lainnya, mereka mendapat media promosi yang sangat efektif.