Eks Gerilyawan GAM, Jamaluddin Berhasil Raih Gelar Magister Di Universitas Syiah Kuala
Tidak banyak yang tahu, kalau Jamaluddin, SE,MM., Yang berhasil meraih gelar Magister Manajemen, Di Fakultas Ekonomi Manajemen, Universitas Syiah Kuala adalah bekas gerilyawan Gerakan Aceh Merdeka (GAM) yang pertama kali ikut latihan militer di Sagoe Lhok Drien, Sawang Aceh Utara, pada tahun 2000.

MONITORDAY.COM - Tidak banyak yang tahu, kalau Jamaluddin, SE,MM., Yang berhasil meraih gelar Magister Manajemen, Di Fakultas Ekonomi Manajemen, Universitas Syiah Kuala adalah bekas gerilyawan Gerakan Aceh Merdeka (GAM) yang pertama kali ikut latihan militer di Sagoe Lhok Drien, Sawang Aceh Utara, pada tahun 2000.
Jamal menceritakan bahwa sejak kecil ia memang ingin bersekolah setinggi mungkin. Impian itu tidak pernah padam, walau dirinya ikut ambil bagian sebagai Teuntra Neugara Aceh (TNA) yang merupakan pasukan tempur sayap militer GAM.
Jamal lahir di Gampong Gunci, Kecamatan Sawang, Aceh Utara pada 3 Juni 1982, dari sepasang suami iatri yang hidup sederhana. Dia lulus SD Gunci pada tahun 1995 dan kemudian melanjutkan ke SMP Negeri 1 Sawang dan lulus tahun 1999.
Sambil bersekolah, kala itu dia mulai bersentuhan dengan gerakan perlawanan yang dipimpin oleh Wali Neugara Teungku Hasan di Tiro. Tahun 2000 ia ikut latihan militer GAM dibimbing oleh Panglima Sagoe Tgk di Lhokdrin, Daerah I di Kecamatan Sawang, Aceh Utara. Pasca latihan itu ia aktif sebagai pasukan tempur GAM, sembari tetap bersekolah. Tentu saja sekolahnya tidak full. Ia kerap absen, karena berpindah tugas.
Akhir 2002, Jamaluddin hijrah ke Aceh Besar, bergabung dengan para kombatan di Daerah IV Aceh Rayeuk, di bawah komando Tgk Muharram.
“Setiap ujian naik kelas, saya tetap pulang untuk mengikuti ujian sekolah. Kala itu intensitas perang semakin tinggi antara militer Pemerintah Indonesia yaitu TNI/POLRI Vs TNA/GAM. Dalam situasi Darurat Militer saya mengambil cuti Untuk mengikuti Ebtanas, saya menganggap pendidkan sangat penting untuk Kehidupan,” jelas Jamal.
Usai ikut Ebtanas, dan dinyatakan lulus, Jamal sangat bahagia. Ada keinginan untuk segera melanjutkan ke perguruan tinggi. Tapi karena panggilan tugas “negara” lebih mendominasi jiwanya, Jamal pun memilih terjun ke medan perang.
Setelah perjanjian damai antara GAM dan Pemerintah RI di Helsinki, Finlandia pada 15 Agustus 2005, ia turun gunung, melepas segenap atribut militer yang telah begitu lama ia pakai. Selanjutnya Jamal ditugaskan oleh Komite Peralihan Aceh (KPA)– wadah tempat bernaung para kombatan GAM–, untuk memfasilitasi pengobatan mantan kombatan dan masyarakat yang cacat dan yang masih terluka akibat perang.
Tugas ini dijalankannya sampai 2009. Ia juga terlibat aktif dalam menyusun kebijakan program Jaminan Kesehatan Aceh atau JKA sebagai Anggota Tim Asistensi Pemerintah Aceh Bidang Kesehatan (2008 -2009). Kemudian diangkat sebagai Anggota Tim Anti Korupsi Pemerintah Aceh (2009-2011).
Cita-cita bersekolah di perguruan tinggi tentu tidaklah pupus. Jamal melanjutkan studi sarjananya di Universitas Setia Budi Mandiri, Medan, Sumatera Utara. Dia memilih Fakultas Ekonomi. Kendala demi kendala dialaminya karena lamanya meninggalkan pendidikan formal. Tekad kuat dengan dukungan elemen civil society, membuatnya terus belajar lebih baik dan berhasil menamatkan Pendidikan tahun 2014.
Tak ingin berlama-lama, tahun 2015, Jamaluddin mengambil keputusan untuk melanjutkan pendidikan pascasarjana di Fakultas Ekonomi Manajemen, Universitas Syiah Kuala.
Di universitas kebanggaan rakyat Aceh itu, Jamal belajar lebih keras. Akhirnya pada 2018, dia berhasil menyelesaikan Pendidikan dengan IPK 3.44. Judul Thesis: Manajemen Resolusi Konflik.
“Alhamdulillah saya berhasil lulus sebagai magister dengan IPK yang memuaskan. Semoga apa yang saya pelajari menjadi berguna bagi Aceh,” tutupnya.