Ekonomi Amerika Serikat Terkendala Varian Delta

MONITORDAY.COM - Meski pertumbuhan ekonomi Amerika Serikat melesat dan inflasi melonjak, Bank Sentral AS dan investor Wall Street merasa pemulihan masih sangat lemah. Mutasi virus korona menjadi kendalanya. Ekonomi global tetap berharap pada pemulihan ekonomi AS yang menjadi harapan sekaligus tantangan bagi banyak mitra dagangnya termasuk Indonesia.
Jika ekonomi AS menguat kita terancam oleh kemungkinan taper tantrum. US Dollar yang menguat akan membuat beban utang kita semakin berat. Di sisi lain hal tersebut akan menguntungkan bagi para eksportir kita. Jika permintaan barang dari AS meningkat maka ekspor kita juga akan menguat.
Kekhawatiran baru tentang virus korona varian delta yang berkembang biak dengan cepat mengakibatkan sentimen negatif di lantai Wall Street hingga Dow Jones Industrial Average DJIA, +1,62% merosot 750 poin. Demikian menurut MarketWatch.
Faktanya, sekitar 60% orang dewasa Amerika telah divaksinasi penuh dan jutaan lainnya yang telah tertular virus juga memiliki antibodi. Sejauh ini bukti menunjukkan orang dengan antibodi tidak mungkin menderita penyakit serius jika mereka menangkap varian Delta. Meski demikian ancaman itu tetap menggoyahkan pasar. Rerata angka penularan harian di AS masih di kisaran 35 ribu orang pekan ini dengan tingkat kematian harian di atas 300 jiwa.
Kasus meningkat di AS dityunjukkan dengan jumlah orang yang dites positif hampir tiga kali lipat menjadi 30.000 sehari berdasarkan rata-rata bergulir tujuh hari. Padhal beban kasus telah turun ke titik terendah pandemi lebih dari 10.000 per hari di bulan Juni. Angka ini tentu saja mencemaskan bagi AS. Sebagian besar orang yang tertular virus tidak divaksinasi, statistik menunjukkan hal tersebut.
Lalu dampaknya bagi perekonomian pun akan semakin terasa. Harga banyak barang dan jasa naik tidak sedikit karena perusahaan tidak bisa mendapatkan pasokan yang cukup untuk memenuhi semua permintaan. Banyak dari persediaan semisal chip komputer dibuat di negara lain. Tanpa pasokan chip banyak industri berbasis teknologi di AS akan berhenti produksi.
Sedikitnya barang akan membuat harga melambung tinggi. Jika jalur pasokan global yang ‘lelah’ ini diperpanjang lebih jauh, inflasi yang tinggi kemungkinan akan bertahan hingga tahun depan dan bertindak sebagai hambatan lebih lanjut pada ekonomi AS. Biaya hidup telah melonjak 5,4% dalam 12 bulan terakhir untuk menandai peningkatan tercepat dalam 13 tahun.
Inflasi terjadi di Kuba karena embargo AS. Kini AS terancam hiper inflasi oleh virus korona varian Delta.