Mengakhiri Jalan Kekerasan

Sekitar 100 orang oknum anggota TNI menyerang mapolres dan membakar beberapa buah kendaraan di polsek Ciracas.

Mengakhiri Jalan Kekerasan
Sumber gambar: antaranews.com

MONDAYREVIEW.COM – Peristiwa penyerang mapolsek Ciracas cukup membuat kita miris. Sebagai masyarakat sipil, kita menyayangkan perilaku sebagian oknum aparat yang menggunakan jalan kekerasan sebagai penyelesaian masalah. Sekitar 100 orang oknum anggota TNI menyerang mapolres dan membakar beberapa buah kendaraan di polsek Ciracas. Mereka juga merusak beberapa toko dan melukai sejumlah orang. Hal ini dipicu oleh sebuah hoaks yang disebarkan oleh oknum anggota TNI.

Seorang anggota TNI yang mengalami kecelakaan tunggal memberitakan kepada kawan-kawannya bahwa dia telah dikeroyok. Hal ini memancing emosi kawan-kawan seangkatannya sehingga melakukan aksi brutal tersebut. Pada awalnya pihak Dandim tidak mengakui aksi tersebut dilakukan oleh jajarannya. Namun setelah dilakukan penyelidikan lebih lanjut, pihak Dandim mengakui bahwa aksi tersebut dilakukan oleh oknum TNI.

Menanggapi hal ini, Kepala Satuan Angkatan Darat TNI Andika Perkasa segera memberikan keterangan dan meminta maaf atas aksi tersebut. Dia juga menyatakan akan memberikan ganti rugi terhadap toko yang dirusak atau orang yang terluka. Andika juga mengatakan para pelaku aksi tersebut akan dipecat dari TNI jika telah memenuhi persyaratan untuk diberhentikan. Peristiwa ini jelas menjadi citra buruk bagi institusi militer.

Peristiwa ini juga menunjukan bahwa kekerasan masih menjadi jalan yang dipilih dalam menyelesaikan sebuah masalah. Memang benar bahwa militer dididik agar terbiasa dengan kondisi yang keras dan fisik yang kuat. Angkatan Darat dilatih untuk berperang melawan musuh bahkan mempertaruhkan nyawa untuk itu. Namun bukan berarti aksi-aksi kekerasan boleh diterapkan militer dalam kaitannya dengan persoalan menyangkut masyarakat sipil. Kekerasan kepada mapolsek Ciracas dengan alasan solidaritas sekalipun benar tidak bisa dibenarkan. Apalagi kasus ini dipicu oleh hoax.

Kita masih ingat beberapa tahun lalu sekelompok anggota kopasus menembak tahanan di LP Cebongan yang mengeroyok anggotanya. Sekilas tindakan tersebut adalah heroic dan mencerminkan jiwa korsa. Warganet banyak yang memuji aksi tersebut. Namun dilihat dari segi hukum maupun kemanusiaan tidak dapat dibenarkan. Kekerasan memang sekilas menawarkan penyelesaian instan terhadap suatu masalah. Namun yang perlu diingat adalah satu kekerasan akan melahirkan kekerasan baru. Hal ini akan melahirkan spiral atau rantai kekerasan.

Perlu adanya penyadaran dan upaya peningkatan pemahaman di kalangan militer terkait penggunaan kekerasan dalam kondisi non perang. Biar bagaimanapun negeri ini adalah negara hukum. Segala sesuatu mesti diselesaikan melalui jalur hukum. Tidak ada tempat bagi kekerasan dan main hakim sendiri. Main hakim sendiri memang sekilas dapat memenuhi hasrat emosi para pelakunya. Namun kekerasan yang dilawan dengan kekerasan akan semakin mengobarkan konflik.

Militer juga perlu dibekali dengan manajemen dan resolusi konflik, yakni ilmu tentang bagaimana menyelesaikan konflik dengan jalan damai. Konflik adalah sebuah keniscayaan yang tak dapat dihindari. Namun konflik bisa dikelola dengan baik. Konflik bisa diselesaikan dengan jalan-jalan yang beradab tanpa kekerasan. Militer juga harus dibekali dengan pemahaman tentang hal-hal buruk yang terjadi jika budaya kekerasan terus menerus dipertahankan. Utamanya otoritas terkait yang harus memberi teladan dan pengarahan kepada bawahannya.