Diplomasi Kopi Ala Jokowi

Bagi Jokowi, kopi tak sekadar kopi. Namun ada makna dari cara kita melihat dan menikmatinya.

Diplomasi Kopi Ala Jokowi
Presiden Jokowi dalam sebuah acara menikmati minum kopi bersama peserta.

SELALU ADA CERITA, ketika menyeruput secangkir kopi. Entah di jamuan kenegaraan, pesta rakyat, atau bahkan di warung kopi (warkop) sekalipun. Tentu saja ini lantaran kopi merupakan salah satu minuman yang sangat popular di kalangan masyarakat dunia. Seolah tiada hari tanpa ditemani segelas kopi. Membaca koran, menikmati kudapan, menonton televisi, atau bahkan ketika bertukar pikiran, seolah tak lengkap tanpa segelas kopi.

Mengacu kepada data statistik dari Organisasi Kopi Internasional, dalam satu hari paling tidak ada sekitar 1,6 miliar gelas kopi yang diseruput masyarakat dunia. Jadi tak heranlah bila ada begitu banyak orang yang menjadikan kopi sebagai minuman favorit. Tentu ada banyak alasan, kenapa kemudian orang meminum kopi. Alasan standar, biasanya untuk mengusir rasa kantuk. Namun alasan lain ada juga yang ternyata karena untuk 'kesehatan'.

Presiden Joko Widodo (Jokowi), ternyata juga dikenal sebagai penikmat kopi. Pak Jokowi rupanya punya alasan lain, kenapa kemudian dirinya akhir-akhir ini mulai menyukai minuman yang pertama kali ditemukan para pencari jalan salik pada abad pertengahan ini. Dalam sebuah acara ‘Presidents Corner’ di sebuah stasiun televisi, Sekretaris Kabinet, Pramono Anung menuturkan, ada beberapa maksud kenapa kemudian dalam setengah tahun terakhir Presiden Jokowi concern terhadap perkembangan industri perkopian.

Menurut Pram, alasan pertama Jokowi, adalah karena kopi sekarang menjadi trend tersendiri di dunia internasional maupun nasional. Kopi menjadi tak sekadar kopi, pun demikian dengan cara bagaimana kita menikmatinya penuh ragam dan rasa. Di Indonesia, kata Pram, kita kenal ada Sejiwa Kopi, Tuku, dan sebagainya. Brand-brand tersebut, saat ini tengah didorong Pak Jokowi untuk go internasional.

Saat ini, Pak Jokowi sedang memberi perhatian cukup serius terhadap potensi kopi. Ini karena Indonesia memiliki potensi kopi yang luar biasa. Seandainya dilakukan ekspedisi kopi kecil-kecilan dari Sabang hingga Merauke, niscaya kita akan menemukan produk-produk kopi maupun tradisi meminum kopi yang luar biasa. Mulai dari wilayah paling barat, ada kopi Aceh Gayo, dengan aroma memikat dan rasa asam yang tak terlalu pekat. Lalu ada kopi Lampung, Kopi Pringer di Jawa barat. Lanjut ada Kopi Toraja, Kopi Bali, hingga yang namanya Green Bean Kopi Arabica di Wamena-Papua. Memiliki cita rasa ringan dan memiliki keharuman tajam nan memikat.

Keanekaragaman dan kekayaan potensi kopi lokal inilah yang kemudian mendorong Jokowi untuk menjadikan kopi tak sekadar kopi. Namun mengubahnya menjadi produk yang memiliki nilai lebih. Inilah makna kopi kedua, yaitu sebagai komoditas yang bisa mendongkrak perekonomian.

Ini bisa dilihat di New Zealand, dimana kopi dikonsumsi sangat tinggi. Dimana sebenarnya, sebagian kopi yang dikonsumsi disana berasal dari Indonesia walaupun dengan brand lain. Presiden dalam konteks ini ingin agar kopi-kopi yang dikonsumsi di luar Indonesia juga memakai brand dari Indonesia.

Itulah kenapa kemudian Presiden dalam beberapa kesempatan selalu mempromosikan kopi Indoneia, termasuk beberapa kopi yang sebenarnya dikenal sebagai kopi premium yang di luar Indonesia dihargai mahal. Disinilah letak pentingnya diplomasi kopi yang dilakukan oleh Presiden.

Presiden Jokowi sendiri, awalnya bukanlah tipe maniak kopi. Selama ini, Jokowi lebih dikenal sebagai penikmat teh. Namun untuk kepentingan nasional, perlahan ia mulai mencoba kopi. Sehingga tak heran bila dalam beberapa kesempatan acara kenegaraan, selalu ada pojok kopi.

Dengan kopi, Jokowi mencoba mengakrabkan para menteri, para tamu, atau siapa pun. Mereka memiliki kesempatan untuk memesan black coffe, capucino, coffee latte, dan bermacam kopi yang intinya agar ada kebersamaan. Inilah makna kopi ketiga, yakni ‘kebersamaan’.

Kopi membuat kita saling berbagi, bisa saling merasakan, bisa saling memiliki. Makna ini sangat pas dengan tradisi kabinet era Jokowi. Anggota Kabinet Jokowi praktis tidak memiliki waktu luang karena kerja, kerja, dan kerja. Kopi membuat para anggota kabinet kian 'melek' potensi serta tajam mencium aroma kemajuan.

Last, but not least, satu hal yang memang perlu diperhatikan, bahwa sesempurna apa pun kopi yang diracik dan disajikan, kopi memang tetaplah kopi, ada rasa pahit yang tak bisa dihilangkan kecuali dengan 'kebersamaan'. Rasa pahit bila dihadapi bersama, menjadi tak terasa pahit. Seumpama racikan kopi, kata Dr. Oz, cara terbaik menikmati kopi adalah dengan dipersatukan bersama susu rendah lemak. Jangan menambahkan gula terlalu banyak, karena jika kopi ditambahkan dengan gula, itu artinya akan ada banyak kalori tambahan.

[Mrf]