Co-firing di PLN : Kombinasi Batubara dan Biomassa   

Co-firing di PLN : Kombinasi Batubara dan Biomassa    
ilustrasi pembangkit menggunakan biomassa sebagai bagian dari co-firing di pembangkitan listrik/ pellet mill

MONITORDAY.COM - Banyak pembangkit listrik di Indonesia yang masih menggunakan batubara atau solar. Penggunaan bahan bakar fosil terbukti nyata tak ramah lingkungan, ketersediaannya semakin  terbatas dan harganya pun akan semakin tak ekonomis. Untuk meninggalkan bahan bakar fosil tak dapat dilakukan seketika karena berbagai sebab baik dari sisi biaya investasi maupun ketersediaan infrastruktur dan bahan bakar lain. 

Salah satu jalan keluarnya adalah co-firing dimana pembakaran dari dua (atau lebih) jenis material yang berbeda pada waktu yang bersamaan. Salah satu keuntungan dari pembakaran bersama adalah pembangkit yang sudah ada dapat digunakan untuk membakar bahan bakar baru, yang mungkin lebih murah atau lebih ramah lingkungan. Misalnya, biomassa kadang-kadang dibakar bersama di pembangkit listrik tenaga batubara yang ada, bukan pembangkit listrik tenaga biomassa baru. 

PT PLN (Persero) sedang berpacu dalam  penggantian batu bara sengan co-firing biomassa. Enam pembangkit telah menggunakan biomassa secara komersial. Meskipun persentase penggunaan masih minim antara 1-5% dari kebutuhan yang selama ini menggunakam batu bara tapi jumlah pembangkit listrik yang gunakan co-firing ditargetkan akan terus bertambah.

Targetnya hingga 2024 akan ada 52 PLTU gunakan co-firing biomassa dengan total kapasitas listrik mencapai 18.154 Megawatt (MW). Co-firing biomassa telah dilakukan bertahap sejak 2020 dan implentasikannya secara full 100% pada tahun 2024. Sampai tahun 2020 lalu telah dilakukan ujicoba 29 lokasi PLTU dimana hasil uji coba pemantauan kualitas emisi jauh lebih baik. Setelah itu tahap impelementasi. Dari 52 PLTU yang jadi target ada 6 PLTU yang sudah commercial operation.

PLTU Paiton, Pacitan, Jeranjang, Suralaya 1 – 4 , Sanggau Kalimantan Barat dan Ketapang. 2021 kami rencakan 17 lokasi , 17 PLTU. Dari sisi teknis pembangkit sebearnya perubahan bahan baku sudah bisa dilakukan hanya saja saat ini satu poin utama yang kurang adalah masalah kepastian pasokan biomassa.

PLN  sudah melakukan di PLTU uji coba itu 1% dari volume batu bara. Kendala ketersediaan biomassa. serbuk gergaji itu. kebutuhan 1% kira kira 10 ton per hari. 

Contoh lain adalah bahwa fraksi bahan bakar primer biomassa dapat digabungkan dengan bahan bakar yang berasal dari limbah di pabrik biomassa yang mengarah pada penghancuran fraksi limbah yang ramah lingkungan dan panas yang hemat biaya serta produksi listrik. 

Co-firing juga dapat digunakan untuk meningkatkan pembakaran bahan bakar dengan kandungan energi yang rendah. Misalnya, gas Tempat Pembuangan Akhir (TPA) mengandung karbon dioksida dalam jumlah besar, yang tidak mudah terbakar. 

Jika gas TPA dibakar tanpa menghilangkan karbon dioksida, peralatan mungkin tidak berfungsi dengan baik atau emisi polutan dapat meningkat. Penembakan bersama dengan gas alam meningkatkan kandungan panas bahan bakar dan meningkatkan kinerja pembakaran dan peralatan.