Empat Tahun Memimpin, Jokowi Kian Lengket dengan Kaum Santri
Selama empat tahun memimpin negeri, Jokowi seperti enggan jauh dengan kaum santri. Meminjam bahasanya budayawan Riki Dhamparan Putra, Jokowi selalu membahagiakan kaum santri.

LAPANGAN Gasibu di Kota Bandung, riuh ramai dipenuhi para santri, ulama dan para tetamu lainnya pada Minggu (21/10/2018) malam. Jokowi datang dengan mengenakan sarung, dipadupadankan dengan baju muslim putih, dilapisi jas hitam lengkap dengan peci hitam. Sangat ‘nyantri’ sekali. Sesaat setelah melempar senyum dan menyapa hadirin, Jokowi naik mimbar dan memberikan pidatonya.
“Sejarah mencatat peran besar para ulama, para kiai, para santri dalam masa perjuangan kemerdekaan bangsa Indonesia, dalam menjaga NKRI, dalam menjaga Bhineka Tunggal Ika dan selalu memandu ke jalan kebaikan, ke jalan kebenaran, ke jalan kemajuan,” kata Presiden Jokowi.
Jokowi lantas mengatakan, bahwa penetapan ‘Hari Santri’ merupakan bentuk penghormatan, penghargaan, dan rasa terima kasih negara kepada para kiai, kepada para alim ulama, kepada para santri, dan kepada seluruh komponen bangsa yang mengikuti teladan para kiai dan para ulama.
Jokowi juga mengatakan, masyarakat patut bersyukur dengan kuatnya tradisi kesantrian yang ada di Indonesia. Saat ini, tercatat ada 28 ribu pondok pesantren yang tersebar di wilayah Indonesia.
“Saya menandatangani keputusan Presiden tentang hari santri. Sejak itu kita memperingati hari santri pada 22 Oktober. Hal ini merupakan penghormatan dan rasa terima kasih negara kepada para alim ulama, para kiai, ajengan, dan para santri dan seluruh komponen bangsa yang mengikuti teladan alim ulama, ajengan dan kyai,” jelasnya.
Selama empat tahun memimpin negeri, Jokowi seperti enggan jauh dengan kaum santri. Meminjam bahasanya budayawan Riki Dhamparan Putra, Jokowi selalu membahagiakan kaum santri. Itulah kenapa ia memberi apresiasi atas upaya Pemerintahan Joko Widodo memajukan pendidikan pesantren. Menurutnya, selama empat tahun memimpin negeri, ditambah lagi dengan Nawa Cita Jilid II, Jokowi selalu membahagiakan kalangan santri.
“Nawa Cita Jilid II yang dicanangkan Pemerintah Joko Widodo, yang fokus pada pembangunan sumber daya manusia, akan memberi perhatian lebih besar pada pesantren. Cita cita tersebut juga menjadi cita cita awal Jokowi,” ujar Riki Dhamparan saat berbincang santai di Jakarta, Jum’at (16/11/2018).
Riki Dhamparan mengatakan, setahun sejak dilantik menjadi Presiden, Jokowi telah menetapkan Hari Santri. Selanjutnya, sejumlah program yang bertujuan memberdayakan peran pesantren juga telah diluncurkan. Mulai dari rusun untuk santri, pembangunan balai latihan kerja pondok pesantren, pendirian pondok pesantren internasional, dan bank wakaf mikro.
"Langkah-langkah itu memperlihatkan kesungguhan Presiden Jokowi untuk mengangkat harkat pesantren, meningkatkan kesejahteraan santri, dan mutu pendidikan pesantren di masa depan," ujar Riki.
Namun dari semua itu, kata Riki kegembiraan terbesar bagi kalangan pesantren adalah munculnya Kiai Ma’ruf Amin yang maju menjadi cawapres mendampingi Jokowi. "Itu dibuktikan dengan dukungan kalangan pesantren yang gegap gempita pada KH Ma’ruf Amin belakangan ini,” tandasnya.
Riki menuturkan, hubungan Jokowi dan dunia pesantren menarik untuk disimak. Sebab, Presiden Jokowi merupakan presiden yang paling sering blusukan ke pesantren-pesantren.
Jokowi kata Riki juga membawa wacana “Islam Nusantara” ke kabinetnya, yang notabene merupakan gagasan yang diproduksi kalangan pesantren berdasarkan karakter kultural pesantren tradisional di Indonesia. Bahkan di beberapa forum masyarakat Islam internasional, Jokowi juga gencar mempromosikan model ekspresi keislaman Indonesia yang berwatak damai dan menolak radikalisme.
Terlepas dari tudingan adanya motif politik di balik kedekatannya dengan dunia pesantren itu, kata Riki Jokowi telah membuat topik pesantren menjadi populer di level wacana. Publik, baik melalui media mainstream maupun media sosial, saat ini mulai bergairah memproduksi dan mengkonsumsi topik “santri”.
"Suatu proses yang tampaknya positif bagi upaya untuk mengangkat nilai-nilai dan potensi besar pesantren menjadi penopang pembangunan di pelbagai bidang, terutama pembangunan karakter dan semangat kebangsaan” ungkapnya.
Selain itu, dia menambahkan, pesantren bukan sekedar aset, tetapi basis pembangunan sumber daya manusia terpenting yang lahir dari rahim kebudayaan kita.