Cegah Narasi Kekerasan Bagi Anak
Trauma dan perkataan buruk dari anak-anak di masa kini dapat menjadi masalah serius di masa mendatang.

MONDAYREVIEW.COM – Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) angkat suara soal video demonstrasi menolak kebijakan lima hari sekolah di Jawa Timur yang viral di media sosial. KPI telah mencermati video demo tolak FDS berdurasi 1:03 menit yang menjadi viral. Pada aksi tersebut terlihat anak-anak membentangkan spanduk dan membawa bendera seraya meneriakkan takbir serta memekikkan ucapan, “Bunuh, bunuh, bunuh menterinya, bunuh menterinya sekarang juga”.
Hal tersebut tentu menjadi keprihatinan bersama. Ketika era resistensi terhadap Ahok juga terdapat video dimana anak-anak kecil memekikkan ucapan “Bunuh Ahok”. Ujaran bernada kekerasan ini tentu memprihatinkan. Bagaimana anak-anak telah tercangkokkan ide dan mengucapkan perkataan pembunuhan. Saya pun teringat dengan serial Gundam 00. Dimana Setsuna merupakan seorang anak yang sejak kecil telah terpapar dengan darah dan perang. Alhasil hal tersebut berpengaruh terhadap dirinya. Untung saja Setsuna tidak terperangkap dalam memori buruk tersebut dan dapat menjadikan memori itu sebagai upaya menghadirkan dunia yang lebih baik.
Ketika kuliah dahulu, saya pun teringat mata kuliah Sosiologi. Dimana anak-anak di Maluku memiliki ingatan tentang darah dan perang saudara yang terjadi. Hal tersebut diantaranya terlihat ketika anak-anak itu dipersilakan untuk menggambar. Yang muncul adalah gambar-gambar bermuatan perang. Lalu ada juga kisah tentang seorang anak yang ketakutan melihat seprei berwarna merah. Rupanya memori tentang darah dalam peperangan membekas dan menjadi trauma tersendiri.
Masa depan tidak muncul secara tiba-tiba, melainkan rangkaian dari masa kini. Maka trauma dan perkataan buruk dari anak-anak di masa kini dapat menjadi masalah serius di masa mendatang. Untuk itulah diperlukan perhatian dari segenap lini untuk melindungi anak-anak.