Cara Baru Belajar di Era Digital

MONITORDAY.COM - Dunia pendidikan mengalami perubahan luar biasa. Teknologi digital menjadi tulang punggung perubahan itu. Perubahan itu dirasakan oleh orang-orang di berbagai lapisan masyarakat seiring penetrasi internet. Orang bisa belajar tentang banyak hal, bahkan belajar apa saja, dari berbagai sumber dan platform.
Perguruan Tinggi dan sekolah-sekolah dihadapkan pada tantangan perubahan yang cepat dan massif. Alih-alih berkonsentrasi dalam membangun gedung-gedung atau ruang-ruang kelas, kini ketersediaan SDM dan piranti teknologi digital menjadi keniscayaan. Materi kuliah harus dimutakhirkan seiring cepatnya perubahan. Juga cara mengajar harus lebih efektif. Perpustakaan juga harus berkompetisi sekaligus berkolaborasi dan berjejaring dengan ketersediaan sumber-sumber materi pembelajaran digital.
Tanpa menafikan cara dan ruang belajar konvensional, kini kelas-kelas daring bertebaran di dunia maya. Dari yang gratis hingga yang berbayar. Untuk mendapat kemudahan dan akses ke pendidik kelas dunia, pelajar saat ini tidak perlu promosi atau koneksi. Saat ini sektor teknologi pendidikan atau edtech menjadi mainstream.
Besar kemungkinan kampus dalam pengertian konvensional akan lebih berfungsi sebagai pusat keunggulan bagi mereka yang akan menjadi akademisi atau peneliti. Sementara mereka yang akan bekerja atau berwirausaha akan memilih kampus atau pembelajaran daring. Apalagi dengan keterbatasan jarak antara pembelajar dan kampus tempat belajar yang mampu dipecahkan oleh cara belajar daring.
Dari sekian banyak pemain kunci dalam pengembangan teknologi pendidikan dan pembelajaran berbasis teknologi adalah Coursera. Platform e-learning global Coursera kini menggandakan strateginya, pasar terbesar kedua di dunia. Coursera di lingkup Asia Pasifik, telah meluncurkan serangkaian kemitraan baru dengan perusahaan dan universitas dengan strategi penetapan harga yang sesuai untuk konsumen yang sensitif terhadap harga.
Coursera go public pada bulan Maret setahun sebelum pandemi dengan peningkatan 65 persen dalam pengguna dan mencatat kemitraan dengan universitas dan perusahaan.
Inisiatif respons pandemi yang dilakukan Coursera telah membantu 4.000 perguruan tinggi dan universitas di seluruh dunia dalam transformasi digital mereka dan inisiatif pemulihan tenaga kerjanya mendukung pemerintah di 100 negara dan terbukti 1 juta orang mendaftar di 8,3 juta kursus.
Maggioncalda adalah seorang CEO Coursera. Ia mengatakan, “Kami memiliki jaringan global universitas di seluruh dunia. Universitas-universitas ini tersebar di seluruh dunia dan pada Januari 2020, saya mendapat telepon dari mitra kami di Duke mereka memiliki usaha patungan dengan Universitas Wuhan. Mereka memiliki kampus di Kunshan China dan mereka berkata, kampus kami baru saja ditutup. Ada virus yang telah mempengaruhi area ini dan jadi kami harus memindahkan semua pembelajaran kami secara online dalam tujuh hari, dapatkah kami menggunakan Coursera, untuk kampus secara gratis untuk fakultas kami dan untuk siswa kami."
Lembaga ini mampu menjawab masalah yang datang tak terduga karena memiliki visi jauh ke depan. Cousera mulai menawarkan Coursera gratis untuk kampus ke setiap kampus di dunia. Dan ketika UNESCO mengatakan 1,6 miliar siswa pada April 2020 meniadakan pembelajaran tatap muka, apa yang dilakukan lembaga pendidikan daring ini telah memberikan jawaban yang tepat. Tidak saja dalam konteks bisnis, lembaga ini telah memberikan kontribusi yang luar biasa saat pandemi dan ketimpangan akses pendidikan masih bahkan semakin meluas.
Pendidikan perlu lebih tersedia untuk lebih banyak orang. Salah satu alasan mengapa ini menjadi lebih penting sekarang daripada di masa lalu adalah karena dunia berubah lebih cepat daripada sebelumnya. Tanpa bekal pendidikan yang memadai seseorang atau sebuah bangsa akan semakin tertinggal.