Cak Nanto: Tak ada Salahnya Pelayan Kekuasaan untuk Kebaikan

Cak Nanto: Tak ada Salahnya Pelayan Kekuasaan untuk Kebaikan
Ketua Umum PP Pemuda Muhammadiyah, Sunanto/(dok. Monitorday)

MONITORDAY.COM - Ketua Umum PP Pemuda Muhammadiyah Sunanto menyatakan bahwa nilai yang selalu dijunjung dalam organisasi adalah menebarkan kebikan di manapun tempatnya, termasuk dalam lingkaran kekuasaan.

Hal itu dikatakan menanggapi kritik terhadap dirinya setelah ditunjuk menjadi Komisaris Utama perusahaan BUMN PT Istaka Karya (Persero), yang dianggap telah mengubah pola organisasi yang seharusnya jadi pengontrol malah jadi pelayan kekuasaan. 

"Tidak ada salahnya, pelayan kekuasaan untuk kebaikan tidak masalah. Kan kita di sini dalam rangka kebaikan juga," kata Cak Nanto, sapaan akrabnya, dalam acara tamu redaksi, Senin (11/1/2021) malam.

Dia menilai, persyarikatan Muhammadiyah dalam gerakannya selalu menekankan bahwa hubungan baik sesama manusia itu dilaksanakan dalam rangka implementasi ketakwaan kepada Allah.

"Jadi bukan hanya simbol, di Muhammadiyah saya rasa menerapkan habluminannas itu dalam rangka pelaksanaan dari hablumilallah itu sendiri," ungkap Cak Nanto.

Karena itu, dia menyatakan bahwa dakwah Muhammadiyah saat ini harusnya tidak hanya dilaksanakan di dalam momunitas Muhammadiyah, namun juga dilaksanakan di luar komunitas yang potensi nilai kemanfaatanya akan jauh lebih besar.

Termasuk di lingkaran kekuasaan, menurut Cak Nanto, akan lebih besar dampaknya jika nilai dakwah Muhammadiyah itu dilaksanakan dalam kebijakan yang menyangkut kepentingan orang banyak.

"Sekarang yang terpenting adalah bagaimana nilai-nilai Muhammadiyah, nilai-nilai Islam itu bisa diimplementasikan dalam pengambilan kebijakan," tuturnya.

Terkait anggapan bahwa organisasi akan kehilangan nalar kritis jika sudah masuk ke dalam kekuasaan, Cak Nanto menegaskan bahwa kritis tidak selalu hanya teriak dan turun ke jalan.  

"Kalau teriak demo dianggap kritis, terus kita memberikan masukan dengan solusi itu tidak dianggap kritis, bagi saya itu tidak adil," ucap dia 

Menurut dia, setiap orang mempunyai proses kritis berbeda-beda berdasarkan latar belakang budaya dan pengalaman yang juga tidak sama. Jadi, kata dia, setiap orang berhak untuk memilih cara kritisnya masing-masing.

"Karena kita tidak mungkin memiliki satu kesamaan secara utuh, kita memiliki hati dan punya pelajaran, postur budaya yang juga beda-beda, sejarah hidup kita juga berbeda, jadi pasti proses kritisnya pun berbeda," demikian kata Cak Nanto.