Berita Hoax dan Membanjirnya Informasi

Ada pun masyarakat hendaknya harus menyikapi membanjirnya informasi dengan bijak.

Berita Hoax dan Membanjirnya Informasi
Informasi (Techsbooks)

MONDAYREVIEW.COM - Kemajuan teknologi memungkinkan kita dapat mengetahui berita secara real time dari berbagai penjuru dunia. Pemasok berita pun kini relatif terbuka. Bukan hanya koran, majalah, media online yang berperan sebagai produsen berita. Kini Anda pun dapat menjadi produsen berita. Entah itu dengan membuat status di media sosial, menulis di blog pribadi, dan sebagainya.

Dengan kondisi demikian maka terciptanya suatu berita bisa jadi tak memenuhi kaidah jurnalistik. Maka bertebaranlah dan bercampur baurlah berita. Sementara itu masyarakat luas sebagai konsumen berita pun bisa jadi akan kebingungan dalam memilah mana berita yang tepat. Ditambah lagi terdapat sejumlah oknum yang memproduksi berita hoax. Produksi berita hoax tersebut dengan tujuan ekonomi ataupun adanya keinginan meraih keuntungan politik.

Budayawan Taufiq Ismail dengan satir pernah menyebut bangsa Indonesia dengan “Rabun Membaca dan Pincang Menulis”. Nyatanya “Rabun Membaca dan Pincang Menulis” tersebut berpengaruh terhadap daya cerna dan daya sebar berita. Dalam mencerna berita, proses verifikasi, cross check tidak secara optimal dilakukan. Akibatnya informasi hoax dapat “beternak” dengan cepat.

Lalu dimanakah peran pemerintah menghadapi ini? Pemerintah seyogianya harus bertindak cermat dan bijak. Sebuah kombinasi antara mengatur dan memberi kebebasan. Jangan lupakan bahwa demokratisasi informasi merupakan bagian dari demokrasi. Dan sinyalemen sehatnya demokrasi yakni adanya kebebasan berpendapat secara bertanggungjawab.

Ada pun masyarakat hendaknya harus menyikapi membanjirnya informasi dengan bijak. Janganlah sembarangan untuk menyebarkan berita secara serampangan. Bijaklah dalam mencerna berita dan menyebarkan berita. Dengan basis tersebut maka berita hoax pun akan terkikis secara signifikan.