Saham Melonjak Karena Vaksin Sinovac
Vaksin tetap menjadi harapan utama dalam upaya menghadapai pandemi global virus korona. Vaksinasi hakikatnya bagian dari strategi herd immunity. Apa hendak dikata kebutuhan hidup alias faktor ekonomi menjadi alasan banyak orang untuk tetap beraktivitas di luar rumah selama pandemi. Perkembangan pandemi menunjukkan bahwa penyebaran virus korona terus meningkat dengan tingkat rerata kematian yang cenderung menurun.

MONDAYREVIEW.COM – Vaksin tetap menjadi harapan utama dalam upaya menghadapi pandemi global virus korona. Vaksinasi hakikatnya bagian dari strategi herd immunity. Apa hendak dikata kebutuhan hidup alias faktor ekonomi menjadi alasan banyak orang untuk tetap beraktivitas di luar rumah selama pandemi. Perkembangan pandemi menunjukkan bahwa penyebaran virus korona terus meningkat dengan tingkat rerata kematian yang cenderung menurun.
Maka ketika uji klinis vaksin mulai akan dilakukan di Indonesia oleh Biofarma, melonjaklah harga sahamnya. Pekan ini saham PT Indofarma Tbk (INAF) dan PT Kimia Farma Tbk (KAEF) sentuh batas auto reject atas (ARA).Dua emiten farmasi BUMN tersebut merupakan anak usaha BUMN farmasi PT Bio Farma (Persero).
Saham INAF menguat 24,92% di level Rp 1880/saham dengan nilai transaksi Rp 31,31 miliar dan volume perdagangan 17,27 juta saham. Sementara saham KAEF juga melesat 24,78% di level Rp 2.140/saham dengan nilai transaksi 149,29 miliar dan volume perdagangan 72,27 juta saham.
Secara resmi Pemerintah telah mengumumkan kerjasama dalam uji klinis vaksin buatan Tiongkok itu. Menteri BUMN sekaligus Ketua Pelaksana Komite Penanganan Covid-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional mengumumkan kabar gembira bahwa Indonesia melalui Bio Farma sebagai holding BUMN farmasi dan produsen vaksin akan melakukan uji klinis terhadap vaksin Covid-19 dari Sinovac China pada Agustus 2020.
Vaksin yang datang beberapa waktu lalu ini, masih memerlukan beberapa tahapan lagi sebelum bisa dilakukan uji klinis pada Agustus 2020 mendatang. Tahap yang masih harus dilewati tersebut antara lain pengujian di dalam Laboratorium Bio Farma, dan beberapa perizinan lainnya.
Uji klinis vaksin COVID-19 itu, akan dilaksanakan di Pusat Uji Klinis yaitu di Fakultas Kedokteran UNPAD, yang akan mengambil contoh sebanyak 1.620 subjek dengan rentang usia antara 18 – 59 tahun, dengan kriteria – kriteria tertentu. Sedangkan sisa dari vaksin tersebut, akan digunakan untuk uji lab di beberapa lab antara lain di Bio Farma dan Pusat Pengujian Obat Dan Makanan Nasional (PPOMN).
Direktur Utama Bio Farma, Honesti Basyir mengatakan, uji klinis tahap 3 vaksin COVID-19, dijadwalkan akan berjalan selama enam bulan, sehingga ditargetkan akan selesai pada bulan Januari 2021.
Apabila uji klinis vaksin COVID-19 tahap 3 lancar, maka Bio Farma akan memproduksinya pada kuartal pertama 2021 mendatang, dan Bio Farma sudah mempersiapkan fasilitas produksinya dengan kapasitas produksi maksimal di 250 juta dosis.
Tentu saja upaya uji klinis ini bisa dibilang sebagai tindakan atau aksi luar biasa (extraordinary) yang memang diharapkan oleh Presiden Joko Widodo untuk menghadapi masa krisis yang begitu genting seperti sekarang.
Skenario cepat dan matang Bio Farma
Proses mendatangkan vaksin Sinovac China bukanlah sebuah proses instan atau mendadak ada, melainkan sebuah bagian dari skenario yang telah direncanakan amat matang oleh Bio Farma ketika pandemi Covid-19 melanda Tanah Air dalam rangka menyelamatkan masyarakat Indonesia.
Direktur Pemasaran, Penelitian & Pengembangan Bio Farma Sri Harsi Teteki mengungkapkan bahwa terkait vaksin Covid-19, Bio Farma memang telah memiliki beberapa skenario yakni skenario jangka pendek atau cepat (quick win) dan skenario jangka panjang.
Untuk skenario jangka panjang, Bio Farma bersama dengan lembaga Eijkman yang ditunjuk oleh pemerintah dalam hal ini untuk mencari vaksin tersebut. Bio Farma menunggu hasil riset dari lembaga Eijkman yang diharapkan pada awal 2021 ditemukan bibit vaksin Covid-19 yang dapat diberikan kepada Bio Farma untuk kemudian menjalani uji klinis mulai dari tahap 1 hingga 3.
Kendati demikian, Sri Harsi Teteki menilai kemungkinan dengan skenario jangka panjang ini di mana Indonesia membuat vaksin dari nol maka diperkirakan vaksin Covid-19 buatan Indonesia baru selesai menjalani seluruh uji klinis dan hadir pada akhir tahun 2021.
Karena skenario jangka panjang ini ternyata diperkirakan membutuhkan waktu yang lama terkait produksi vaksin, maka Bio Farma berupaya mati-matian mencari cara agar bagaimana pun juga vaksin Covid-19 harus segera hadir di Indonesia dalam rangka secepat mungkin menyelamatkan waktu masyarakat Indonesia.
Melalui skenario quick win, Bio Farma bekerjasama dengan lembaga dan perusahaan internasional untuk segera mendapatkan vaksin Covid-19. Bio Farma kemudian berupaya menjalin kerjasama dengan dua lembaga/perusahaan internasional yakni The Coalition for Epidemic Preparedness Innovations (CEPI) Norwegia dan perusahaan farmasi Sinovac asal China.
Dan seperti diketahui bersama, Bio Farma kemudian berhasil mendatangkan vaksin Covid-19 dari Sinovac China yang kemudian akan menjalani uji klinis.