Berhijab Tapi Telanjang

Berhijab Tapi Telanjang
gudangwallpapermu.blogspot.id

MONITORDAY.COM - Berbusana adalah kebutuhan setiap manusia. Bagi umat Islam, busana yang dikenakan bukan sekedar untuk melindungi badan dari terik matahari, cuaca ekstrem ataupun bakteri yang beterbangan di udara. Sebab bagi umat Islam, berbusana erat kaitannya dengan keyakinan dan keimanan.

Mengingat pentingnya busana bagi kehidupan manusia, Allah SWT secara khusus memberi tahu manusia bahwa adanya busana di dunia ini bukan semata-mata hasil daya kreasi manusia. Tetapi, Allah-lah yang telah menurunkannya bagi semua manusia (bukan hanya untuk umat Islam).

“Wahai keturunan Adam, sesungguhnya Kami telah menurunkan pakaian kepada kalian untuk menutup aurat kalian, juga sebagai pakaian indah dan perhiasan. Dan pakaian takwa itulah yang paling baik. Yang demikian itu adalah sebahagian dari tanda-tanda kekuasaan Allah, mudah-mudahan mereka selalu ingat.” (QS. Al-Araf: 26).

Sebagai Dzat yang menciptakan manusia—baik laki-laki maupun perempuan—Allah memberi tahu bahwa fungsi pakaian yang telah Allah anugerahkan kepada manusia itu adalah menutupi aurat sekaligus menjadi perhiasan yang memperelok penampilan manusia. Dua hal inilah yang dipesankan oleh Al-Quran.

Karenanya, Islam tidak membatasi kreasi manusia untuk berinovasi menemukan bahan-bahan terbaik untuk membuat pakaian dan juga tidak membatasi mode yang mereka kreasikan, yang penting memenuhi dua kriteria: menutup aurat dan memberi kesan keindahan bagi manusia.

Suatu ketika, Asma binti Abu Bakar, adik kandung Siti Aisyah ra (Istri Rasulullah Saw), berkunjung ke rumah Siti Aisyah ra. Saat itu Rasulullah SAW sedang berada di rumah dan melihat kedatangan Asma. Hanya saja, Asma mengenakan pakaian tipis dan transparan, sehingga Rasulullah SAW memalingkan pandangannya dari Asma.

Lalu beliau memberi tahunya: “Wahai Asma, sesungguhnya jika seorang perempuan sudah mulai balig, maka fisiknya tidak boleh ada yang terlihat kecuali ini dan ini, sambil beliau SAW menunjuk wajah dan dua telapak tangannya.

Akhir-akhir ini, kesadaran kaum muslimah menutup aurat semakin tinggi. Hanya saja, kesadaran menutup aurat tersebut belum sebanding lurus dengan pemahaman mereka perihal makna dan hakikat aurat. Karena itu, banyak wanita muslimah yang mengenakan busana, tetapi busana yang dikenakan malah membuat aurat mereka semakin transparan.

Mungkin sebagian mereka memahami bahwa kewajiban menutup aurat adalah ‘sekedar menutup aurat’. Padahal, tujuan utama berbusana adalah benar-benar menyembunyikan aurat supaya tidak terlihat oleh mereka yang tidak berhak melihatnya dan menghindari fitnah.

Terlebih lagi, kesalahan cara menutup aurat ini sering dipamerkan di media-media sosial, sehingga dengan tampilannya yang ‘berhijab’ auratnya malah terlihat makin jelas.Rasulullah SAW telah mengingatkan bahwa salah satu calon kuat penghuni neraka adalah mereka yang menutup auratnya, tapi dengan sengaja memamerkan aurat tersebut.

Imam Muslim meriwayatkan peringatan Rasulullah SAW tersebut sebagai berikut: Rasulullah Saw. bersabda: ”Terdapat dua golongan manusia yang akan menjadi penghuni neraka, tetapi aku belum melihat mereka. Dua kelompok tersebut adalah mereka yang membawa cambuk seperti ekor sapi. Dengannya, mereka memukul manusia. Kelompok kedua adalah kaum wanita yang berbusana tetapi ia (tetap) telanjang, ia berjalan berlenggak lenggok dan kepala mereka seperti punuk unta yang condong. Wanita seperti ini tidak akan masuk surga. Bahkan, mereka tidak akan mencium wewangian surga…..” (HR. Muslim)

Dalam petunjuk Rasulullah SAW di atas, beliau menggunakan diksi yang sangat kuat dan diametral, yaitu kasiyat ‘ariyat (berbusana tapi telanjang). Dua kata tersebut kontradiktif, sebab seharusnya mereka yang berbusana sekaligus menutup aurat, sebaliknya, yang tak berbusana adalah yang telanjang. Tapi dalam hadits tersebut Rasulullah SAW menggandengkannya. Artinya, ada orang yang berpakaian, tapi pakaian yang dikenakan tidak termasuk kriteria menutup aurat.

Lalu, apa tafsiran kata kasiyat ‘ariyat (berbusana tapi tetap telanjang)? Imam Nawawi menjelaskan bahwa yang dimaksud kasiyat ariyat adalah “Wanita yang menutup aurat, tetapi ia dengan sengaja memperlihatkan sebagian auratnya untuk memamerkan keelokan tubuhnya.”

Ada juga yang menafsirkan: “Wanita yang mengenakan busana dan menutupi seluruh auratnya, tetapi busana tersebut tipis dan transparan, sehingga malah memamerkan aurat yang ditutup pakaian transparan tersebut.”

Ada juga yang menafsirkannya: “Wanita yang mengenakan busana minim atau busana sempit, sehingga memperlihatkan bentuk tubuh.”

Seluruh penafsiran tersebut saling melengkapi, sehingga makna hadits di atas adalah seseorang yang berbusana, akan tetap dinilai tidak berbusana jika busana tersebut tidak menutupi seluruh aurat yang wajib ditutup atau busana tersebut sempit dan membentuk lekukan anggota tubuh atau busana tersebut tipis dan transparan.

Suatu Ketika Rasulullah SAW memberi Sahabat Usamah Bin Zaid sebuah baju dari bahan yang sangat lembut. Lalu, Usamah memberikan pakaian tersebut kepada istrinya. Mengetahui pakaian itu akan dipakai wanita (Istri Usamah),

Rasulullah SAW bersabda pada Usamah: “Suruhlah istrimu memakai baju tebal untuk lapisan bagian dalam di bawah baju lembut itu. Aku khawatir, kalau-kalau baju tersebut transparan lalu menampakkan bentuk tubuhnya.” (HR. Ahmad dan Al-Baihaqi).

Dengan adanya peringatan Rasulullah Saw di atas, Islam telah menjunjung tinggi harkat martabat wanita, agar wanita tidak hanya dianggap penting karena bentuk tubuh dan aurat yang telah Allah titipkan kepada mereka. Tetapi, wanita harus dihargai, dihormati dan diperlakukan dengan mulia, karena wanita adalah partner kaum pria keduanya saling membutuhkan dan saling melengkapi dan keduanya saling menghormati hak masing-masing.

Aurat Wanita adalah perhiasannya. Ia harus dijaga dan ditutup rapat dari pandangan mereka yang tidak berhak melihatnya. Ia bukan barang dagangan yang dapat dijajakan dengan murah kepada setiap mata yang ingin memandangnya.

Maka, sudah benarkah cara Anda berhijab?