Ciri-ciri Ulama Sebagai Pewaris Para Nabi

Ciri-ciri Ulama Sebagai Pewaris Para Nabi
Ilustrasi ulama pewaris para nabi

MONITORDAY.COM -

Nabi Muhammad SAW adalah nabi terakhir yang berarti tidak ada lagi nabi setelahnya. Risalah kenabian telah sempurna dibawa oleh Nabi Muhammad SAW. Walaupun begitu, sebagai seorang manusia Nabi Muhammad mempunyai batas waktu di dunia ini. Oleh karena itu beliau tidak bisa terus mendampingi umatnya sampai hari kiamat. 

Lantas siapakah yang mengemban tugas kenabian sepeninggal Nabi Muhammad SAW? Tak lain dan tak bukan adalah para ulama. Dalam sebuah hadits Nabi Muhammad SAW bersabda bahwa beliau tidak mewariskan Dinar dan dirham, melainkan mewariskan ilmu. Dan para ulama adalah pewaris para nabi. 

Siapakah ulama itu? Secara sederhana para ulama adalah orang yang berilmu. Namun dalam konteks keagamaan, ulama  seseorang yang mumpuni dalam ilmu agama. Adapun yang mempunyai kemampuan dalam bidang sains disebut ilmuwan. Ahli dalam spektrum keilmuan yang luas disebut cendekiawan.

Tak hanya keilmuan agama yang mumpuni, seorang ulama juga mesti memiliki Akhlakul Karimah. Dalam istilah ilmu hadits, kemampuan keilmuan disebut dengan dhawabith dan Akhlakul Karimah disebut dengan 'adalah atau keadilan. Seorang yang dhabit sekaligus adil otomatis diterima haditsnya. Namun jika ada cacat salah satu atau dua-duanya maka haditsnya menjadi lemah. 

Selanjutnya ciri seorang ulama adalah kuatnya spiritualitas. Hal ini disebutkan dalam QS. Fathir: 28 yang menyatakan bahwa para ulama adalah hamba-hamba Allah yang takut kepadaNya. (Innamaa yakhsyallaaha min 'ibaadihil 'ulamaa). Ulama yang kering spiritualitasnya tidak akan bisa menyentuh hati jama'ahnya. Spiritualitas juga menjadi sarana komunikasi antara hamba dengan Tuhannya. 

Sikap yang perlu dimiliki oleh seorang ulama juga independensi. Independensi artinya seorang ulama berpikir dan bersikap berdasarkan ijtihad dan nilai yang dia pegang. Bukan karena kepentingan atau pesanan siapapun. Bahkan seorang ulama banyak yang mendapatkan hukuman dari penguasa karena tidak mau disetir oleh kepentingan penguasa. Kisah paling terkenal adalah bagaimana Imam Ahmad bin Hanbal teguh memegang akidahnya di saat kelompok Muktazilah berkuasa. 

Terakhir seorang ulama harus bergaul dan bermanfaat bagi masyarakat. Seorang ulama yang menjauh dari masyarakat dan menuntut ilmu untuk dirinya sendiri tidak sejalan dengan semangat kenabian. Dimana Nabi Muhammad SAW berbaur dan berjuang bersama sahabatnya. Nabi Muhammad pun tak segan merangkul kelompok lemah dan juga bergaul dengan kelompok kaya. Nabi Muhammad hidup bermasyarakat walaupun sesekali merenung dalam Gua Hira.