Belajar Menjadi Pribadi yang Pandai Bersyukur

Manusia pembelajar, diperlukan waktu untuk meresapi, memaknai, dan mengimplementasikan rasa dan sifat bersyukur agar kelak menjadi pribadi yang baik.

Belajar Menjadi Pribadi yang Pandai Bersyukur
Ketua Pimpinan Pusat Pemuda Muhammadiyah, Syahrul HasanĀ  (dok: syahrul hasan)

MONITORDAY.COM - Sedari kecil orang tua dan guru mengajarkan dan mendidik agar menjadi manusia yang pandai memiliki rasa dan sifat bersyukur. Rasa dan sifat bersyukur ini menyangkut pada hati dan mindset. 

Ketua Pimpinan Pusat Pemuda Muhammadiyah Syahrul Hasan kepada monitorday.com, pagi ini, rabu (15/1/2020)  mengatakan sebagai manusia pembelajar, diperlukan waktu untuk meresapi, memaknai, dan mengimplementasikan rasa dan sifat bersyukur yang diharapkan dapat menjadi akhlak baik bagi sebuah pribadi sehingga mudah untuk mengarungi kehidupan dunia yang fana ini.

"Di dalam Al-Qur’an, Surat Ibrahim (14) ayat ke 7, Allah Azza Wajalla berfirman “Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu memaklumkan, “Sesungguhnya jika kamu bersyukur, niscaya Aku akan menambah (nikmat) kepadamu, tetapi jika kamu mengingkari (nikmat-ku), maka pasti azab – Ku sangat berat”. Ayat ini sangat menginspirasi. Bahwa setiap kenikmatan dalam bentuk apapun yang telah didapatkan, lalu beryukur atasnya, Allah Azza Wajalla berjanji untuk memberikan kita kenikmatan berikutnya" katanya.

Menurutnya, seraya mengutip dari Abu Hurairah, Rasul Sallallahu Alaihi Wasallam mengatakan “Kekayaan tidaklah diukur dengan banyaknya harta, namun kekayaan yang hakiki adalah kekayaan hati” (HR. Bukhori dan Muslim). Kata yang tepat menggambarkan hadist ini adalah sifat Qa’naah, yaitu menerima segala yang Allah Azza Wajalla berikan, sehingga apa yang telah didapatkan, kemudian mendatangkan keberkahan. 

Inti dari rasa dan sifat bersyukur 

Lanjut syahrul, adapun Inti dari rasa dan sifat bersyukur adalah hati yang menerima secara sadar atas segala kondisi yang Allah Azza Wajalla berikan kepada manusia. 

"Semisal, gaji yang telah didapatkan di akhir bulan, makanan dan minum yang telah masuk ke dalam tubuh, istri dan anak – anak yang telah hadir dalam kehidupan, kawan – kawan yang baik dan lain sebagainya. Ini semua tidak lepas dari Takdir Allah yang harus disyukuri" katanya.

Dia juga menekankan bahwasannya dari sifat bersyukur, maka akan hadir pribadi yang selalu memiliki cara pandang (mindset) yang positif (husnudzon) dalam semua keadaan. Pribadinya akan meneduhkan siapapun yang melihat dan berinteraksi dengannya. 
 
Pada praktikknya, rasa dan sifat bersyukur bisa diimplementasikan dengan beberapa cara. 

Pertama adalah mengucapkan Alhamdulillah, yang artinya Segala Puji Bagi Allah. Dalam sebuah hadist yang di Riwayatkan oleh Imam Abu Daud, dari Abu Hurairah bahwa Rasul Sallallahu Alaihi Wasallam mengatakan “Setiap perkara penting yang tidak dimulai di dalamnya dengan ‘alhamdulillah’, maka berkahnya terputus”.

Kedua, dengan berdo’a. Adapun do’a–do’a yang di sunnahkan pasca aktifitas yang baru selesai dikerjakan seperti bangun tidur, keluar dari kamar mandi, dan lain – lain yang menandakan kita memohon ampun dan bersyukur atas aktifitas tersebut dengan target kemudahan dan keridhoan dari Allah Azza Wajalla.

Ketiga, cara yang bisa juga implementasikan adalah dengan sujud syukur. Dari Abu Bakrah bahwa apabila Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam meraih sesuatu yang disenangi atau diberi kabar gembira, beliau segera sujud sebagai tanda syukur kepada Allah Tabaraka wa Ta’ala. (HR. Ibnu Majah, Tirmidzi dan Abu Daud; -hasan)

Ia juga mengajak, agar memulai rasa dan sifat syukur ini dari hal–hal terkecil, sehingga menjadi sebuah kebiasan dan karakter guna terus menghadirkan Allah Rabbul ‘alamiin disetiap keadaan dan kesempatan dalam semua aspek kehidupan.