Belajar dari Vietnam Perangi Covid-19
Vietnam juga melacak pergerakan orang yang telah terpapar virus dengan memonitor riwayat kontaknya.

MONITORDAY.COM - Negara-negara di dunia saat ini tengah "berperang" melawan wabah virus corona (Covid-19). Berbagai strategi dan kebijakan diambil oleh setiap negara demi melindungi warganya dari paparan virus yang berasal dari Tiongkok ini.
Sebarannya yang cepat membuat negara-negara kewalahan dalam menanganinya. Saat ini saja, sebanyak 1.853.155 orang di dunia telah terjangkit virus ini, dengan jumlah kematian mencapai 114.247 kasus.
Namun dengan penanganan yang tepat, jumlah tersebut sebenarnya bisa diminimalisir. Seperti yang dilakukan oleh pemerintah Vietnam dalam menangani Covid-19. Mereka bisa dibilang berhasil mengatasi wabah ini karena hingga saat ini belum ada warganya yang meninggal dunia akibat virus ini.
Saat ini, ada 258 kasus konfirmasi positif di Vietnam. Dari jumlah itu, sebanyak 144 orang sembuh. Sementara 114 lainnya dalam perawatan. Nol kematian di Vietnam terwujud karena pemeritah negara tersebut sejak awal telah bertindak sigap dalam mengatasi pandemi ini.
Kebijakan yang diterapkan sangat ketat serta penanganan yang tepat bagi warga yang telah terinfeksi membuat kemungkinan warga Vietnam meninggal akibat virus ini menjadi kecil.
Dalam diskusi Kopi Pahit yang digelar oleh Monday Media Grup pada Minggu (12/4), Director of Halal Authority Co., Ltd Vietnam, Basiron Abdullah Ma Thanh Thanh Hoang P.hD menjelaskan, bahwa pemerintah Vietnam sejak Februari lalu telah menerapkan 5 (lima) prinsip dalam menangani Covid-19.
Lima prisip itu meliputi, pertahanan, mendetaksi, langkah isolasi, kemudian melakukan zonasi, serta kemudian melakukan kontrol. Prinsip ini dilaksanakan dengan baik oleh pemerintah Vietnam hingga hasilnya nol kematian.
"Jadi sejak bulan dua pemerintah kami telah menerapkan lima hal yaitu defence, detection, isolation, zoning, controling," ujar Basiron, dalam diskusi yang dilakukan daring melalui aplikasi zoom itu.
Ia menjelaskan, bahwa pemerintah Vietnam sangat ketat dalam melakukan karantina warganya. Kontrol terhadap kebijakan yang telah dikeluarkan pemerintah itu juga diikuti dengan kepatuhan oleh setiap warga.
"Jadi kita boleh control di mana kita bisa mencegah wabah ini terjadi," ujar dia.
Selain itu, Vietnam juga melacak pergerakan orang yang telah terpapar virus dengan memonitor riwayat kontaknya. Bahkan, mereka juga melacak kontak tingkat kedua, ketiga dan keempat dengan orang yang terinfeksi.
"Jadi di sini melakukan berbagai cara seperti mencari orang yang terjangkit untuk dilacak pergerakannya," tuturnya.
Dengan langkah itu, maka kemungkinan dari virus itu menyebar akan semakin kecil. Melacak setiap pergerakannya membuat pergerakan virus terdeteksi, sehingga akan mengetahui langkah yang tepat harus dilakukan.
Dalam kesepatan yang sama, data analyst Hari Partria mengatakan, bahwa saat ini hanya dua negara yang telah melewati masa puncak pandemi Covid-19, yakni Tiongkok dan Korea Selatan. Kedua negara tersebut telah menunjukan data penurunan dari warganya yang terjangkit.
"Kita lihat China dan Korea Selatan sudah mulai melandai. Kedua negara telah melewati level puncak Covid-19," ujar Hari Partia.
Hal tersebut menunjukan bahwa nagara-negara di dunia saat ini masih harus berjuang dalam menghadapi Covid-19. Menurut Hari Patria, jika berkaca dari dua negara tersebut, butuh waktu 3-4 bulan agar suatu negara bisa mulai pulih dari pandemi ini.
"Itu pun upayanya minimal harus sama dengan yang dilakukan oleh China dan Korea Selatan," ujar dia.
Meski berdasarkan data masih belum melewati puncak Covid-19, namun patut belajar dari upaya pemerintah Vietnam yang telah berhasil menunjukan keseriusan dalam menangani wabah ini. Hal tersebut juga tentunya karena didukung oleh kepatuhan warganya.