Bangun Kepedulian di Tengah Pandemi, MMG Gagas Gerakan 'Bangga'
Tetangga adalah sosok yang akrab dalam kehidupan kita sehari-hari. Tak jarang, tetangga lebih tahu keadaan kita ketimbang kerabat kita yang tinggal berjauhan. Saat kita sakit dan ditimpa musibah, tetanggalah yang pertama membantu.

MONITORDAY.COM - Dalam rangka membangun kepedulian antar masyarakat di tengah Pandemi Coronavirus Disease (Covid-19), perusahaan media daring Monday Media Group (MMG) menggagas gerakan kepedulian Membantu Tetangga atau "Bangga".
Gerakan ini muncul mengingat Pandemi Covid-19 telah memberi dampak serius bagi kehidupan masyarakat. Terutama masyarakat bawah yang bekerja di sektor informal, mereka merasakan betul bagaimana sulitnya mendapat penghasilan ketika banyak aktivitas dibatasi. Akibatnya, mereka kesulitan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.
Tak hanya itu, Pandemi Covid-19 juga di beberapa tempat telah menimbulkan kepanikan, seperti terjadi penolakan jenazah pasien yang hendak dikuburkan. Padahal mereka yang menolak adalah orang paling dekat yang seharusnya menjadi pihak yang pertama mengulurkan tangan memberi bantuan.
Chief Executive Officer (CEO) Monday Media Group Muchlas Rowi mengatakan, gerakan membantu tetangga digagas meningat tetangga adalah sosok paling dekat. Mereka adalah yang seharusnya paling mengetahui keadaan orang-orang di sekitarnya.
"Tetangga adalah sosok yang akrab dalam kehidupan kita sehari-hari. Tak jarang, tetangga lebih tahu keadaan kita ketimbang kerabat kita yang tinggal berjauhan. Saat kita sakit dan ditimpa musibah, tetanggalah yang pertama membantu," ujarnya.
Begitu dasyatnya peran tetangga, menurut Muchlas, hingga tercatat oleh sejarah telah mengubah peradaban. Ia menyebutkan, Ketika Jepang datang ke tanah Jawa, dan mengalami kesulitan ketika mengantisipasi mata-mata, maka mulailah dikembangkan Tonarigumi, serupa dengan Goningumi. Kelompok lima sampai sepuluh rumah tangga.
Jepang yang berideologi fasis tahu betul bila kekuatan tetangga bisa merasukkan kuasa sampai ke lapisan terbawah. Terbatasnya militer jepang dari tentara ke Jawa tentu membutuhkan strategi lain. Dan tonarigumi adalah pilihan tepat.
"Jika Fasis saja melihat tetangga begitu dahsyat, tentu Islam lebih dashyat lagi. Sebagaimana disabdakan Muhammad saw., bahwa Islam begitu menekankan kepada kita untuk berbuat baik kepada tetangga," ungkap kader Muhammadiyah itu.
Di dalam Islam, sebagaimana hadis yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari, Muchlas mengungkapkan, bahwa kesempurnaan keimanan seseorang kepada Allah Swt. dan hari akhir dikaitkan dengan sikap memuliakan tetangga.
Dalam konteks ibadah puasa dan pandemi Covid-19, penting kiranya menumbuhkan ‘sense of community'. Lalu, karena kebijakan physical distancing tak memungkinkan interaksi yang lebih luas, maka yang paling memungkinkan adalah di jejaring rukun tetangga/RT.
"Rasulullah saw. sesungguhnya telah memberi anjuran kepada ummatnya untuk menyegerakan untuk berbuat baik pada tetangga dan tidak menyakitinya sedikit pun. Dalam Islam, akhlak mulia adalah kunci pertama dan utama," tuturnya.
Pentingnya Kesadaran Membantu Tetangga
Menurut Muchlas, hal yang harus diingat dalam kehidupan sosial bermasyarakat adalah bahwa masyarakat secara organik mempunyai sensitivitas untuk merespon terhadap ancaman bahaya apapun. Di samping itu meraka secara sadar juga mempunyai jiwa kekompakan yang tulus, serta kesadaran akan hak dan kewajiban.
Adanya pandemi ini, masyarakat juga mempunyai pemahaman, bahwa jika tidak ditangani secara bersama-sama, maka pandemi ini akan berpotensi menimbulkan kerawanan sosial, seperti kekurangan pangan, kemiskinan, kriminalitas, dan lain-lain.
"Sementara itu, setiap keluarga juga mempunyai 'sesuatu' untuk diberikan kepada tetangganya. Hal itu didukung juga dengan tidak adanya budaya yang lemah menjadi demanding tapi diberi peluang dan jalan keluar untuk mandiri," ujar Muchlas, yang juga Komisaris Independen PT Jamkrindo itu.
Karena itu, jika tidak ada kohesifitas yang kuat dalam lingkup terdekat sepertu RT atau RW, maka Pandemi Covid-19 akan berdampak sangat berbahaya saat menghadapi situasi yang buruk seperti misalnya terjadi gejolak sosial.
Adanya gerakan "Bangga" ini diharapkan menjadi habit baru bahwa mereka yang seharusnya membantu adalah orang-orang terdekat. Cara-cara sederhana bisa dilakukan, mulai dari menyapa dan menanyakan kabar tetangga semasa isolasi atau berbagi makanan kepada mereka yang membutuhkan.
"Bisa juga dengan membeli makanan yang dibuat tetangga atau warung tetangga walaupun makanan itu belum tentu kita perlukan tetapi bisa diberikan kepada saudara atau tetangga yang kita anggap dekat," ungkapnya.
Dimulai dari cara-cara sederhana itu, masyarakat kemudian dapat membangun inisiatif komunal yang diprakarsai RT atau tokoh lokal lainnya terkait ketahanan pangan, belanja bersama, membeli dari tetangga, mengantarkan tetangga yang kesulitan transportasi, berbagi apa yang kita punya.
"Masyarakat juga kemudian di harapakan dapat memetakan potensi dan ancaman lingkungan, membangun jaringan dengan komunitas atau RT lain serta pihak tertentu yang berkepentingan seperti polisi, pemasok sembako, puskesmas, dan lain-lai. Serta menggelar pertemuan intensif untuk selalu menjaga komunikasi warga," jelas Muchlas.