Alami Gangguan Mental di Tengah Pandemi Covid-19, Berikut Tips Jaga Kesehatan Mental Anak

Dilansir dari American, Psychological Association, physical distancing dapat menyebabkan rasa cemas, ketakutan, stres, mudah bosan, mudah marah, frustasi, hingga stigma di masyarakat.

Alami Gangguan Mental di Tengah Pandemi Covid-19, Berikut Tips Jaga Kesehatan Mental Anak
Ilustrasi/ Net

MONITORDAY. COM - Kesehatan mental hal yang penting di tengah pandemi Corona (Covid-19) untuk orang lansia, juga untuk anak-anak. 

Karantina mandiri dan physical distancing memang penting untuk menghentikan rantai penyebaran virus Corona di Indonesia. Namun, physical distancing dan karantina mandiri memiliki pengaruh negatif terhadap keadaan mental seseorang. 

Dilansir dari American, Psychological Association, physical distancing dapat menyebabkan rasa cemas, ketakutan, stres, mudah bosan, mudah marah, frustasi, hingga stigma di masyarakat. 

Orang lansia adalah pihak yang rentan terhadap imbas negatif di atas, adapun anak-anak yang dalam masa perkembangan secara emosional juga merasakan hal tersebut di tengah pandemi Covid-19. 

Hubungan sosial anak-anak menjadi berkurang akibat karantina ini. Sehingga, mereka tidak dapat bertemu teman-teman sekolah dan ruma, hingga tidak lagi bisa bersosialisasi. 

Dampaknya, anak-anak bisa jadi lebih emosional, suka mencari perhatian, mudah marah, hingga kian manja. 

Dilansir dari laman Weill Cornell Medicine, namun belum ada penelitian yang komprehensif mengenai efek karantina dan physical distancing terhadap kesehatan mental anak, menjaga dan memperhatikan keadaan psikologis mereka sejak dini tetap penting dilakukan.

Berikut tips atau cara menjaga kesehatan mental anak selama pandemi Corona sebagaimana dilansir dari laman National Geographic: 

1. Orang tua tenang, anak tenang di usia anak, mereka belajar dengan meniru orang terdekatnya, terutama orang tua. Pasalnya, jika orang tua memiliki rasa cemas dan panik berlebihan, anak-anak akan peka terhadap emosi negatif tersebut dan turut merasakannya. 

Pandemi Covid-19 ini memang benar-benar nyata, orang tua tidak harus panik, kalau perlu hindari menonton televisi yang menayangkan tentang Corona atau mengurangi membaca berita. Informasi berlebihan tentang virus Corona Covid-19 hanya akan memperburuk keadaan. 

2. Jadwalkan kegiatan rutin, tapi tetap fleksibel Dengan menjadwalkan kegiatan anak-anak, mereka akan merasa tenang, terutama di masa-masa tidak menentu ini. 

Dalam penjadwalan kegiatan menjadi penting karena biasanya anak-anak memiliki kegiatan yang tersusun rapi di sekolah, tiap-tiap jeda diisi waktu istirahat dan ada guru yang mengawasi. 

Sementara itu, saat pada masa karantina orang tualah yang bertugas menjadwalkan kegiatan tersebut dan mengawasi anak-anaknya. Namun, meskipun sudah dijadwalkan, jangan bersikap kaku dengan kegiatan yang sudah ditetapkan. Jadilah fleksibel, tapi tetap konsisten dengan struktur kegiatan tersebut. 

3. Jujurlah, tapi jangan beri informasi lebih dari yang anak-anak butuhkan Anak-anak mungkin akan bertanya-tanya kenapa mereka tidak dibolehkan lagi berangkat ke sekolah dan dibatasi bertemu teman-temannya. Edukasi dengan anak tentang virus Corona dan efeknya. Bahkan, yakinkan mereka bahwa mereka aman dan terlindungi. 

4. Jangan biarkan internet dan hiburan elektronik mengontrol keluarga Anda Saat ini, bukan saat yang tepat untuk menyalahkan efek negatif media sosial, televisi, dan internet. 

Sebagian besar orang mengandalkan teknologi dan komunikasi jarak jauh untuk tetap terhubung dengan orang lain. Namun, layar elektronik memiliki efek negatif terhadap kesehatan fisik dan mental. Anak-anak dapat merasa tidak nyaman dan cemas. Sehingga, hiburan televisi atau melalui layar elektronik untuk anak-anak, jangan berikan lebih dari dua jam setiap harinya. 

5. Jangan reaktif berlebihan Kendati orang tua merasa khawatir saat pandemi Corona ini, ia harus dapat memanajemen emosi dengan baik. 

Dilansir dari Psychology Today, rasa panik, stres, dan kecemasan dapat menular ke anak-anak. Rasa panik dan stres berlebihan berakibat buruk untuk kesehatan. Merasa panik di tengah penyebaran penyakit malah berisiko menjadikan seseorang rentan terpapar virus. 

Perasaan panik berlebihan menjadikan tubuh melepaskan hormon kortisol, yang mana dapat menekan imun badan sehingga kekebalan tubuh dapat berkurang dalam melawan kontaminasi virus. Karena, rasa panik dan emosi negatif ini menular, orang tua tentu tidak ingin mendapati imun anaknya menurun, yang malah berpotensi rentan terpapar virus.