Aksi Membebaskan Kota Para Nabi
Umat Islam Indonesia menggelar aksi Bela Palestina. Kebijakan Amerika Serikat yang mengaku Yerusalem sebagai Ibukota Israel, tidak mungkin bisa menciptakan perdamaian dunia.

MONDAYREVIEW- Aksi Bela Palestina yang digelar Umat Islam hari ini di kawasan Monas, Jakarta makin memperkukuh sikap bangsa Indonesia untuk menolak penjajahan Israel terhadap Palestina. Sebagaimana tekad bangsa ini, ketika Kemerdekaan RI, yang menuntut semua bentuk penjajahan harus dihapuskan di muka karena tidak sesuai dengan perikemanusiaan dan perikeadilan.
Presiden Amerika Serikat Donald Trump mengklaim Yerusalem, sebagai Ibukota Israel, pada 6 Desember 2017, yang disusul dengan rencana pemindahan Kedutaan Besar Amerika Serikat ke Yerusalem. Inilah yang mendapat reaksi keras dari masyarakat dunia.
Selain menentang keras klaim kontroversial ini, Presiden Joko Widodo juga menyerukan negara lain untuk tidak mengikuti jejak Amerika Serikat. Bahkan, Presiden juga menegaskan bahwa Indonesia mendukung sepenuhnya setiap nafas perjuangan rakyat Palestina.
Aksi Bela Palestina atau Aksi 115, yang digagas para ulama, seperti KH. Ma’ruf Amin, KH. Bachtiar Nasir, Ustad. Zaitun Rasmin, Ustadz Arifin Ilham,, AA Gym dan banyak tokoh lain, sebagaiman bukti pembelaan umat Islam Indonesia terhadap perjuangan Palestina.
Sejak subuh tadi, massa sudah memadati Masjid Istiqlal, yang dilanjutkan dengak aksi long march ke Monas. Massa pun serentak mengibarkan bendera Palestina dan Bendera Merah Putih, seraya menyanyikan lagu bertajuk Bela Palestina.
Aksi diawali, dengan pembacaan surat Al Isro dan Al Kahfi yang menggema di kawasan Monas, dilanjutkan dengan tausiah dari para ulama, untuk memompa semangat perjuangan membela Palestina.
Aksi ini merupakan bentuk penolakan terhadap sikap Presiden AS Donald Trump yang mengakui Yerusalem sebagai bagian dari Israel bahkan menjadikannya sebagai Ibu Kota, yang disusul dengan pemindahan Kedutaan Besar AS ke Yerusalem. Langkah ini, tentu akan menghambat proses perdamaian antara Israel dan Palestina.
Meskipun Sidang Darurat Majelis Umum PBB sebanyak 128 negara mendukung resolusi yang menolak keputusan Presiden Trump, Amerika Serikat tetap bergeming untuk mewujudkan keputusan provokatif ini. Rencananya, Kedutaan Besar Amerika Serikat akan dipindahkan ke Yerusalem, pada hari Senin, 14 Mei 2018, bertepatan 70 tahun dimulainya pendudukan Israel di bumi Palestina.
Karena pada tanggal inilah, 14 Mei 1948, David Ben Gurion membacakan deklarasi kemerdekan Israel yang berisi peresmian berdirinya negara Israel, negeri bangsa Yahudi yang mencakup seluruh tanah Palestina. Pada tahun 1950, Israel mendeklarasikan Yerusalem sebagai Ibukota Israel, namun belum mendapat pengakuan Internasional.
Bangsa Yahudi awalnya hanya menempati sebuah kampung kecil di pinggiran wilayah Palestina. Rupanya, mereka memiliki niat busuk untuk mendirikan sebuah negara. Dengan menyogok para pejabat Inggris, mereka membeli tanah dari warga Arab. Sedikit demi sedikit penguasaan tanah mereka meluas, yang didukung kekuatan dana yang besar dan lobi-lobi politik zionisme. Padahal, awalnya bangsa yahudi hidup berdiaspora di berbagai negara di Eropa
Yerusalem merupakan kota yang penting bagi bangsa Yahudi. Karena, mereka meyakini kejayaan Israel Raya akan dibangkitkan dari kota ini. Padahal, kota suci bagi tiga agama ini, Islam, Yahudi dan Nasrani ini pernah menjadi kota yang damai, ketiga umat beragama pernah hidup secara harmonis di bawah kekuasan kekhalifahan Islam.
Baitul Maqdis atau Yerusalem, kota para nabi ini penuh dengan konflik bersejarah yang dimulai ribuan tahun yang silam. Pada masa Khalifah Umar bin Khattab, pasukan Islam berhasil menguasai Yerusalem. Semua umat beragama bebas menjalankan keyakinan dan ibadahnya di kota suci ini, di bawah perlindungan pemerintahan Islam.
Namun, Islam pernah mengalami kekalahan dalam perang salib. Yerusalem kemudian dikuasai oleh Kerajaan Nasrani. Pasukan Islam baru kembali membebaskan Yerusalem pada masa Salahuddin Al Ayyubi. Dan saat ini, Yerusalem berada dalam kekuasan Zionisme Israel, setelah jatuhnya Kesultanan Turki Usmani pada tahun 1924
Dalam perang Arab Israel selama 6 hari pada tahun 1967, bagian barat dan timur Yerusalem berhasil dikuasai Israel. Pasukan Zionis terus menindas dan berusaha mengusir bangsa Palestina dari tanah Yerusalem. Karena, mereka meyakini inilah tanah yang dijanjikan untuk mewujudkan kejayaan Israel di muka bumi. Berbagai cara dilakukan, meskipun dengan menindas dan merebut setiap jengkal tanah milik rakyat Palestina.