Agama Islam Menyempurnakan Budaya, Bukan Menghapusnya

MONITORDAY.COM - Agama Islam berasal dari Allah SWT. Namun ajaran Tuhan ini turun kepada masyarakat yang sudah berbudaya. Artinya Islam tidak turun di ruang hampa. Hal ini meniscayakan adanya dialog antara ajaran agama yang sakral dengan budaya setempat yang profan.
Ajaran Islam tidaklah anti budaya, tidak juga menelan mentah-mentah budaya yang ada. Yang dilakukan ajaran Islam adalah bersikap kritis terhadap budaya. Budaya yang memang sudah baik akan dianut. Sedangkan budaya yang tidak baik, akan dikoreksi dan dihapus.
Saat Islam turun di jazirah Arab, ada beberapa budaya yang tidak baik. Misalnya kegemaran minum khamr, merajalelanya riba, rendahnya posisi kaum perempuan dll. Islam menghapus budaya-budaya tersebut secara bertahap.
Namun ada juga budaya jahiliyah yang memang sejak awal sudah baik. Islam tak segan mengadopsinya. Misalnya sikap menghormati tamu, sikap pemberani dan sikap tidak munafik. Hal ini ditegaskan Rasulullah SAW dalam sebuah hadits yang berbunyi:
"Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan akhlak-akhlak yang mulia."
Perhatikan, di sana Nabi Muhammad SAW menggunakan kata menyempurnakan, bukan kata mengganti atau menghapus. Artinya Islam adalah penyempurna dari budaya baik yang sudah ada. Jikalah ada budaya yang dihapus, itu karena budaya tersebut bertentangan dengan ajaran Islam dan akal sehat.
Hal yang sama berlaku saat Islam masuk ke nusantara. Tidak lantas budaya Arab dicopy paste mentah-mentah di tanah ini. Yang dibawa ke nusantara adalah ajaran Islamnya. Adapun soal kebudayaan, maka Islam menyempurnakan budaya setempat.
Budaya-budaya yang salah seperti kesyirikan dihapus. Sementara budaya baik dari penduduk nusantara diadopsi. Ada juga budaya yang dimodifikasi menjadi sesuai dengan ajaran Islam. Misalnya kesenian wayang yang asalnya identik dengan Hindu Buddha, dimodifikasi oleh Sunan Kalijaga agar sesuai dengan ajaran Islam.
Zaman terus berubah, budaya tradisional pelan-pelan terkikir oleh budaya modern. Lagi-lagi ajaran Islam bisa beradaptasi dengan budaya modern. Umat Islam tidak lagi naik kuda atau unta manakala sudah ada sepeda motor dan mobil. Umat Islam tidak lagi pergi haji dengan kapal laut manakala sudah ada pesawat terbang.
Tentu residu negatif dari budaya modern seperti sekulerisme atau ateisme kita mesti koreksi bersama. Namun hal-hal positif dari modernisme seperti perkembangan sains dan teknologi diadopsi bahkan dikembangkan oleh umat Islam.
Jika kita mengerti prinsip ini, maka kita tidak akan lagi salah kaprah bahwa antara agama Islam dengan budaya setempat pasti bertentangan. Bukan begitu ajaran Islam. Ajaran Islam mendorong kita untuk kritis, mana budaya baik silahkan diadopsi. Dan mana budaya yang jelek perlu dikoreksi.