30 Maret, Saat ‘Darah dan Doa’ Jadi Legenda

Film 'Darah dan Doa' disutradarai oleh Usmar Ismail.

30 Maret, Saat ‘Darah dan Doa’ Jadi Legenda
Film Darah dan Doa (Wikimedia Commons)

MONDAYREVIEW.COM - Sejarah tanggal 30 Maret berkaitan dengan Hari Film Nasional. Yaitu pada tanggal 30 Maret 1950 merupakan pengambilan gambar pertama film lokal Indonesia yang berjudul “Darah dan Doa” sebagai hasil produksi lokal Indonesia.

Film “Darah dan Doa” disutradarai oleh Usmar Ismail sekaligus sebagai penulis sekenario. Film “Darah dan Doa” ini terinspirasi oleh cerita pendek karya Sitor Situmorang dengan latar belakang tahun 1948 dengan tema perjuangan dan cinta sedih.

Film ini diproduksi oleh Perusahaan Film Nasional Indonesia, mengisahkan seorang tokoh bernama Sudarto yang diperankan oleh Del Juzar. Sudarto merupakan seorang guru bergabung dengan pasukan revolusi fisik dari Jawa Barat dan diangkat menjadi Kapten Angkatan Darat Pasukan Siliwangi.

Sudarto diperintahkan untuk menumpas pemberontakan Partai Komunis yang berada di Madiun. Namun dalam hatinya Sudarto merasa terpukul karena harus berperang melawan saudara sebangsa setanah air. Berbeda ketika harus melawan penjajah yang notabene orang asing. Tahun 1948 Sudarto dan pasukan diperintahkan untuk kembali ke Jawa Barat, dan di perjalanan kembali ke Jawa Barat inilah terjadi berbagai macam konflik. Ketika akhir perang pun Sudarto mendapatkan perintah untuk menyelidiki anak buahnya yang dituduh melakukan pengkhianatan selama perjalanan ke Jawa Barat.

Tak hanya soal konflik perang, perihal prahara cinta pun dialami Sudarto. Sudarto yang telah memiliki istri di Jawa Barat, ketika di Yogyakarta dan dalam perjalanan pulang kembali ke Jabar tergoda dengan gadis kebangsaan Jerman dan satu gadis perawat.

Akhir dari film ini yakni ditembak matinya Sudarto oleh anggota Partai Komunis ketika penyambutan Presiden Sukarno di Jakarta. Penembaknya merupakan teman dari orang yang pernah ditembak oleh Sudarto ketika peristiwa Madiun.