3 Hal yang Allah Sembunyikan dari Hamba-Nya

3 Hal yang Allah Sembunyikan dari Hamba-Nya
ilustrasi/net

MONITORDAY.COM - Kehidupan kita ini tidak luput dari sesuatu yang dzahir dan batin, sesuatu yang nampak dan tersembunyi. Begitupun dengan dzat Allah yang sangat tersembunyi, namun nampak kita rasa. Bisa lewat embusan angin, deru ombak atau bahkan detak jantung manusia. Dimana ada manusia, disitu ada Allah. Dimana ada alam semesta disitu ada Allah.

Dalam kitab Al-Fushul al-‘Ilmiyyah wal Ushul al-Hikamiyyah diceritakan bahwa Ali Zainal Abidin bin Husein r.a pernah berkata, "Allah menyembunyikan tiga perkara dalam tiga perkara manusia."

1. Allah menyembunyikan ridha-Nya di dalam amal perbuatan manusia

Allah memerintahkan ratusan bahkan ribuan amal kepada manusia, baik melalui kitab-Nya maupun melalui utusan-Nya. Dan kita tidak pernah tahu mana saja amal yang diridhai Allah. 

Bentangan amal itu tidak bisa diukur, dia bisa sepanjang diameter bumi atau bahkan lebih dari itu. Mulai dari amal yang fardhu sampai sunnah. Seberapa besar amal yang telah kita perbuat, mau itu segede gunung, seluas lautan, hal itu tidak akan berarti tanpa adanya ridha Allah.

Maka dari itu, tidak sepantasnya kita meremehkan amal sekecil apapun. Sekalipun amal itu hanya tersenyum. Karena sesungguhnya amal itu bukan tentang besar atau kecilnya, melainkan seberapa ikhlas kita beramal dan seberapa sering kita menghadirkan Allah di dalam hati kita.

Kita sebaiknya menjaga amal kita, terutama yang fardhu. Setelah yang fardhu, kita harus memiliki amal sunah yang dirahasiakan, cukup kita dan Allah yang tahu. Dan kita dawamkan amalan tersebut.

Sabda Rasulullah SAW, "Amalan yang paling dicintai oleh Allah Ta’ala adalah amalan yang berkelanjutan walaupun itu sedikit."

Semoga semakin merahasia amal, semakin kita menemui ridha Allah di dalam setiap langkah amal kita.

Imam Abu Daud mencontohkan bagaimana suatu amal bisa membawa seseorang ke Surga. Suatu ketika, sang perawi hadits tersebut sedang menyebrangi sungai Tigris. Di tengah perjalanan, ia teringat sesuatu. Kemudian berkata pada tukang perahu, "Bisa tidak balik sebentar?" Lantas tukang perahu bertanya, "Ada apa?"

Imam Abu Daud menjawab, "Ada orang yang bersin di tepian sungai, dia mengucapkan tahmid (Alhamdulillah), tapi belum ada yang membacakan tarhim (yarhamukallah) untuknya."

Tukang perahu tersebut dibayar Abu Daud dengan 1 dirham, akhirnya ia mendayung balik perahu ke tepian. Dan disana, Abu Daud mengatakan kepada orang yang bersin itu, sebuah doa yang biasa dilontarkan, "Yarhamukallah (Semoga Allah merahmatimu)."

Imam Abu Daud bergumam pada tukang perahu, "Mudah-mudahan jika orang yang bersin tadi menjawab sautan doa kita dengan yahdikumullahu wa yulishlihu baalakum, itulah doa yang diijabah oleh Allah.

Tidak disangka, di hari berikutnya, orang yang menumpangi perahu yang ditumpangi Abu Daud bermimpi bahwa Imam Abu Daud telah memberi Surga seharga 1 dirham. Sebagaimana harga yang dipasang Abu Daud untuk menyambangi orang bersin dan menyampaikan satu doa singkat.

2. Allah menyembunyikan murka atas perbuatan maksiat hamba-Nya.

Normalnya, jika seseorang dikhianati atau disakiti, maka dia akan marah atau bahkan balas dendam. Tapi tidak dengan dzat Allah, Allah dengan Rahman dan Rahimnya memaafkan dosa meski setinggi gunung dan seluas lautan.

Dari Abu Hurairah, Nabi SAW bersabda, "Tatkala Allah menciptakan makhluk-Nya, Dia menulis dalam kitab-Nya, yang kitab itu terletak di sisi-Nya di atas 'Arsy, "Sesungguhnya rahmat-Ku lebih mengalahkan kemurkaan-Ku." (HR Bukhari dan Muslim) 

Sejatinya, setiap kemaksiatan itu mengundang murka dan adzab Allah. Tapi, Allah tidak memperlihatkan secara langsung dan menyembunyikan wajah murka-Nya itu di dalam hal lain. 

Oleh karena itu, kita tidak boleh meremehkan sekecil apapun dosa kita. Karena bukan besar-kecilnya dosa, tetapi seberapa besar dzat yang kita durhakai. 

Mungkin saja Allah mengancam seseorang yang melakukan dosa besar dengan suatu adzab yang sangat pedih. Ancaman ini membuat sang pembuat dosa takut dan akhirnya dia bertaubat. Disanalah Allah bersembunyi.

3. Allah menyembunyikan para wali di antara hamba-Nya

Ada alasan kenapa kita tidak boleh menilai seseorang hanya dari yang terlihat saja. Dalam suatu hadits, Rasulullah SAW bersabda: “Sesungguhnya Allah tidak melihat fisik dan harta kalian, akan tetapi melihat hati dan amal kalian."

Misalnya saja, orang bertakwa, wali-wali Allah, mereka itu biasanya tidak menampakkan keadaan fisiknya. Boleh jadi fisiknya biasa saja, tapi hatinya mulia, senantiasa berdzikir pada Allah.

Kejadian ini pernah menimpa seorang dzuriyat atau keturunan Rasulullah SAW di daerah Kalimantan. Diketahui kalau fulan ini sering mendatangi tempat perjudian dan duduk-duduk disana. Sampai tiba ajalnya, tidak ada seorangpun yang mau mengurusi jenazahnya, kecuali anak dan istrinya.

Tak lama setelah itu, Ulama Besar Kalimantan, Abah Guru Sekumpul datang ke tempat fulan tersebut. Tetangga fulan kaget dan bertanya-tanya, apa gerangan yang membuat Abah Guru Sekumpul mendatangi jenazah seorang 'penjudi'. "Wahai guru, jenazah ini adalah penjudi dan senang duduk-duduk di tempat perjudian."

Abah Guru tersenyum mendengar hal itu dan bertanya pada mereka: "Apakah kalian pernah lihat langsung beliau main judi atau beliau duduk saja disitu tanpa main judi?"

Abah Guru kemudian melanjutkan, "Beliau ini yang kalian lihat tiap hari di tempat perjudian adalah seorang keturunan Rasulullah SAW. Setiap malam saat kalian tidur, beliau bangun dan sholat tahajud mendoakan kalian. Yang beliau lakukan di tempat perjudian adalah berdzikir dan memohon ampun agar para penjudi sadar. Kalian cuma melihat beliau secara dzohir saja, memang beliau ini tidak terkenal dalam pandangan masyarakat bumi, tapi beliau sangat terkenal diantara penghuni langit."

Cerita Abah Sekumpul di atas menunjukkan bahwa Allah menyembunyikan wali-Nya diantara kita.