Zohri dan Godaan Pencitraan
Apresiasi wajar, tapi jangan memanfaatkan.

SIAPA tidak bangga dengan Lalu Muhammad Zohri? Di tengah-tengah miskinnya prestasi olah raga kita, Zohri menjadi semacam oase di padang pasir. Prestasi Zohri sebagai juara dunia atlet U20 lari 100 meter di Finlandia yang lalu mengagetkan dan menggembirakan seluruh bangsa Indonesia. Lebih dramatis lagi karena kemenangan Zohri benar-benar di luar prediksi. Zohri sama sekali tidak diunggulkan sebelumnya. Apalagi di saat selebrasi kemenangannya Zohri kebingungan mencari bendera Merah Putih, sebagai simbol kebangsaannya.
Kehebohan pun menyeruak di tengah kesuksesan Zohri. Seperti biasa kita pun terlibat dalam perdebatan soal Zohri, bukan tentang Zohri nya, tetapi soal sikap dan perlakuan kita kepada Zohri. Zohri mendadak jadi magnet perhatian semua, dari media sosial, media massa, sampai para pejabat publik.
Zohri mendapatkan perlakuan yang luar biasa istimewa. Hadiah dan bantuan datang bertubi-tubi. Permintaan ketemu dan wawancara silih berganti. Dan yang paling penting, Zohri menjadi pahlawan dan penuh puja-puji. Sebenarnya tidak ada masalah soal menjadikan Zohri sebagai pahlawan dan bahan sanjungan. Tapi ada hal yang menurut saya perlu dikoreksi oleh kita semua. Kita mudah sekali meluapkan kebanggaan atas sebuah prestasi secara berlebihan, tetapi kadang sering melupakan proses bagaimana semua itu tercapai.
Zohri memang luar biasa. Tapi itu setelah tiga tahun Zohri dibina dengan keseriusan. Ada proses sejak menemukan talenta Zohri dan bagaimana talenta itu dibina dan di asah. Zohri tidak datang tiba-tiba, tetapi melewati sebuah perjalanan panjang yang tidak mudah dan lapang. Ada orang-orang di belakang Zohri yang bekerja dalam senyap dan tanpa publikasi, bahkan mungkin juga terabaikan. Mereka bekerja penuh dedikasi sehingga Zohri berhasil mencapai puncak tangga awalnya. Ingat, ini masih puncak tangga awal buat Zohri. Zohri masih punya peluang untuk menaiki tangga-tangga berikutnya yang tidak gampang dan terjal.
Sebelum Zohri, ada sederet atlit dan olah ragawan yang bernasib seperti Zohri. Di saat mereka mencapai puncak prestasi semua pihak mengelu-elukannya. Tawaran datang dari berbagai arah, baik yang terkait dengan bidangnya bahkan juga yang tidak ada hubungan sama sekali. Tidak jarang atlet tidak tahan dengan godaan yang ternyata berpengaruh kepada mental dan fisik mereka. Seiring dengan meredupnya prestasi mereka, maka berhenti pula perhatian berbagai pihak kepada mereka. Banyak di antara mereka yang kemudian justru jatuh dalam kehidupan yang gelap dan jauh di bawah kesejahteraan. Tentu ini sangat memprihatinkan.
Saya agak terenyuh dengan keluhan pengurus PASI yang mengatakan bahwa jadwal pelatihan Zohri untuk menghadapi Asian Games berpeluang terganggu karena permintaan wawancara dan undangan seremonial dari berbagai pihak. Dia khawatir jika nanti Zohri justru turun prestasinya karena kurangnya waktu berlatih. Dan yang lebih mengkhawatirkan mental Zohri bisa terpengaruh karena mendadak jadi pusat perhatian semua orang. Tentu keluhan ini perlu dipahami dan diperhatikan.
Tidak ada salahnya mengapresiasi prestasi Zohri, tapi jangan sampai semua itu merusak fisik dan mental Zohri dalam meningkatkan performanya. Zohri harus kita jaga dari pihak-pihak tertentu yang ingin memanfaatkan Zohri baik secara bisnis maupun politik. Zohri harus kita jaga agar tidak jadi korban pencitraan pihak lain yang ingin memanfaatkannya. Selamat berjuang Zohri. Semoga engkau tetap akan mengukir prestasi baik dalam perhatian maupun tanpa perhatian semua orang.