Zlatan Ibrahimovic, Sang Eric Cantona di Abad 21
Ibrahimovic bukan sekadar match winner tapi juga sosok berpengaruh bagi rekan setimnya.

MONDAYREVIEW.COM – Manchester United di era 1990-an kesohor dengan sosok legendaris Eric Cantona. Arogansi, kepercayaan diri yang dipadukan dengan kemampuan teknik dan jiwa memimpin, membawa Eric Cantona sebagai raja di Old Trafford.
Musim panas 2016 Manchester United mendapatkan amunisi berpengalaman secara cuma-cuma. Dia adalah Zlatan Ibrahimovic yang telah melanglang buana di Liga Belanda, Liga Italia, Liga Spanyol, dan Liga Prancis. Cantona pun menyambut Ibrahimovic dan mempersilakan istilah ‘Pangeran’ dipakai pemain asal Swedia ini. Namun, Ibrahimovic adalah Ibrahimovic. Dia tidak ingin menjadi pangeran, dia ingin menjadi dewa di Manchester.
Dengan donasi dua gol di final Piala Liga serta tingkat kepercayaan dirinya, sukar untuk tidak membandingkan Zlatan Ibrahimovic dengan Eric Cantona. Di awal kedatangannya, Ibrahimovic telah menjadi protagonis melalui gol penentu kemenangan di Community Shield melawan Leicester City. Berbilang beberapa bulan kemudian, lagi-lagi di Wembley, Ibrahimovic kembali menjadi protagonis dengan gol penentu kemenangan di menit ke-87 via sundulan kepala.
Bagi sosok yang pernah setim dengan Cantona, Ibrahimovic bukan sekadar match winner tapi juga sosok berpengaruh bagi rekan setimnya.
“Zlatan adalah pemimpin,” kata Phil Neville yang kini menjadi komentator sepak bola. “Saya tahu Wayne Rooney yang mengangkat pialanya tapi Zlatan adalah pemimpin di lapangan.”
“Ketika Cantona masuk lapangan dengan kerah terangkat dia terlihat begitu mencintai Old Trafford, dia memiliki aura dan kepercayaan diri. Ibrahimovic memiliki hal yang sama,” imbuh Phil Neville yang memenangkan 14 trofi selama berkiprah 10 tahun bagi Manchester United.
Adik dari Garry Neville ini menyingkap arogansi positif yang dimiliki Cantona dan Ibrahimovic.
“Terkadang kamu membenci orang yang memiliki arogansi namun saya menyukainya karena dia membawa sesuatu di waktu yang bersamaan,” ungkap Phil Neville seperti dilansir Sky Sports.
Dalam proses terciptanya gol, pergerakan tanpa bola dari Ibrahimovic terlihat kentara. Dimana ia tahu kapan harus masuk ke kotak penalti.
“Dengan para pemain Southampton di kotak penalti, dia memilih berada di sisi kanan dan kemudian masuk ke kotak penalti dan menyelesaikannya dengan gaya khasnya,” analisa Phil Neville tentang gol Ibrahimovic di menit ke-87.
Zlatan Ibrahimovic kini telah mencatatkan 26 gol dari 38 partai bersama Manchester United.
“Ini adalah kerja tim. Ini adalah hal yang saya inginkan ketika datang – untuk menang, dan saya memenangkannya. Saya merasa bahagia meraihnya,” tutur Ibrahimovic saat diwawancara seusai partai final Piala Liga.
“Kamu menghargainya ketika usiamu telah bertambah tua. Dimanapun saya pergi saya meraih kemenangan. Saya rasa trofi ini yang ke-32 bagi saya. Ini sesuatu yang telah saya prediksi. Sobat, saya melakukannya. Saya menikmati saat-saat di Inggris,” imbuh Zlatan Ibrahimovic yang pernah berkiprah di Ajax, Juventus, Inter Milan, Barcelona, AC Milan, Paris Saint-Germain.
Eric Cantona memilih untuk gantung sepatu dengan klub terakhirnya Manchester United. Ibrahimovic di usianya yang telah 35 tahun pun bisa jadi mengikuti langkah Cantona.