Yang Menangguk Untung dari Impor Beras

KPPU meminta pemerintah untuk fokus pada kebutuhan petani dalam negeri. Ada empat perusahaan yang bermain dalam impor beras

Yang Menangguk Untung dari Impor Beras
suasana menurunkan beras impor

MONDAYREVIEW, Jakarta – Komisioner Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) Saidah Sakwan menyatakan persoalan beras di Indonesia karena pemerintah tidak kompeten menjalankan sistem menejemen stok nasional dan pendataan.

 

Saidah menguraikan, masalah pertama tidak meratanya pasokan beras ke daerah-daerah di luar pulau Jawa. Masalah lain yang muncul adalah tidak tertibnya sistem distribusi sehingga memakan biaya logistik yang besar.

 

“Beras Indonesia distok dari 6 provinsi, padahal kita ada 33 provinsi. Kita ada namanya tur beras, jadi dari 6 provinsi ini ternyata terkonsentrasi 67 persen memasok ke Pasar Beras Cipinang, Jakarta,” katanya  Rabu (17/01/2018).

 

Saidah mencontohkan, misalnya di Sulawesi panen raya, beras dari Sulawesi dikirim ke Cipinang, Jakarta. Dari Jakarta tur lagi ke Kalimantan, tur ke daerah-daerah lainnya. Akibatnya ada cost logistik yang mahal. “Kita tidak punya sentra beras di masing-masing wilayah,” imbuh Saidah.

 

Kedua terkait konsolidasi data. Menurut Saidah, basis data penting dalam pengambilan kebijakan beras nasional yang berimbas pada kestabilan harga beras di pasaran. Dengan demikian diharapkan tidak ada kerugian di petani dan konsumen.

 

Saidah menyatakan, KPPU sudah mendapat informasi dari Badan Pusat Statistik akan dilakukan konsolidasi data beras nasional. Upaya ini dinilai penting guna menghindari kesalahan data. Kesalahan data rawan pada pengambilan kebijakan.

 

“Ketika data salah kemudian ambil kebijakan salah, maka ini adalah keskesempatan pelaku usaha mengeksploitasi pasar,” tutur Saidah.

 

Permainan Pelaku Usaha

 

Saidah menuturkan ada surplus beras sebanyak 17 juta ton dari jumlah produksi 50 juta dikurangi konsumsi nasional sebanyak 33 juta ton. Keinginan pemerintah untuk mengimpor beras  menimbulkan tanda tanya, dimana surplus 17 juta ton itu berada.

 

KPPU terus melakukan pemantauan di tengah kisruh impor beras ini. Hasilnya KPPU mendapati ada empat perusahaan yang coba mengambil untung memainkan stok pasokan.

 

“Dari 6 sentra produksi beras secara nasional, kita pemainya sudah tahu. Ada 4 grup pemainnya,” kata Saidah. Namun, saat ditanya lebih jauh siapa mereka, Saidah masih enggan memaparkan.

 

Soal impor Saidah menekankan agar beras impor jadi stok Bulog dan tidak dilempar ke pasar dalam waktu dekat ini. Indonesia akan mengalami panen raya, jika beras impor dilempar ke pasar harga beras di petani ambruk.

 

Kedua, pemerintah diminta fokus pada kebutuhan alat pengering gabah. Petani yang tidak memiliki alat pengering dinanungi rasa khawatir dengan gabah basah. Gabah yang basah tentu harganya anjlok di pasaran. Ini pula yang jadi persoalan dari tahun ke tahun.

 

“Saya kira Pemerintah bisa tangani manajemen transisi jangan berikan pelaku usaha mengeksploitasi situasi seperti ini,” tuturnya.

 

editor: elbach