Warung Dhuafa Dakwah Nyata Pemuda Muhammadiyah
Warung Dhuafa ini merupakan simbol dakwah untuk kelompok marginal yang terinspirasi dari teologi Al Maun.

MONDAYREVIEW.COM- Gerakan dakwah Pemuda Muhammadiyah tidak hanya berhenti pada ceramah keagaamaan. Namun, gerakan sosial dengan peduli kepada kaum dhuafa pun dilakukan.
Gerakan tersebut dengan dibuktikan dengan program Warung Makan Gratis untuk Dhuafa. Program ini berupa makan siang gratis setiap setelah shalat Jumat di halaman gedung Pusat Dakwah Muhammadiyah, Jalan Menteng Raya 62, Jakarta Pusat.
Ketua Umum PP Pemuda Muhammadiyah Dahnil Anzar Simanjuntak mengatakan bahwa program ini merupakan bentuk kepedulian Pemuda Muhammadiyah kepada masyarakat yang kurang beruntung secara ekonomi.
Dahnil mengungkapkan bahwa program ini sudah dilakukan sejak bulan Ramadhan. Namun, 'jadwal buka' warung dhuafa digeser menjadi waktu berbuka. Khusus untuk bulan puasa, selain nasi, sayur, lauk-pauk, mereka juga menyediakan gorengan.
Makanan yang disajikan, sambungnya, merupakan masakan kadernya sendiri. Anggota Pemuda Muhammadiyah juga yang secara langsung melayani kaum dhuafa tersebut. Para pelayan lengkap mengenakan celemek dengan tulisan warung dhuafa dan gambar sendok dan piring.
"Selain dari kas, juga dari donatur," jawabnya saat ditanya soal pendanaan kegiatan tersebut.
Lebih lanjut President Religion for Peace Asia and Pacific Youth Interfaith Network (RfP-APYIN) ini mengatakan bahwa program ini tidak hanya untuk beragama Islam, pemuluk agama lain juga banyak yang datang. Warung dhuafa ini memang diperuntukkan untuk semua warga yang tidak mampu. Tidak melihat suku, ras, dan agama.
"Karena toleransi yang kami hadirkan adalah toleransi yang autentik," ungkap Dahnil yang juga.
Terkait toleransi itu pula, lanching warung dhuafa tersebut pada 10 Maret 2007 lalu digabung dengan Clean Pray and Love (CPL), program unggulan Pemuda Muhammadiyah lainnya, yang berisi bersih-bersih rumah ibadah dan dialog lintas agama.
Karena itu, saat lanching tersebut, komika yang juga seorang Kristiani, Sammy Notaslimboy turut menjadi pelayan. Usai melayani kaum dhuafa mereka lalu menyambangi Gereja Kolese Kanisius yang bersebelahan dengan kantor PP Muhammadiyah. Mereka diterima Rektor Kolese Kanisius, Romo Joannes Heru Hendarto.
Menurutnya Warung Dhuafa ini merupakan simbol dakwah untuk kelompok marginal yang terinspirasi dari teologi Al Maun, surah dalam Al Quran yang menjadi acuan gerakan sosial Muhammadiyah. Karena itu pula pihaknya tak berhenti sampai disitu. Pemberian makanan gratis ini hanya tahap awal. "Kami selesaikan masalah jangka pendek dulu," tegasnya.
Dahnil meminta program ini tidak berhenti pada Pimpinan Pusat. Dia berharap pimpinan daerah yang berbasis kabupaten/kota di seluruh Indonesia juga menggelar kegiatan serupa. “Sejauh ini yang sudah menggelarnya adalah Pimpinan Wilayah Pemuda Muhammadiyah Jawa Tengah dan Jogjakarta,” ujarnya.
"Ini dakwah nyata. Orang miskin yang lapar tidak butuh diceramahi, tapi membutuhkan makanan. Kami ingin menampilkan Islam yang memberikan solusi bagi permasalah kehidupan yang terjadi," demikian Dahnil.