Warteg Non-Tunai

Protokol kesehatan dan teknologi finansial berjalan seiring. Transaksi non tunai menjadi salah satu opsi mengurangi risiko penularan virus korona. Uang tunai menjadi salah satu medium penularan virus. Untuk mengurangi kontak fisik dan penularan virus yang membonceng pada transaksi tunai semua pelaku harus saling dukung.

Warteg Non-Tunai
QRIS/ BI

MONDAYREVIEW.COM – Protokol kesehatan dan teknologi finansial berjalan seiring. Transaksi non tunai menjadi salah satu opsi mengurangi risiko penularan virus korona. Uang tunai menjadi salah satu medium penularan virus. Untuk mengurangi kontak fisik dan penularan virus yang membonceng pada transaksi tunai semua pelaku harus saling dukung.  

Sebelum pandemi transaksi non-tunai sudah mulai digunakan oleh pedagang kecil. Jika tukang ojek saja bisa maka tentu tak sulit buat pebisnis makanan yang menjadi ikon kuliner murah dan mengenyangkan  ini. Dengan transaksi non-tunai pun para penjual tak perlu menyediakan uang kembalian.

Ukuran ekonomi warteg tidak kecil. Jumlah warteg di Jabodetabek terdata sekitar 34 ribu hingga 35 ribu outlet. Omset per-outlet hingga Rp 7 juta saat hari kerja dan sekitar Rp 4 juta saat akhir pekan. Dan saat pandemi omsetnya merosot lebih dari 50% dibandingkan bulan-bulan sebelumnya. Mau tidak mau upaya untuk memanfaatkan teknologi pembayaran digital mesti dipercepat.  

Langkah menuju digitalisasi dilakukan Komunitas Warteg Nusantara (Kowantara) dengan menggandeng PT Agra Teknologi Selaras (AgraTek) dalam menerapkan pembayaran non-tunai memakai uang elektronik untuk menekan penyebaran COVID-19.

Saat pandemi, anggota Kowantara diharapkan memanfaatkan teknologi dalam transaksi sehingga perekonomian di sektor mikro akan tumbuh dan memberikan manfaat kepada pedagang.

Terkait kerja sama nantinya PT Agra Teknologi Selaras akan menempelkan kode QRIS di setiap warung pedagang yang tergabung dalam Kowantara sehingga pembeli yang melakukan pembayaran cukup melakukan scan "barcode" tersebut.

Sosialisasi akan diberikan ke beberapa pedagang warteg dahulu dan ditargetkan menyeluruh karena akan lebih mudah bagi pedagang dan bagian dari penerapan protokol kesehatan.

Direktur Utama PT Agra Teknologi Selaras (AgraTek) Yasir Arafat mengatakan tahap awal jumlah warung nasi yang akan menggunakan sistem ini sebanyak 200 an. Sementara untuk anggota Kowantara di Jabodetabek ada 6.000 warung nasi.

Dengan adanya layanan ini, pembeli tak perlu membawa uang karena pembayaran dapat dilakukan secara nontunai dan penjual pun bisa mengambil uang yang diperoleh melalui mekanisme yang mudah dan kami siapkan.

PT Agra Teknologi Selaras (AgraTek) merupakan penyedia "merchant" QRIS dari Bank CIMB Niaga. Sejumlah layanan pembayaran nontunai telah terintegrasi dalam layanan tersebut seperi OVO, Dana, dan LinkAja.

Quick Response Code Indonesian Standard atau biasa disingkat QRIS (dibaca KRIS) adalah penyatuan berbagai macam QR dari berbagai Penyelenggara Jasa Sistem Pembayaran (PJSP) menggunakan QR Code.

QRIS dikembangkan oleh industri sistem pembayaran bersama dengan Bank Indonesia agar proses transaksi dengan QR Code dapat lebih mudah, cepat, dan terjaga keamanannya. Semua Penyelenggara Jasa Sistem Pembayaran yang akan menggunakan QR Code Pembayaran wajib menerapkan QRIS

Saat ini, dengan QRIS, seluruh aplikasi pembayaran dari Penyelenggara manapun baik bank dan nonbank yang digunakan masyarakat, dapat digunakan di seluruh toko, pedagang, warung, parkir, tiket wisata, donasi (merchant) berlogo QRIS, meskipun penyedia QRIS di merchant berbeda dengan penyedia aplikasi yang digunakan masyarakat.

Merchant hanya perlu membuka rekening atau akun pada salah satu penyelenggara QRIS yang sudah berizin dari BI. Selanjutnya, merchant sudah dapat menerima pembayaran dari masyarakat menggunakan QR dari aplikasi manapun penyelenggaranya. Jadi, ayo pakai QRIS!