Viral Klepon: Bukti Mudahnya Kita Termakan Hoax
Soal hoax ini, tingkat pendidikan dan kecerdasan tidak terlalu berpengaruh. Anda mempunyai gelar tinggi, jabatan yang tinggi, kecerdasan yang di atas rata-rata, tidak menjamin anda terhindari dari hoax.

MONDAYREVIEW.COM – Jagat maya tiba-tiba dihebohkan oleh sebuah meme yang berisi gambar kue klepon. Yang membuat heboh bukanlah kue klepon, namun pernyataan yang mengiringi meme tersebut. Dalam meme tersebut, kue klepon dinyatakan tidak Islami. Adapun yang Islami dan sesuai syariah adalah buah kurma. Pembuat meme kemudian mengajak orang-orang untuk membeli kurma di toko syariah. Terdapat nama Abu Ikhwan Aziz dalam meme tersebut.
Beberapa tokoh membagikan meme tersebut di medsosnya dengan beragam reaksi. Budiman sudjatmiko dalam akun twitternya tidak sepakat dengan meme tersebut. Dia menilai bahwa jika klepon tidak Islami, maka orang Kristen yang memakan kurma artinya lebih Islami. Sementara itu Tifatul Sembiring mantan Presiden PKS dan menkominfo dalam akun twitternya menyatakan bahwa viral klepon tidak Islami merupakan ulah PKI yang ingin memojokkan Islam dan ulama.
Setelah dicek validitasnya, ternyata meme tersebut adalah hoax. Tidak ada akun bernama Abu Ikhwan Aziz yang membuat meme tersebut. Meme tersebut diduga dibuat untuk memojokkan salah satu kelompok Islam yang memang sangat tekstual dalam memahami agama. Hal ini dikonfirmasi oleh fanpage Indonesian Hoaxes yang berisi kumpulan berita-berita hoax yang beredar. Hal ini dikonfirmasi juga oleh Ismail Fahmi pakar analis data melalui software drone empritnya.
Dari viral klepon ini ada dua hal yang bisa kita ambil hikmah dan pelajarannya. Pertama, masyarakat kita masih begitu mudah termakan hoax. Bisaanya seseorang mudah percaya dengan hoax yang sesuai dengan keyakinan atau ideologinya. Sebaliknya seseorang menjadi kritis terhadap suatu indormasi jika isinya bertentangan dengan ideologinya.
Yang banyak percaya dengan isu klepon adalah kelompok yang tidak suka dengan kalangan Islam konservatif. Sebaliknya kalangan muslim konservatif yang menjadi tertuduh tidak mempercayai meme tersebut dan membuktikan bahwa hal tersebut adalah hoax. Jika kita lihat hampir seluruh linimasa kita viral oleh isu klepon yang ternyata hoax. Walaupun banyak yang mengaku menjadi isu klepon sebagai candaan semata, namun banyak juga yang benar-benar tertipu oleh hoax.
Soal hoax ini, tingkat pendidikan dan kecerdasan tidak terlalu berpengaruh. Anda mempunyai gelar tinggi, jabatan yang tinggi, kecerdasan yang di atas rata-rata, tidak menjamin anda terhindari dari hoax. Mereka tetap terjebak hoax karena mempunyai fanatisme terhadap ideologinya. Maka dari itu agar tidak mudah termakan hoax, sehatkan pikiran kita dengan proporsionalitas. Kita boleh berpihak, mempunyai pendirian, namun jangan terjebak ke dalam fanatisme. Peliharalah sikap kritis dan objektif, sesuatu yang hilang pada sebagian rakyat Indonesia saat ini.
Pelajaran kedua, dari viralnya klepon ini kita mengetahui bahwa bangsa kita masih terpolarisasi ke dalam dua kubu ekstrem. Antara kubu agamis dengan secular dan kubu pro pemerintah dengan kubu anti pemerintah. Hal ini adalah residu dari pertarungan electoral yang telah kita lewati. Sayangnya sentimen ini terus menerus dipelihara, sehingga hal kecil seperti klepon saja mudah memantik perdebatan yang sengit. Sebaiknya sentiment ini segera dihilangkan, bangsa kita harus bersatu kembali.