Ketepeng Badak dan Benalu : Potensi Obat Covid-19 Berbasis Bahan Baku Tetanaman
Wabah diperkirakan masih menjai ancaman serius. Bahkan hingga tahun depan sampai dirilis dan didistribusikannya vaksin. Berbagai upaya pun dilakukan untuk menemukan obatnya. Kandidat obat untuk Covid-19 yang sedang diteliti banyak peneliti juga berasal dari berbagai yang tetanaman, mikroorganisme, maupun biota laut.

MONDAYREVIEW.COM – Wabah diperkirakan masih menjai ancaman serius. Bahkan hingga tahun depan sampai dirilis dan didistribusikannya vaksin. Berbagai upaya pun dilakukan untuk menemukan obatnya. Kandidat obat untuk Covid-19 yang sedang diteliti banyak peneliti juga berasal dari berbagai yang tetanaman, mikroorganisme, maupun biota laut.
Diantara obat berbahan baku tetanaman adalah daun ketepeng badak dan benalu. Sebagaimana diketahui, benalu (Dendrophthoe sp) merupakan tumbuhan yang menumpang pada tanaman lain dan mengisap makanan dari tanaman tersebut.
Benalu kerapkali dianggap sebagai parasit bagi tanaman. Sementara daun ketepeng badak (Cassia alata) adalah tanaman obat yang sudah lama dikenal sebagai bahan obat tradisional.
Kepala Pusat Penelitian Kimia LIPI, Yenny Meliana mengatakan ada senyawa dengan aktivitas antivirus dalam kedua tanaman tersebut.
Dalam pengobatan di Asia Selatan kedua bahan ini sudah cukup lama dikenal. Cassia alata Linn, Biasa dikenal sebagai semaiagathi dalam bahasa Tamil terkenal dengan berbagai khasiat obatnya dalam sistem kedokteran India.
Banyak khasiatnya. Berbagai bagian tanaman ini digunakan sebagai vermisida, astringen, pencahar, ekspektoran dan untuk mengobati penyakit kulit. Senna alata (juga dikenal sebagai Cassia alata) sering disebut ringworm bush karena sifat fungisida yang sangat efektif, untuk mengobati kurap dan infeksi jamur lain pada kulit.
Daun ditumbuk dalam mortar untuk mendapatkan semacam "kapas hijau". Ini dicampur dengan jumlah minyak sayur yang sama dan digosokkan pada area yang terkena dua atau tiga kali sehari. Persiapan segar dilakukan setiap hari. Bahan aktifnya termasuk asam chrysophanic kuning.
Senna alata secara lokal dikenal sebagai akapulko di Filipina di mana ia digunakan sebagai tanaman hias dan obat karena sifat pencahar, pencahar dan anti-jamur.
Lalu bagaimana dengan benalu? Yang dimaksud benalu di sini adalah Dendrophthoe falcata yang merupakan salah satu tanaman hemiparasit yang termasuk dalam famili mistletoe Loranthaceae. Ini adalah yang paling umum dari semua mistleto yang terjadi di India.
Saat ini dilaporkan memiliki sekitar 401 tanaman inang. Genus Dendrophthoe terdiri dari sekitar 31 spesies yang tersebar di seluruh Afrika tropis, Asia, dan Australia (Flora Cina, 2003) di antaranya 7 spesies ditemukan di India.
Benalu ini memiliki kulit abu-abu, daun coriaceous yang tebal bervariasi dalam bentuk dengan bunga kekar (Wealth of India, 2002). Perbungaan benalu sebelumnya dideskripsikan sebagai aksila atau berkembang dari bekas luka daun yang gugur, tetapi YPS Pundir (1996) menetapkan bahwa itu adalah sifat kembang kol yang sangat ketat dan mencatat juga bahwa ia memiliki kesamaan tertentu dengan spesies ara. Ficus glomerata, F. pomifera dan F. hispida.
"Senyawa-senyawa yang terdapat di dalam tanaman ketepeng badak dan benalu dilaporkan mempunyai aktivitas antivirus. Senyawa yang diprediksi dapat berperan aktif sebagai antivirus adalah kaempferol, aloe-emodin, quercitrin, dan quercetin," ujar Yenny dalam keterangan tertulisnya, Senin (11/5/2020).
Untuk terus mengembangkan dua tanaman ini sebagai obat Corona, LIPI bekerja sama dengan Departemen Mikrobiologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia dan Kyoto University, Jepang.