Untuk Apa Kita Berdzikir?

MONITORDAY.COM - Diceritakan dalam novel Api Tauhid karya Kang Abik, Fahmi si tokoh utama pernah disekap di kontainer besar nan gelap karena menolong seorang perempuan Turki bernama Aysel yang berkonflik dengan temannya, Carlos. Di kontainer tersebut, Carlos mengikat tangan Fahmi, sementara kakinya digantung dengan kail yang ditancapkan ke betisnya.
Darah dan keringat Fahmi berlomba bercucuran. Dalam kondisi pertaruhan hidup dan mati, Fahmi yang seorang penghafal Al-Quran, tidak membiarkan lidahnya kosong tanpa mengalunkan ayat-ayat Allah. Hingga, kuasa Allah bergerak.
Saat anjing-anjing ganas yang sengaja tidak diberi makan mulai memasuki kontainer, Fahmi sudah memasrahkan dirinya kepada Allah. Apalagi daging dan bau anyir sudah menjadi makanan sehari-hari anjing. Bukankah secara logika Fahmi akan diserbu anjing? Tapi apa yang terjadi?
Ketika mata Fahmi beradu dengan mata anjing-anjing itu, tak jemu lidah Fahmi mengucapkan kalimat demi kalimat dzikir, laa haulaa wa laa quwwata illaa billaah. Tak disangka, ganasnya sorot mata anjing berubah menjadi mata yang berkaca-kaca. Perlahan-lahan gonggongan pun anjing mereda.
Suara hening dari kontainer membuat Carlos berpikir bahwa Fahmi sudah mati. Ia tertawa puas karena merasa sudah menghabisi Fahmi. Dengan yakin ia membuka kontainer. Dan ternyata Fahmi masih hidup sedangkan anjing-anjing kelaparan berbalik arah menyantap Carlos.
Kisah Fahmi diatas memberi kita sebuah ibrah berharga. Bahwa Allah akan selalu menolong hamba yang selalu ingat pada-Nya. Diungkapkan dalam sebuah hadits qudsi, Allah berfirman, "Aku memperlakukan hambaku seperti dia berharap aku akan memperlakukannya. Aku bersamanya setiap kali dia mengingat Aku: jika dia memikirkan Aku, Aku memikirkannya; jika dia menyebut-Ku di dalam jiwanya, Aku menyebut dia di diriku, Jika dia menyebut-Ku dalam level tertentu, Aku akan menyebutnya yang lebih baik.” (H.R. Bukhori dan Muslim)
Mengingat Allah atau berdzikir hendaknya kita jadikan kebutuhan dasar setelah shalat. Bagai ikan yang selalu butuh air, hati manusia akan selalu butuh dzikir. Rasulullah SAW bahkan mengumpamakan "Persamaan seseorang yang mengingat Tuhannya dan seseorang yang tidak mengingatnya adalah seperti orang hidup dan mati." (H.R Bukhori)
Ikan akan mati tanpa air, begitu juga hati manusia, hati manusia seperti orang mati tanpa dzikir. Ibnu Taimiyah berkata: “Dzikir bagi hati sama dengan air bagi ikan, maka apa yang terjadi pada ikan seandainya ia berpisah dengan air? “
Faedah dzikir banyak disebut dalam Al-Quran dan Hadits, bahkan jumlahnya ratusan. Hal ini mengindikasikan bahwa dzikir merupakan perkara urgen dalam agama kita. Orang yang luput dari dzikir sama saja ia telah meluputkan Allah SWT dari ingatannya.
Lantai yang kotor dibersihkan dengan cara dilap. Hati yang kotor dibersihkan dengan cara diberi dzikir. Cairan terampuh untuk membersihkan hati yang berkarat hanyalah dzikir. Stress? Mumet? Galau? Berdzikirlah. “Ingatlah Allah, hanya dengan mengingat Allah hati menjadi tenteram.” (Q.S Ar-Ra’du: 28)
Jadi, untuk apa kita berdzikir? Sudah jelas jawabannya, bukan?