Belajar Tawakal Dari Perjalanan Naik Pesawat

Belajar Tawakal Dari Perjalanan Naik Pesawat
Sumber gambar: pixabay

MONITORDAY.COM - Bagi yang pernah atau sering naik pesawat udara, sadarkah kalian bahwa perjalanan naik pesawat bisa menjadi ilustrasi sikap Tawakkal? 

Sebelum kita bahas lebih jauh, mari kita ulas secara sekilas makna Tawakal. Sesuai dengan akar katanya yakni wakala, Tawakal bisa diartikan sikap menyerahkan atau mewakilkan sesuatu kepada entitas di luar diri kita. 

Dalam ajaran agama Islam, kita diperintahkan untuk bersikap Tawakkal kepada Allah SWT. Dalam Al Qur'an disebutkan bahwa Allah SWT mencintai orang-orang yang bertawakal. 

Lantas apa hubungannya dengan naik pesawat terbang? Naik pesawat adalah contoh bagaimana kita menyerahkan sepenuhnya penerbangan kepada sang pilot. Walaupun kita tidak kenal secara langsung siapa pilotnya. Namun kita percaya bahwa pilot mempunyai ilmu dan kemampuan untuk membawa kita sampai pada tujuan. 

Dalam perjalanan udara, seringkali terjadi turbulensi diakibatkan tabrakan pesawat dengan awan. Sering juga terjadi cuaca buruk yang membuat pesawat berputar-putar terlebih dahulu di langit. Bahkan dalam kasus terbaru, pilot pesawat menuju Denpasar terpaksa kembali ke Jakarta karena cuaca buruk. 

Sebagai penumpang, kita serahkan semua keputusan itu kepada pilot. Kita percaya bahwa pilot pasti mengambil keputusan terbaik. Walaupun harus kembali lagi ke bandara asal karena cuaca buruk. 

Jika kepada pilot pesawat saja yang tidak kita kenal kita bisa menyerahkan urusan kita, bagaimana dengan Sang Pencipta yang mudah-mudahan sudah kita kenal? Kenapa tidak bisa? Seharusnya segala persoalan dalam hidup kita bisa diserahkan sepenuhnya kepadaNya. 

Tentu saja seperti kata hadits, tawakkal bukan berarti melepaskan unta begitu saja karena yakin akan dijaga Allah SWT. Ikat dulu untanya, baru kemudian bertawakal. Lakukan apa yang seharusnya kita lakukan. Setelah itu tawakal. 

Dalam Al Qur'an Allah SWT berfirman: Wa Syaawirhum fil amri. Faidzaa 'azzamta fatawakkal 'alallaah.  Bermusyawarahlah kalian dalam suatu perkara, apabila kamu telah yakin dengan suatu keputusan musyawarah, maka serahkan setelahnya kepada Allah SWT. 

Ayat di atas lagi-lagi menegaskan bahwa tawakal dilakukan setelah upaya yang maksimal. Bukan tanpa upaya.