Universitas Trilogi Wajibkan Seluruh Prodi Pelajari Sistem Ekonomi Pancasila
MONDAYREVIEW.COM, Jakarta - Indonesia sebagai negara yang memiliki falsafah kenegaraan rupanya telah tercabut dari akar perjuangannya, khususnya dalam bidang ekonomi.

MONDAYREVIEW.COM, Jakarta - Indonesia sebagai negara yang memiliki falsafah kenegaraan rupanya telah tercabut dari akar perjuangannya, khususnya dalam bidang ekonomi.
Ya, kita sebetulnya sudah memiliki fondasi yang kuat dalam bidang ekonomi. Fondasi itu bernama Sistem Ekonomi Pancasila (SEP).
Di sisi lain, institusi pendidikan yang ada di Indonesia cenderung abai dalam menjaga falsafah ekonomi tersebut. Jarang sekali ditemukan kurikulum pendidikan yang mengedepankan SEP.
Tak ayal, negeri ini bak sebuah imperium yang mengadopsi sistem liberal-kapitalis. Sistem ini akhirnya menggelonggong dan meminggirkan kaum papa.
Saat ini, kebutuhan akan kurikulum pendidikan yang mengajarkan SEP dirasa sangat penting demi menjawab fenomena yang terlanjur berkembang.
Untuk menjawab hal itu, kini hadir sebuah lembaga pendidikan yang mampu membawa semangat perubahan paradigma ekonomi bangsa agar sesuai dengan khittahnya. Salah satunya ialah Universitas Trilogi.
Universitas ini merupakan satu-satunya perguruan tinggi yang mengajarkan SEP untuk semua program studi.
Senior Advisor Universitas Trilogi Edy Suandi Hamid mengatakan, pengajaran SEP untuk semua program studi di kampus ini sebagai langkah strategis serta bentuk tanggung jawab perguruan tinggi dalam mengimplementasikan Pancasila dalam semua aspek kehidupan, termasuk ekonomi.
"Sungguh ironis, kita yang memiliki ideologi dan filsafat hidup Pancasila namun dalam berekonomi cenderung ke sistem yang liberal-kapitalis," kata Edy, melalui keterangan tertulisnya kepada mondayreview.com di Jakarta, Senin (8/8).
Menurutnya, institusi pendidikan, khususnya universitas, harus memulai penerapan kurikulum tersebut melalui pengajaran, sehingga mindset masyarakat Indonesia betul-betul berbasis Pancasila.
"Kalau lulusan perguruan tinggi kita semuanya betul-berul memahami dan mempraktikkan SEP dalam keseharian, maka ia akan dapat menjadi gerakan masyarakat untuk melakukan hal yang sama," tuturnya.
Pancasila, kata dia, merupakan suatu falsafah hidup sekaligus modal sosial yang akan mensejahterakan masyarakat, serta mewujudkan masyarakat yang adil dan makmur. "Bukan seperti sekarang, kesenjangan pendapatan masyarakat sangat lebar," tandas Edy.
"Saya sendiri terlibat puluhan tahun dalam gerakan SEP ini. Namun, melihat perkembangannya tidak begitu pesat. Ini karena konsep-konsep yang ada belum terealisasi secara luas, dan tidak diajarkan di perguruan tinggi secara kompethensif," tukasnya.
Oleh karena itu, bagi Edy, langkah yang dilakukan oleh Universitas Trilogi seyogianya bisa diikuti juga oleh perguruan tinggi lainnya.
Lebih lanjut ia berujar, Indonesia sebetulnya memiliki banyak ahli atau pakar dalam bidang ekonomi. Namun, sosialisasi pemikiran dan implementasi dari sistem yang seharusnya dilaksanakan dalam perekonomian nasional masih belum optimal.
"Banyak ahli seperti Prof Mubyarto, Emil Salim, Dawam Rahardjo, Sri Edi-Swasono hingga penulis muda Tarli Nugroho mencurahkan perhatiannya dengan menghasilkan karya yang banyak menjadi rujukan para ahli ekonomi. Ratusan, atau bahkan ribuan karya pemikiran dalam bentuk buku, artikel ilmiah, artikel populer, ataupun hasil penelitian sudah banyak dihasilkan," papar Edy.
Dewan Pakar Pusat Studi Ekonomi Kerakyatan Universitas Gajah Mada (UGM) ini menyatakan, saat ini pola pikir sebagain besar ekonom dan pengambil kebijakan lebih banyak merujuk pada suatu sistem ekonomi kapitalis yang memang secara meluas diajarkan dan dipelajari di tanah air.
"Dengan mencermati situasi demikian, pemikiran tentang SEP ini seharusnya menjadi gerakan yang harus disebarluaskan ke seluruh masyarakat, sehingga saatnya sistem ekonomi ini menjadi bagian dari suatu pola pikir, pola perasaan, dan pola bertindak dalam bidang ekonomi bagi masyarakat," terang Edy.
"Ini harus menjadi suatu gerakan, sehingga dalam berekonomi kita betul-betul berdasarkan suatu sistem yang sesuai dengan nilai-nilai yang dianut oleh Bangsa-ini, yakni suatu sistem yang diadasarkan pada falsafah hidup bangsa, yaitu falsafah Pancasila," lanjutnya.
Kendati demikian, Edy mengakui bahwa penyebaran gagasan ekonomi Pancasila sudah dilakukan. Namun, itu semua masih terbatas di kampus dan lebih banyak menjadi wacana belaka dalam ruang seminar.
"Walaupun ada upaya untuk mengimplementasikannya seperti yang dilakukan almarhum Prof Mubyarto dkk dengan Pusat Studi Ekonomi Pancasila (PUSTEP) yang membuat beberapa pilot project implementasi SEP di beberapa daerah dan program pada tahun 1990-an dan awal tahun 2000-an," tukasnya.
"Pengajaran juga dilakukan, namun hanya bagian dari matakuliah seperti matakuliah Perekonomian Indonesia atau Sistem Ekonomi. Bukan sebagai matakuliah yang berdiri sendiri. Itupun hanya diajarkan pada program studi ilmu ekonomi, atau prodi lain yang dekat dengan ilmu ekonomi," sambung dia.
Edy menambahkan, jika melihat pengalaman banyak negara, termasuk Indonesia, maka kampus menjadi tempat persemaian yang sangat baik untuk menanamkan pemikiran-pemikiran dan menjadi suatu agen perubahan dalam pembangunan (agent of development).
Oleh karena itu, pengetahuan tentang SEP ini seharusnya dipahami oleh setiap insan yang ada di perguruan tinggi, sehingga nilai-nilai yang terkandung di dalamnya menjadi perilaku berekonominya, yang kemudian disebarkan ke masyarakat luas.
"Masyarakat tidak hanya dicekoki dengan pemikiran kapitalis ataupun sosialis, yang sesungguhnya nilai-nilai yang terkandung di dalamnya tidak sesuai dengan ideologi Bangsa ini," tandasnya.
Dengan kenyataan demikian, maka Universitas Trilogi (d/h STEKPI), yang berlokasi di Jalan Taman Makam Pahlawan, Kalibata, Jakarta, mulai tahun ini menjadikan matakuliah Sistem Ekonomi Pancasila sebagai matakuliah universitas.
"Berarti matakuliah ini wajib ditempuh oleh semua mahasiswa pada program studi apapun di Universitas Trilogi. Setiap mahasiswa Universitas Trilogi tidak akan bisa menjadi sarjana tanpa menempuh matakuliah ini," tegasnya.
"Satu-satunya perguruan tinggi di Indonesia saat ini yang menjadikan matakuliah Sistem Ekonomi Pancasila sebagai Matakuliah Universitas. Apa yang dilakukan Universitas Trilogi ini adalah sebagai bentuk tanggung jawab dari sebuah institusi pendidikan yang tidak ingin hanya berada di menara gading, untuk ikut memecahkan persaoalan bangsa, khususnya dalam bidang ekonomi," ucap Edy.
Untuk mendukung pelaksanaaan pengajaran matakuliah tersebut, sejak beberapa tahun terakhir ini pihaknya sudah melakukan pengkajian intensif di Universitas Trilogi dengan membuat forum-forum akademik yang mendatangkan banyak ahli ekonomi dan sosial, menerbitkan buku-buku, dan menyiapkan modul pengajaran.
"Buku Sistem Ekonomi Pancasila yang akan diluncurkan dalam waktu dekat juga merupakan rangkaian dari kegiatan untuk mendukung pelaksanaan pengajaran matakuliah tersebut," ungkapnya.
Dalam waktu dekat, atau tepatnya 18 Agustus 2016, akan diadakan pre-launching Buku Sistem Ekonomi Pancasila dengan kegiatan seminar setengah hari di Jakarta, juga akan disusul dengan grand launching yang akan melibatkan perguruan tinggi lain yang sepemikiran dengan apa yang dilakukan oleh Universitas Trilogi.
"Seperti Universitas Mercu Buana Jakarta dan Universitas Pancasila Jakarta," sebutnya.
Edy berharap, pada saatnya nanti hal ini bisa diikuti oleh perguruan tinggi lainnya di Tanah Air. Bagi dia, upaya yang dilakukannya ini tidak berarti banyak jika hanya segelintir perguruan tinggi yang melakukannya.
"Bagi Universitas Trilogi sendiri upaya yang dilakukan ini juga sejalan dengan visi dari Universitas Trilogi, yakni 'Menjadi Universitas yang Inovatif dengan Mengembangkan Keteknopreneuran, Kolaborasi dan Kemandirian, dalam Sistem Ekonomi Berdasar nilai-nilai Pancasila pada tahun 2020'” ungkap Edy.
Seperti diketahui, Universitas Trilogi merupakan pengembangan dari Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Keuangan dan Perbankan Indonesia (STEKPI) yang didirikan pada tahun 1988, bernaung dibawah Yayasan Pengembangan Pendidikan Indonesia Jakarta (YPPIJ).
FAHREZA RIZKY