Indonesia Belum Respon Tawaran Vaksin Rusia

Meski lebih murah Pemerintah Indonesia nampaknya memilih untuk berjati-hati. Indonesia belum merespon tawaran Rusia melalui skema perusahaan investasi langsung Rusia untuk uji klinis dan penjualan vaksin Sputnik V yang mereka hasilkan. Harga Sputnik V diperkirakan dua sampai tiga kali lebih murah dari vaksin lain.

Indonesia Belum Respon Tawaran Vaksin Rusia
ilustrasi/ antara

MONDAYREVIEW.COM – Meski lebih murah Pemerintah Indonesia nampaknya memilih untuk berjati-hati. Indonesia belum merespon tawaran Rusia melalui skema perusahaan investasi langsung Rusia untuk uji klinis dan penjualan vaksin Sputnik V yang mereka hasilkan. Harga Sputnik V diperkirakan dua sampai tiga kali lebih murah dari vaksin lain.

Sebelumnya dunia juga mempertanyakan transparansi Rusia terkait pengembangan vaksin ini. Di negara-negara lain calon vaksin sudah dipublikasi sejak awal dan tahapan uji klinis berlangsung transparan. Sementara Rusia secara mengejutkan mengumumkan hasil risetnya terkait vaksin yang baru akan masuk ke uji klinis tahap III.

Duta Besar Rusia untuk Indonesia Lyudmila Vorobieva mengatakan, uji klinis tahap ketiga Sputnik V, vaksin eksperimental COVID-19 akan berlangsung minggu depan. Uji klinis fase ketiga akan dimulai minggu depan di beberapa negara. Jumlah relawan totalnya ada sekitar 44 ribu dengan jarak usia antara 18 dan 60 tahun.

Pada 11 Agustus, Rusia mendaftarkan vaksin pertama di dunia untuk melawan virus corona jenis baru (COVID-19). Vaksin tersebut, yang diberi nama Sputnik V, dikembangkan oleh Pusat Penelitian Nasional untuk Epidemiologi dan Mikrobiologi Gamaleya dari Kementerian Kesehatan Rusia.

Disamping Rusia, Dubes Lyudmila Vorobieva mengungkapkan sejumlah negara yang dijadwalkan melakukan uji klinis tahap ketiga antara lain Filipina, Mesir, India dan Brazil.

Banyak negara tertarik dengan pengembangan Sputnik V. Uji klinis tahap pertama dan kedua dari vaksin tersebut sudah dilakukan di Rusia dengan hasil yang menjanjikan. Dalam uji klinis fase kedua, lanjut Dubes Lyudmila Vorobieva, mengikutsertakan 76 relawan. Hasilnya memicu respons imunitas di tubuh relawan dengan tanpa ada efek samping.

Lebih dari 44.000 orang dalam uji klinis Sputnik V diharapkan di seluruh dunia. Negara-negara dengan lebih dari 50 persen populasi dunia telah menyatakan minatnya pada vaksinasi Sputnik V. Lebih dari 1 miliar orang akan divaksinasi oleh Sputnik V pada tahun 2020-202. Petugas medis, guru, dan kelompok berisiko tinggi lainnya akan menjadi yang pertama yang mendapat vaksin COVID-19.

Sebelumnya, Presiden Rusia Vladimir Putin mengatakan Sputnik V memberikan imunitas bertahan lama dari virus COVID-19.

Lyudmila Vorobieva mengatakan Lembaga Dana Investasi   Rusia (Russian Direct Investment Fund/RDIF) menawarkan Sputnik V, vaksin COVID-19, ke Indonesia. Penawaran Sputnik V ini masuk dalam investasi maupun percobaan uji klinis.

Lembaga Dana Investasi  di Rusia itu akan bekerja sama dengan Indonesia dalam penjualan maupun distribusi saat uji tahap klinis rampung. Lembaga tersebut juga siap untuk mengadakan uji klinis di Indonesia dan membuat beberapa komponen vaksin itu. Ia mengungkapkan bahwa proposal penawaran vaksin tersebut sudah dikirimkan ke pemerintah Indonesia.

Sputnik V merupakan vaksin COVID-19 terdaftar pertama yang didasarkan pada ide terobosan dari kombinasi unik dua jenis vektor (Ad5 dan Ad26) yang memungkinkan untuk membentuk kekebalan jangka panjang.

Gamaleya Institute menggunakan dua vektor adenovirus (sekelompok virus yang menyebabkan infeksi pernapasan), yaitu Ad5 dan Ad26. Sedangkan perusahaan-perusahaan farmasi lain hanya menggunakan satu vektor.

Pendekatan tersebut memiliki keunggulan yang jelas dibandingkan perusahaan farmasi lain yang hanya menggunakan satu vektor. Selain itu, penggunaan teknologi yang digunakan untuk membuat vaksin tersebut sudah dikembangkan lama dan bertahun-tahun.

Uji klinis Sputnik V tahap pertama dan kedua berhasil diselesaikan pada bulan Juni-Juli.

Hasil uji klinis tahap pertama dan kedua menjanjikan. Dengan demikian Rusia akan melanjutkan uji klinis tahap ketiga pada minggu depan, ungkap Dubes Lyudmila Vorobieva.

Meksiko akan menerima sedikitnya 2.000 dosis calon vaksin COVID-19 buatan Rusia, yang disebut 'Sputnik V', untuk diuji coba di dalam negeri, kata pejabat tinggi Pemerintah Meksiko, Kamis (20/8).

Meksiko ditawari sedikitnya 2.000 dosis vaksin untuk menjalani protokolnya untuk memulai pengujian di Meksiko, yang merupakan kabar baik sebab kami sekali lagi menunda waktu," kata Menteri Luar Negeri Meksiko Marcelo Ebrard.

Pada Rabu (19/8), pemerintah Meksiko mengatakan kepada Moskow bahwa pihaknya ingin melakukan uji coba vaksin tahap 3, sebagai bagian dari upaya negara Amerika Latin itu untuk mengamankan pasokan awal obat ampuh guna mengendalikan pandemi COVID-19.

Pengujian massal vaksin COVID-19 Rusia untuk mengantongi persetujuan regulator domestik akan melibatkan lebih dari 40.000 partisipan dan akan diawasi oleh badan riset asing ketika dimulai pekan depan, kata pihak pendukung proyek tersebut, Kamis.

Vaksin COVID-19 buatan Rusia itu dinamai "Sputnik V" sebagai bentuk penghormatan bagi satelit pertama dunia yang diluncurkan oleh Uni Soviet.

Pemerintah Presiden Andres Manuel Lopez Obrador sedang berupaya untuk memiliki vaksin manjur sesegera mungkin di Meksiko. Pemerintahannya telah sepakat membantu memproduksi calon vaksin yang sedang dikembangkan oleh AstraZeneca Brazil dan Oxford University untuk didistribusikan ke pasar Amerika Latin.

Meksiko juga sedang bersiap melakukan uji coba tahap akhir calon vaksin buatan perusahaan AS Johnson & Johnson dan dua perusahaan asal China. Hingga kini, Meksiko telah melaporkan 537.031 kasus COVID-19 dan 58.481 kematian, jumlah korban jiwa COVID-19 tertinggi ketiga di dunia.