Ungkap Cara Membangun Karakter Bangsa, Mantan Mendiknas Berkumpul di Pengajian PP Muhammadiyah

MONDAYREVIEW.COM, Jakarta - PP Muhammadiyah menggelar pengajian bulanan bertajuk "Membangun Karakter Indonesia Berkemajuan" pada Jumat (7/10) malam. Dalam acara itu turut hadir tokoh Muhammadiyah yang juga mantan Menteri Pendidikan Nasional (Mendiknas) dari berbagai era pemerintahan.

Ungkap Cara Membangun Karakter Bangsa, Mantan Mendiknas Berkumpul di Pengajian PP Muhammadiyah
google

MONDAYREVIEW.COM, Jakarta - PP Muhammadiyah menggelar pengajian bulanan bertajuk "Membangun Karakter Indonesia Berkemajuan" pada Jumat (7/10) malam. Dalam acara itu turut hadir tokoh Muhammadiyah yang juga mantan Menteri Pendidikan Nasional (Mendiknas) dari berbagai era pemerintahan.

Seperti dijadwalkan, para pembicara yang hadir ialah mantan Mendiknas era Abdurrahman Wahid (Gus Dur) Yahya Muhaimin, Mendiknas era Megawati Soekarnoputri Abdul Malik Fadjar, Mendiknas era Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) Bambang Sudibyo dan Mendikbud era Joko Widodo Muhadjir Effendy.

Meski demikian, Malik Fadjar dan Muhadjir Effendy berhalangan hadir dalam acara tersebut.

"Pak Muhadjir berhalangan hadir, ke Merauke (Papua)," kata Sekretaris Umum PP Muhammadiyah Abdul Mu'ti, saat memberi sambutannya, di Gedung Dakwah Muhammadiyah, Menteng, Jakarta Pusat.

Mu'ti menjelaskan, trademark Muhammadiyah ialah pendidikan. "Di kita ada tradisi kalau ada 10 orang Muhammadiyah maka disitu ada satu lembaga pendidikan Muhammadiyah. Ini upaya Muhammadiyah mencerdaskan anak bangsa," tuturnya.

Sementara itu, Yahya Muhaimin mengatakan, membina karakter bangsa sejatinya tidak terpotong-potong, melainkan merupakan satu program yang terpadu secara nasional.

"Muhammadiyah bisa menjadi pelopor pembangunan karakter bagi seluruh strata secara simultan dan terencana," ujar Yahya.

Di sisi lain, Bambang Sudibyo menjelaskan mengenai pentingnya pembinaan pendidikan jalur informal.

Menurut UU Sisdiknas, pendidikan terbagi menjadi tiga jalur, diantaranya jalur formal, non formal dan informal. 

Jalur formal ialah pendidikan yang diselenggarakan oleh lembaga pendidikan seperti sekolah, perguruan tinggi dan sebagainya.

Sementara non formal ialah jalur pendidikan khusus seperti kursus keterampilan, dan sebagainya.

Sedangkan informal adalah pendidikan yang diselenggarakan oleh masyarakat yang sejatinya tidak mengenal batas waktu dan bisa diselenggarakan kapan saja. Contoh pendidikan informal itu seperti media massa, tayangan televisi, segala informasi yang ada dalam gadget, dan lain-lain.

"Pendidikan informal ini ialah jalur pendidikan terbesar, karena bisa dilakukan kapan saja. Informal itu long life education, diselenggarakan sepanjang hari," tutur Bambang.

Persoalan pendidikan informal sekarang, kata Bambang, ialah konten penyiaran televisi dimana sifatnya cenderung destruktif.

Bambang berujar, salah satu dampak kemajuan teknologi ialah learning industry, dimana batas industri menjadi tidak jelas lagi.

"TV itu industri pendidikan atau industri penyiaran? yakni dua-duanya. Infotaiment iya, pendidikan iya. Jadi tugas kita sekarang mengawal industri televisi, karena sekarang banyak ghibah," ungkapnya.

Bambang mengatakan, saat ini Menteri Komunikasi dan Informatika (Menkominfo) Rudiantara akan merevisi UU Penyiaran agar konten siaran televisi lebih terkendali.

Berhubung televisi bagian dari sektor pendidikan informal, Bambang mengusulkan Mendikbud diberi kewenangan untuk terlibat dalam pengendalian konten penyiaran.

"Mumpung sekarang Pak Rudiantara mau merevisi UU Penyiaran agar konten siaran televisi terkendalikan. Jadi Mendikbud seharusnya diberikan kewenangan untuk menyangsi. Jadi televisi itu kan bagian pendidikan informal," kata Bambang mengusulkan.

"Mumpung ada amandemen atau revisi UU Penyiaran maka penting untuk dikawal," sambungnya.

Di penghujung acara, Ketua Umum PP Muhammadiyah Haedar Nashir mengajak seluruh stakeholder Persyarikatan menindaklanjuti apa yang sudah dikatakan oleh pembicara sebelumnya.

"Apa yang disampaikan Pak Yahya dan Pak Bambang harus di perhatikan oleh kita melalui lembaga-lembaga yang ada untuk membentuk karakter Indonesia berkemajuan," pungkasnya. (FRZ)