Ubah Mindset Anak Didik Dari Pencari Kerja Menjadi Wirausahawan Muda Ala SMKM 2 Muntilan
MASIH menjadi pemahaman serta orientasi di kebanyakan orang tua, bahwa memasukkan anaknya belajar di sebuah institusi pendidikan dalam upaya mendapatkan sebuah pekerjaan yang layak kedepannya. Namun, tidak sedikit pada akhirnya keinginan memperoleh status sebagai pekerja tersebut tidak segera terwujud saat si anak lulus dari jenjang pendidikan karena ketatnya persaingan dalam dunia kerja saat ini.

MASIH menjadi pemahaman serta orientasi di kebanyakan orang tua, bahwa memasukkan anaknya belajar di sebuah institusi pendidikan dalam upaya mendapatkan sebuah pekerjaan yang layak kedepannya. Namun, tidak sedikit pada akhirnya keinginan memperoleh status sebagai pekerja tersebut tidak segera terwujud saat si anak lulus dari jenjang pendidikan karena ketatnya persaingan dalam dunia kerja saat ini.
Oleh karena itu, Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) berupaya agar orientasi untuk mencari kerja setelah bersekolah itu tidak menjadi tujuan mutlak. Namun sebaliknya, meski masih menimba ilmu di SMK tetapi si anak didik sudah mampu menciptakan dunia usahanya sendiri dan memberikan peluang kerja bagi yang lain.
Diantaranya, dengan terus berupaya mengembangkan skill kewirausahan di kalangan siswa SMK melalui program Bantuan Pengembangan Pembelajaran Kewirausahaan SMK. Dengan program ini, para Kepala Sekolah ditantang untuk melahirkan lebih banyak wirausaha muda dari SMK.
"Program Sekolah Pencetak Wirausaha (SPW) ini untuk mengintegrasikan konsep BMW yaitu bekerja, melanjutkan studi, wirausaha," ujar Kepala Subdirektorat Kurikulum Direktorat Pembinaan SMK, Mochamad Widiyanto, di kegiatan Bimbingan Teknis Bantuan Pengembangan Pembelajaran Kewirausahaan, Bandung, (5/6) lalu , seperti dikutip dari laman resmi kemendikbud.
Senada juga disampaikan oleh Direktur SEAMEO (The Southeast Asian Ministers of Education Organization), Gatot Hari Priowirjanto, menyampaikan bahwa SPW merupakan bagian dari upaya pemerintah mencapai target Revitalisasi SMK sesuai Instruksi Presiden Nomor 9 Tahun 2016.
"Kita ingin mencetak siswa dengan 'kartu biru', anak-anak yang bisa membuka lapangan kerja, baik untuk diri sendiri atau orang lain," kata Gatot.
Pendidikan kewirausahaan ini juga sejalan dengan penguatan pendidikan karakter (PPK). Salah satu nilai karakter utama yang ingin dicapai melalui program SPW ini adalah kemandirian. "Dia belajar membongkar rasa malu, belajar menjadi konsisten, tentang komitmen, dan belajar untuk dapat dipercaya," ujarnya.
Salah satu SMK yang membuka program kelas wirausahawan adalah SMK Muhammadiyah 2 Muntilan Kabupaten Magelang. Pada dasarnya, seluruh pelajar dari Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) memang diberi materi pendidikan untuk mendapatkan keterampilan siap kerja setelah lulus sekolah. Namun, SMK Muhammadiyah 2 Muntilan Kabupaten Magelang, Jawa Tengah justru bisa membuktikan bahwa, siswanya mampu bekerja disaat masih berstatus pelajar.
Hal itu dibuktikan melalui Kelas Kewirusahaan yang meraih peringkat pertama tingkat Nasional. Peringkat tersebut berdasarkan laporan omset kepada SEAMEO (The Southeast Asian Ministers of Education Organization) yang diumumkan melalui website kwu.seamolec.org, Selasa (2/7).
Kelas Kewirausahaan merupakan salah satu program unggulan di SMK Muhammadiyah 2 Muntilan dan satu-satunya sekolah yang membuka program tersebut, dalam wilayah se-Kabupaten Magelang dan Eks-Kedu.
Dalam penerapannya program ini dinilai cukup berhasil. Pembuktian program itu dirasakan oleh Riski, salah satu siswa kelas XII jurusan TKJ SMK 2 Muntilan dengan omset Rp 155.000.000 dan laba Rp 25.100.000 telah memiliki usaha warung angkringan dan penjualan VCD sejak September 2018 – Juni 2019.
“Saya membuka warung angkringan dan jualan VCD yang buka dari pukul 04.00 sampai pukul 19.00 WIB. Saya bukanya dirumah sendiri, ketika pagi dibantu sama orang tua saya. Sedangkan nanti setelah pulang sekolah saya yang menggantikan,” kata Riski, dikutip dari media siedoo.com, Jum'at (5/7)
Pada 2019, SMK Muhammadiyah 2 Muntilan mampu membuktikan keseriusan dalam mengelola Kelas Kewirausahaan. Sekolah tersebut melaporkan omset sebesar Rp. 449.749.999 dengan laba Rp. 103.250.000.
Selain Riski, Siswa SMK Muhammadiyah 2 Muntilan yang masuk 5 besar se Indonesia ialah Lurina Nur S dengan omset Rp. 127.439.999, Putri Pratama N dengan omset Rp 122.000.000 dan Adelia Nur S dengan omset Rp. 28.300.000.
“Program kewirausahaan akan terus dijalankan dan akan membuka kelas setiap tahunnya bagi siswa baru. Harapannya, ketika siswa sudah lulus bisa mandiri dan sukses berwirausaha,” tandasnya.
Kelas Kewirausahaan yang berlangsung hampir 2 tahun ini, berhasil membina dan mencetak wirausahawan muda di SMK Muhammdiyah 2 Muntilan. Pada 2018, siswi Laurina Nu S berhasil meraih penghargaan omset tertinggi di sekolah dari Kementrian Pendidikan RI.
“Siswa tidak hanya belajar materi di kelas, tetapi diajarkan pula berwirausaha. Kelas kewirausahaan dibuka karena visi sekolah kami menjadi SMK yang Berkarakter Islami, Unggul, dan Berjiwa Entrepreneur,” jelas Untung Supriyadi, Kepala SMK Muhammadiyah 2 Muntilan.
Program SPW merupakan model pembelajaran yang mendorong siswa untuk memiliki keterampilan melalui praktik usaha. Siswa didorong melakukan praktik wirausaha berbasis daring/online karena dipandang relatif murah dan mudah untuk pemula. Khususnya bagi siswa generasi Z, sejalan dengan upaya menghadapi era industri 4.0. Target yang ditetapkan adalah omzet per semester.