Covid-19 dan Tantangan Middle Income Trap

Middle income trap merupakan jebakan stagnasi penghasilan, dimana pendapatan kelas menegah stagnan pada tingkat tertentu dan tidak mengalami kenaikan lagi.

Covid-19 dan Tantangan Middle Income Trap
Sumber gambar: antaranews.com

MONDAYREVIEW.COM – Salah satu ciri dari bonus demografi adalah meningkatnya jumlah kelas menengah di Indonesia. Kelas menengah merupakan kelompok orang yang sudah berhasil beranjak dari kelas bawah menuju kelas menengah. Namun kelas menengah masih jauh dari mencapai kelas atas. Kelas menengah rentan dengan jebakan pendapatan kelas menengah yang disebut dengan middle income trap. Middle income trap merupakan jebakan stagnasi penghasilan, dimana pendapatan kelas menegah stagnan pada tingkat tertentu dan tidak mengalami kenaikan lagi.

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan pemerintah harus mengambil langkah strategis untuk merespons persoalan itu. Meski begitu, diakuinya ada faktor lain yang mendorong terjadinya stagnasi pertumbuhan pendapatan dalam negeri. Adapun faktor yang dimaksud adalah kualitas Sumber Daya Manusia (SDM), gap infrastruktur, serta tingkat adopsi teknologi yang rendah menjadi penyebab produktivitas rendah di Indonesia, termasuk faktor pendidikan.

Kata Sri, kualitas SDM Indonesia yang rendah juga disebabkan oleh masih besarnya kelas menengah dalam usia produktif namun memiliki kondisi sosial ekonomi yang masih rentan dan bekerja di sektor informal. Tak hanya itu. Sri juga mengatakan di dalam faktor demografi terdapat faktor ketidaksetaraan gender serta mulai terjadinya proses penuaan penduduk (aging population). Selain itu, iklim usaha yang kurang kondusif serta regulasi dan birokrasi yang belum efisien mengakibatkan high cost economy yang menghambat daya saing perekonomian Indonesia, termasuk daya saing produk ekspor.

Bendahara negara ini mengatakan, pada 2021 pihaknya berupaya untuk terus merealisasikan lima arahan strategis Presiden Joko Widodo (Jokowi) yakni pembangunan SDM, pembangunan infrastruktur, penyederhanaan birokrasi, penyederhanaan regulasi, serta transformasi ekonomi, mampu mengatasi tantangan fundamental agar Indonesia dapat terlepas dari MIT.

Seperti diketahui, sebelum adanya pandemi COVID-19, pertumbuhan ekonomi Indonesia mampu dijaga pada kisaran 5 persen per tahun. Kondisi ini mampu mendorong indikator-indikator kesejahteraan masyarakat yang ditunjukan dari menurunya tingkat kemiskinan, tingkat pengangguran terbuka (TPT), dan rasio gini. Sejak Maret 2018, tingkat kemiskinan single-digit berada pada tingkat 9,82 persen dengan tren yang terus menurun hingga menyentuh 9,22 persen pada September 2019. Sedangkan, Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) juga menurun dari 5,94 persen di tahun 2014 menjadi 5,28 persen pada Agustus 2019.

Demikian juga rasio gini yang sempat stagnan pada level 0,41 pada periode 2012-2015, menurun menjadi 0,380 pada 2019. Bahkan, Indeks Pembangunan Manusia (IPM) juga menunjukkan perbaikan yang signifikan dari 68,90 di 2014 menjadi 71,92 pada 2019. Namun, tantangan perbaikan indikator kesejahteraan ini menjadi semakin besar saat pandemi di awal 2020 melanda Indonesia. Pandemi COVID-19 telah menimbulkan dampak fundamental terhadap ekonomi Indonesia.