Tentang PPP yang Melabuhkan Dukungan Kepada Ahok-Djarot

Party-ID di Indonesia yang masih rendah, serta kemiripan antara pendukung AHY-Sylvi dengan pendukung Anies-Sandi, dan resistensi terhadap Ahok, bisa jadi membuat dukungan PPP di level resmi hanya menjadi macan kertas di atas lapangan yang sesungguhnya.

Tentang PPP yang Melabuhkan Dukungan Kepada Ahok-Djarot
PPP (info nawacita)

MONDAYREVIEW.COM – Pilkada DKI Jakarta 2017 tercatat sebagai pemilihan umum dengan nuansa agama yang kuat. Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) yang menjadi terdakwa kasus penistaan agama, Al Maidah ayat 51, demonstrasi massa dalam jumlah besar (411, 212, 112, 212 jilid II, 313) merupakan sejumlah spektrum yang menandainya.

Dukungan Partai Persatuan Pembangunan (PPP) kubu Djan Faridz maupun kubu Rommahurmuziy (Romi) kepada pasangan Basuki Tjahaja Purnama-Djarot Saiful Hidayat pada Pilkada DKI Jakarta putaran kedua menjadi catatan tersendiri. PPP kubu Djan Faridz sendiri sejak putaran pertama memang telah melabuhkan dukungan kepada Ahok-Djarot. Sedangkan PPP kubu Romi pada putaran pertama mendukung pasangan Agus-Sylvi.

Keputusan PPP dari kedua kubu ini disesalkan oleh Abraham Lunggana alias Haji Lulung, mantan ketua DPW PPP DKI Jakarta kubu Djan Faridz.

“Dua pimpinan saya sudah tak bisa disadarkan untuk membela umat,” kata Haji Lulung seperti dilansir Republika. “Saya harus menjaga suara umat karena pada pileg tahun 2014, PPP DKI mendapatkan kepercayaan umat 10 kursi DPRD dan tiga kursi DPR. Di sinilah saya harus menjaga semangat. Tentunya apa yang diberikan ke kami, kami akan jaga juga.”

Resistensi dukungan PPP tak hanya muncul dari Haji Lulung. Para sesepuh PPP seperti Bachtiar Chamsyah dan Zarkasih Nur diantaranya menyatakan dukungan terhadap Ahok-Djarot telah melanggar asas dan khitah partai berlambang Ka’bah tersebut.

“PPP itu kan asasnya Islam. Itu artinya asas itu segala tindak tanduk harus bernapaskan Islam dong. Jangan kita melanggar asas itu. Itu sikap kita dulu seperti itu,” kata anggota Majelis Tinggi PPP, Bachtiar Chamsyah seperti diwartakan Republika.

PPP sendiri secara secara sejarah merupakan hasil dari fusi beberapa partai yang bernafaskan Islam pada era Orde Baru. Dibukanya keran kebebasan pada era reformasi, membuat bermunculannya berbagai partai politik dengan ragam perspektif. Politik aliran kembali hidup memformal dengan partai-partai berasaskan Islam.

Dukungan PPP sendiri membuat kombinasi partai politik pendukung Ahok-Djarot menjadi membentang pada partai nasionalis dan partai Islam. Dukungan PPP sendiri ditengarai ada kaitannya dengan koalisi besar pemerintahan di tingkat nasional yang sebagian besar mendukung Ahok-Djarot. Meski begitu keputusan elite partai PPP bukanlah jaminan pasti massa pendukungnya akan ikut melabuhkan dukungan kepada Ahok-Djarot. Party-ID di Indonesia yang masih rendah, serta kemiripan antara pendukung AHY-Sylvi dengan pendukung Anies-Sandi, dan resistensi terhadap Ahok, bisa jadi membuat dukungan PPP di level resmi hanya menjadi macan kertas di atas lapangan yang sesungguhnya.