Tenaga Surya, Energi Ramah Lingkungan dan Kampus
Kampus menjadi salah satu pusat keteladanan. Termasuk dalam menerapkan teknologi yang ramah lingkungan demi masa depan bumi. Sistem energi matahari dalam kampus membantu perguruan tinggi dan universitas Amerika beralih ke energi bersih dan terbarukan 100 persen.

MONDAYREVIEW.COM – Kampus menjadi salah satu pusat keteladanan. Termasuk dalam menerapkan teknologi yang ramah lingkungan demi masa depan bumi. Sistem energi matahari dalam kampus membantu perguruan tinggi dan universitas Amerika beralih ke energi bersih dan terbarukan 100 persen.
Kampus di seluruh AS memasang energi surya untuk menghemat uang, memberikan kesempatan belajar bagi siswa, dan mencapai tujuan iklim mereka. Hal ini juga dikembangkan oleh Universitas Syiah Kuala dan Indonesia Representative of China Datang Corporation (CDTI) akan membangun proyek pembangkit listrik tenaga fotovoltaik/surya (PLTS) berkapasitas 50 MW di lahan kampus Unsyiah, Ladong, Aceh Besar.
Kita lihat dulu bagaimana perkembangannya di AS. Pada tahun 2011, Butte College menjadi kampus perguruan tinggi pertama di negara yang menjadi "jaringan positif", yang berarti bahwa perguruan tinggi tersebut menghasilkan lebih banyak listrik daripada yang digunakan, berkat 25.000 panel surya yang dipasang sejak tahun 2005. Lima belas tahun lalu.
Manfaat terpentingnya adalah bebas polusi, hampir tidak ada habisnya, aman dan efisien, energi matahari adalah alternatif yang bersih dan terbarukan untuk bahan bakar fosil. Energi matahari sangat melimpah sehingga AS dapat menghasilkan sekitar 100 kali lebih banyak listrik dari instalasi tenaga surya daripada yang saat ini dikonsumsi negara tersebut setiap tahun. Energi matahari adalah kunci untuk membantu masyarakat kita beralih dari sistem energi saat ini yang dibangun di atas bahan bakar fosil yang mencemari.
Banyak kampus telah memasang panel surya di ruang terbuka seperti atap rumah dan tempat parkir yang cocok untuk proyek energi matahari. Energi matahari menawarkan banyak peluang untuk perguruan tinggi dan universitas.
Penghematan Biaya jelas terasa. Harga instalasi tenaga surya turun 70 persen antara tahun 2010 dan 2018, dan energi matahari seringkali lebih murah daripada energi dari bahan bakar fosil.
Kolaborasi Proyek energi surya juga memberikan kesempatan belajar dan pelatihan bagi siswa. Juga memacu indonasi. Perguruan tinggi dan universitas telah memainkan peran penting dalam inovasi teknologi energi surya sejak University of Delaware mendirikan laboratorium pertama di dunia yang didedikasikan untuk penelitian dan pengembangan fotovoltaik pada tahun 1972.
Perguruan tinggi sedang meneliti dan membuat prototipe sel surya generasi berikutnya. Misalnya, di Penn State para peneliti menggunakan optik murah untuk memusatkan sinar matahari ke sel surya generasi berikutnya yang super efisien. Siswa dapat membantu kegiatan penelitian ini.
Program teknik dapat memberi siswa kesempatan belajar pra-profesional dalam desain, produksi, dan pengawasan pembangkit tenaga surya di kampus. Kedekatan dengan Permintaan Energi: Perguruan tinggi dapat memasang energi matahari di atas atap, di tempat parkir dan di lahan marjinal, dekat dengan tempat penggunaan energi.
Kampus memiliki motivasi ekstra untuk mengadopsi penyimpanan untuk memenuhi tujuan ketahanan dan kesiapsiagaan darurat dan penyimpanan ini dapat bekerja bersama dengan penggunaan energi matahari. Misalnya, Universitas California, Riverside, menggunakan energi surya berlebih untuk mengisi daya kendaraan listrik, yang berfungsi sebagai sumber penyimpanan energi.
Dengan 25.000 panel surya, Butte College adalah kampus pertama yang menjadi "jejaring positif" Butte College adalah community college yang terletak di kampus indah dengan ruang terbuka dan perbukitan berumput sekitar 130 mil timur laut San Francisco, dan telah lama menunjukkan komitmennya terhadap kelestarian lingkungan.
Butte College memanfaatkan lingkungan binaan yang sempurna untuk proyek energi bersih. Panel surya perguruan tinggi dibangun di atas atap, di lapangan terbuka dan di kanopi tempat parkir dan struktur naungan.
Proyek ini juga memberikan manfaat pendidikan dan ekonomi bagi sekolah dan masyarakat sekitar. Butte College menawarkan kursus yang memungkinkan siswa merakit dan membongkar panel surya sebagai pelatihan untuk pekerjaan energi bersih di masa depan. Proyek energi matahari sekolah mempekerjakan penduduk dan vendor lokal, dan akan menghemat pembayar pajak dan perguruan tinggi lebih dari $ 100 juta selama 30 tahun.
Energi Surya dalam Pengembangan Kampus Unsyiah
Universitas Syiah Kuala dan Indonesia Representative of China Datang Corporation (CDTI) akan membangun proyek pembangkit listrik tenaga fotovoltaik/surya (PLTS) berkapasitas 50 MW di lahan kampus Unsyiah, Ladong, Aceh Besar.
Saat ini Unsyiah sedang mengembangkan kampus baru di Aceh Besar dengan lahan seluas 1.600 hektare dan salah satu strategi pengembangan kampus adalah dengan konsep green development. Itu pendapat kata Rektor Unsyiah, Prof Samsul Rizal yang sangat penting terkait kampus dan kepedulian pada masalah lingkungan terutama terkait perubahan iklim.
Rektor menjelaskan kesepakatan kerja sama itu adalah bagian untuk merealisasikan rencana tersebut, mengingat kebutuhan energi ke depan terutama energi listrik untuk keperluan kampus dan masyarakat sangat besar.
Unsyiah berprinsip untuk mengembangkan energi yang ramah lingkungan dan energi terbarukan. Kami yakin dengan lahan yang luas, maka sangat memungkinkan untuk pengembangan pembangkit listrik tenaga surya/fotovoltaik, katanya.
Kerja sama tersebut juga terkait erat dengan rencana Unsyiah untuk menjadi Perguruan Tinggi Negeri Badan Hukum (PTNBH), di mana dengan status tersebut, Unsyiah harus mempersiapkan institusinya untuk mendapatkan pemasukan tambahan dalam upaya pengembangan kampus.
PLTS ini akan menjadi salah satu sumber pemasukan bagi Unsyiah jika nantinya dikerjakan dengan PLN. Selain itu, PLTS ini juga berfungsi sebagai tempat riset para dosen dan mahasiswa untuk mengembangkan energi tenaga surya ke depan khususnya di Provinsi Aceh.
Lokasi proyek PLTS juga akan menjadi tempat magang bagi mahasiswa Unsyiah maupun mahasiswa lain di luar Unsyiah dan keberadaan PLTS bukan hanya untuk Unsyiah tapi juga dapat bermanfaat bagi masyarakat.
Harapannya dengan kapasitas yang lumayan besar, PLTS ini mampu membantu masyarakat sekitar kampus untuk mendapatkan layanan sumber daya listrik. Keberadaan PLTS ini juga mampu menjadi pemicu lahirnya topik-topik turunan untuk penelitian lain lebih lanjut seperti aspek engineering, ekonomi dan sosial budaya. Semoga juga menjadi pemicu untuk pengembangan proyek-proyek yang berhubungan dengan renewable energi, baik di Unsyiah, provinsi Aceh maupun di Indonesia secara keseluruhan.
General Manager CDTI, Liu Zhao Hong mengatakan dalam kerja sama tersebut Unsyiah dan CDTI akan bertanggung jawab bersama untuk melakukan investigasi di lokasi dan studi kelayakan proyek.
China Datang Technology bertanggung jawab untuk menganalis fotovoltaik dan mengusulkan pemilihan lokasi proyek. Sedangkan Unsyiah bertanggung jawab untuk membantu dan menentukan bersama tempat untuk menjalankan proyek fotovoltaik.