Taruna Pelaut Dari Kota Udang

Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) lebih unggul, karena memberi jamainan kerja bagi siswanya. Keterserapan lulusan salah satu indikator keberhasilan revitalisasi.

Taruna Pelaut Dari Kota Udang
Prakerin Maritim

MONDAYREVIEW- Moyang kita adalah pelaut. Warisan inilah yang dilanjutkan oleh SMK Negeri I Mundu Cirebon, Jawa Barat. Sebagai sekolah kelautan tertua, didirikan tahun 1965 , SMKN I Mundu telah mendidik banyak pelaut. Tidak hanya kompetensi teknis, para siswa sekolah kejuruan ini juga digembleng pelatihan taruna. Karena, seorang pelaut harus memiliki keberanian dan mental yang kokoh.

 

Pendidikan kedisiplinan ala militer inilah, rupanya telah membawa hasil. “Kami didik siswa kami sikap dan disiplin kerja, hingga banyak perusahaan yang fanatik dengan lulusan kami,” ungkap Ecep Jalaluddin Kepala Sekolah SMKN I Mundu Cirebon. Salah satu ukuran keberhasilan sekolah kejuruan, adalah penyerapan lulusan di dunia kerja. Inilah yang telah dibuktikan SMKN I Mundu, 80 persen lebih lulusannya terserap di dunia kerja. Terutama,  untuk bekerja di luar negeri, antara lain ke Jepang, Korea, Malaysia, dan Taiwan.

 

Bahkan, yang menggembirakan, banyak siswa SMK yang belum lulus sudah diikat oleh industri untuk menjadi pekerjanya. “Saat ini ada 100 siswa yang sudah diminta oleh perusahaan di Jepang dan Korea,” jelas Sanusi, Wakil Kepala SMKN I Mundu yang membidani Bursa Kerja Luar Negeri ini.

 

SMK I Mundu, awalnya bernama STM Pelayaran, kemudian sempat berganti menjadi Sekolah Menengah Teknologi Pertanian (SMT Pertanian). Saat ini, SMKN I Mundu, membuka jurusan Nautika Kapal Penangkap Ikan (NKPI), Teknika Kapal Penangkap Ikan (TKPI), Budidaya Ikan, Teknologi Pengolahan Hasil Perikanan (TPHPi), dan Teknik Komputer dan Jaringan (TKJ).

 

Sabagai sekolah kejuruan yang tengah mengembangkan program revitalisasi dalam bidang kemaritiman, SMKN I Mundu makin menggencarkan kerjasama industri dengan banyak perusahaan. Selain untuk praktek kerja, juga untuk penyerapan lulusan. Saat ini, banyak perusahaan yang sudah menjalin kerjasama dengan SMKN I Mundu, antara lain untuk  magang kerja ke Jepang, seperti PT. Minori, PT. Sekai Hikari, Toyo Business Cooperative Society, dan Tee kay Corporation.  Ada juga yang magang kerja ke Korea, seperti Jisco Maine Co., Ltd, dan Pan World Korea Co. Ltd.

 

Inilah yang menjadi daya tarik SMKN I Mundu. Beberapa alumni menuturkan bahwa mereka termotivasi untuk belajar di sekolah ini, karena pengalaman dari para seniornya,  seperti yang dialami Fery Herwanto, 23 tahun, asal Kuningan. Setelah lulus, langsung diterima di perusahaan di Jepang. “Selain keilmuan, yang dibutuhkan juga mental dan kekuatan fisik, karena saya bekerja di laut,” kata lulusan jurusan Teknika Kapal Penangkap Ikan ini.

 

Tahun pertama dirasakan berat oleh Fery, karena faktor lingkungan, bahasa dan budaya kerja. Tapi, ia mulai betah setelah bisa beradaptasi di tahun kedua. “Saya tidak mau pulang sudah merasa cocok kerja di Jepang, “ kata Fery, yang dalam waktu dekat ini akan kembali bekerja di Jepang. Ia bekerja di perusahaan kapal penangkap ikan. Sehari-hari tugasnya menyortir ikan, dan sekali-kali mengurusi mesin kapal sesuai dengen keahliannya. Setiap bulan, ia menerima gaji bersih Rp 10 juta, belum termasuk jaminan kesehatan dan bonus.

 

Pengalaman yang paling berkesan bagi Fery adalah etos kerja dan kedisiplinan. Budaya kerja di Jepang sangat menghargai waktu. “Saya pernah telat 2 menit saja, dimarahin habis-habisan sama bos,” ungkap Fery. Namun, banyak pengalaman berharga yang bisa ditiru dari nili-nilai hidup orang jepang. Misalnya, mereka setua apa pun sepanjang fisik masih kuat, memilih untuk bekerja dan tidak mau meminta-minta.

 

Begitu juga yang dialami Nur Aini lulusan tahun 2013. Gadis asal Cirebon ini, mengaku mendapat pengalaman berharga selama di Jepang terutama soal kedisipinan. Awalnya, Nur Aini juga mengalai stress dan ingin pulang ke Indonesia karena faktor budaya kerja yang keras. “Tapi, untunglah banyak senior yang nasehati, akhirnya saya kerasan juga,” kata Nur Aini yang setiap bulan bergaji 17 juta ini. Ia bekerja di perusahaan di bidang makanan, yang disalurkan untuk sekolah-sekolah dan rumah sakit.

 

Berbagai pengalaman para senior  inilah, yang memotivasi para siswa. Yoga yang saat ini duduk di kelas 3 ini, misalnya ingin bekerja di Jepang setelah lulus. “Saya ingin membantu ekonomi keluarga dulu, setelah itu ingin melanjutkan ke akademi militer. Pelatihan taruna rupanya membekas bagi yoga dan siswa-siswa lainnya. Setidaknya, kedisiplinan dan mentalitas yang kokoh menjadi modal yang utama, untuk meraih kesuksesan di masa depan.