Survei SMRC : Elektabilitas Petahana 60,2% pada Pilpres 2019
Nama Cawapres belum mampu memberi pengaruh signifikan

MONITORDAY.COM- Saiful Mujani Research Center (SMRC) merilis hasil risetnya terkait elektabilitas para capres dan cawapres yang akan berlaga di Pilpres 2014. Penelitian ini dilatarbelakangi oleh pemikiran bahwa Indonesia sudah punya pengalaman tiga kali pemilihan presiden langsung, 2004, 2009, dan 2014. Dan survei opini publik nasional terbukti dapat menjawab pertanyaan tentang hasil dari tiga Pilpres tersebut.
Dari 3 kali pilpres, tren hasil survei nasional cukup bisa dipegang untuk membaca hasil akhir Pilpres. Pengalaman 3 kali Pilpres data tren survei opini publik nasional cukup membantu untuk memperkirakan hasil akhir Pilpres secara benar.
Paparan penelitian ini mencakup tren sentimen pemilih terhadap calon presiden atau pasangannya untuk Pilpres 2019 mendatang, Hal lain yang juga diungkap adalah pengalaman tren sentimen pemilih dalam Pilprespilpres sebelumnya.
Dan beberapa faktor yang membentuk kecenderungan tersebut, terutama berkaitan dengan penilaian pemilih atas berbagai faktor: ekonomi, politik, hukum, dan keamanan juga dipublikasikan dari hasil riset ini. Data hasil survei yang dipaparkan adalah hasil survei paling baru, 7-14 September 2018 yang lalu, dan untuk survei menjelang pilpres 2004 dan 2009 dari hasil survei Lembaga Survei Indonesia (LSI).
Sementara bila dilihar dari tren beberapa bulan terakhir terlihat bahwa elektabilitas Jokowi masih stabil bahkan cenderung naik. Dari bulan Mei 2017 hingga September 2017, elektabilitas Jokowi ada pada kisaran 53,7% hingga 60,2%. Sementara elektabilitas Prabowo cenderung turun dari posisi 37,2% pada bulan Mei 2017, sementara pada survei September 2018 justru turun di 28,7%
Beberapa kesimpulan yang dapat diambil dari riset SMRC di atas adalah Tren elektabilitas Jokowi terus menguat dibanding Prabowo. Cawapres tidak punya efek signifikan terhadap elektabilitas pasangan capres.
Jika Jokowi dihadapkan head-to-head hari ini dengan Prabowo, angka menunjukkan bahwa elektabilitas Jokowi berada pada Jokowi (60,2%) Dan Prabowo (28,%). Angka tersebut belum memasukkan nama para cawapres. Jika nama cawapres dimasukkan maka Jokowi-MA memperoleh 60,4% dan Prabowo-Sandi memperoleh 29,8%. Tidak berbeda secara signifikan.
Dari pengalaman 3 kali pilpres, calon yang tren nya unggul terus sulit dikalahkan pada hari H. Petahana bisa kalah ketika menjelang Pilpres trennya memang kalah. Megawati sebagai petahana menjelang Pilpres 2004 sudah kalah beberapa bulan menjelang hari H, dan terbukti kalah pada hari H.
Sementara itu, petahana dipilih kembali pada hari H dan sesuai dengan tren elektabilitasnya yang unggul jauh-jauh hari. Ini dialami SBY menjelang hari H 2009. Maka optimisme bagi kubu petahana cukup beralasan walaupun dalam skala pilkada ada kejutan-kejutan yang terjadi diluar prediksi pengamat dan berbeda jauh dari hasil survei.